Al- Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada Nabi Muhammad Shollahu alaihi Wasallam dengan penuh kandungan sastra yang tiada tertandingi. Siapapun sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa  menandingi keindahan sastranya.

Sebagaimana Firman Allah :

قل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا

Artinya: (Katakanlah Ya Rasulallah: “Jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an ini, mereka tidak bisa menghasilkan sepertinya, bahkan jika mereka membantu satu sama lain”) (al-Isra ayat 88).

Oleh karena  kandungan sastra maupun hikmahnya yang begitu tinggi di dalam mendahulukan atau mengakhirkan penyebutan sebuah  kata di dalam Al-Qur’an tentu bukan tanpa tujuan.

Terkadang di dalam sebuah redaksi ayat kita menjumpai  jin disebutkan terlebih dahulu daripada manusia ataupun sebaliknya, tentu ini bukanlah sebuah hal yang tanpa ada tujuan ataupun hikmah.

Semisal mendahulukan penyebutan Jin pada ayat:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

Artinya:” Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka menyembahKu”. (Qs, Adz Dzaariyat: 56).

Hal ini dikarenakan Jin eksistensinya di alam ini lebih dahulu dari manusia. Penciptaan Jin jauh lebih dahulu masanya ketimbang terciptanya manusia.

Sedangkan pada ayat:

قل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا

Artinya: (Katakanlah Ya Rasulallah: “Jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al dengan Qur’an ini, mereka tidak bisa menghasilkan sepertinya, bahkan jika mereka membantu satu sama lain”.)

Didahulukan penyebutan manusia karena pada ayat tersebut merupakan tantangan untuk membuat yang semisal dengan al-Qur’an, Allah tujukan audiens utamanya adalah manusia, karena al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menjadi mu’jizat (yang melemahkan) keahlian para bangsa Arab yang kemampuan sastra mereka pada masa itu bisa dikatakan sangat gemilang.

BACA JUGA :  HIKMAH 64 : SYUKUR NIKMAT

Adapun dalam tantangan Allah terkait kekuatan melintasi penjuru langit dan bumi, Allah lebih mendahulukan penyebutan Jin daripada manusia karena mereka makhluq yang punya kekuatan luar biasa melebihi manusia:

يا معشر الجن والإنس إن استطعتم أن تنفذوا من أقطار السماوات والأرض فانفذوا لا تنفذون إلا بسلطان

Artinya: “Wahai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus/melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak akan bisa menembusnya melainkan dengan kekuataan (dan kamu tidak akan kuat).” [Al-Rahman: 33]

Begitupun dalam Surat An-Nas

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Sebagaimana dalam kitab Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir karya Syaikh Muhammad At-Thahir Ibn ‘Ashur Allah lebih mendahulukan Jin karena Jin lah yang menjadi sumber bisikan kejahatan.

 

Sumber: –  Tafsir Marah Labid Likasyfi Ma’na Al-Qur’an Al- Majid

–      Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir

Artikulli paraprakMenangkal Opini
Artikulli tjetërHukum Umrah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini