"Barangsiapa ingin sukses dunia maka dia harus berilmu, barangsiapa ingin sukses akhirat maka dia harus berilmu, dan barangsiapa ingin sukses dunia-akhirat maka dia (juga) harus berilmu." kata al-Imam Asy-Syafi’iy.
Ketika Nabi pertama kali menginjakkan kaki di Madinah, pertama kali yang beliau bangun adalah masjid. Masjid bukan saja sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat belajar-mengajar. Di sisi masjid bersebelahan dengan rumah Sayyidah ‘Aisyah, Rasulullah mendirikan ‘pesantren’ yang terkenal dengan nama "ash-Shuffah." Institusi pendidikan Rasulullah ini kemudian terabadikan dalam QS. al-Mujadilah(58): 11-12.
Demikian ini memberikan pemahaman kepada umat Islam, bahwa ibadah dan pendidikan tak boleh dipisahkan. Setiap ada komunitas muslim maka harus dibangun keduanya. Jika umat Islam hanya berfikir salah satunya saja maka cita-cita "al-Islam ya’luw wala yu’la ‘alaih" tidak akan tercapai.
Kemarin saya diantar menelusuri Den Haaq dan Rotterdam untuk mengunjungi masjid-masjid yang megah. Ada sinagoga Yahudi yang disulap jadi masjid megah oleh komunitas Turkey, ada masjid megah tiga lantai untuk komunitas Maroko yang dibangun oleh UEA, dan entah berapa lagi gereja yang telah dibeli oleh umat Islam dan diubah menjadi masjid. Sangat menyenangkan merasakan gairah ber-Islam yang luar biasa di sini.
Dan di tengah kebahagian itu, terselip doa kekhawatiran, "Semoga gairah yang luar biasa untuk beribadah ini dibarengi dengan gairah serupa untuk membangun pendidikannya." Karena pengalaman di negeri tercinta, banyak masjid-masjid megah yang di sekitarnya terdapat sekolah-sekolah yang bahkan gentengnya saja bocor.