Kemerdekaan Republik Indonesia yang kita rasakan ini tidak bisa lepas dari jasa dan perjuangan para Ulama dan para santri. Mereka telah mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk mengusir para penjajah demi tercapainya hidup yang tenang dan damai karena mereka mempunyai semboyan “cinta tanah air termasuk dari pada iman”. Tapi entah siapa yang disalahkan, perjuangan para Ulama seolah-olah sudah ditelan bumi, tidak ada yang memperingatinya bahkan jarang sekali generasi muda saat ini yang tahu akan pengorbanan dan perjuangan para Ulama. Padahal jasa dan perjuangan para Ulama lebih besar dari pada jasa para pahlawan yang sudah dikenal oleh umumnya masyarakat. Ironisnya perjuangan dan jasa para Ulama telah dilupakan oleh pemerintah atau mungkin pemerintah memang sengaja ingin menutup-nutupi jasa-jasa mereka.
Kenapa pemerintah dianggap sebagai biang keladi dari semua ini, tidak lain karena banyak bukti-bukti yang dengan bukti-bukti ini sepatutnya pemerintah dicurigai. Diantara bukti yang sangat nyata sekali yaitu pemerintah tidak memasukkan sejarah perjuangan para Ulama didalam kurikulum pelajaran PPKN atau buku-buku sejarah yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah umum mulai dari SD,SLTP,SLTA dll, pemerintah hanya memasukkan sejarah perjuangan pahlawan yang bukan Ulama yang notobenenya lulusan sekolahan atau pendidikan yang dibuat oleh pemerintahan belanda seperti SR,HSI, dll mungkin ada sebagian Ulama yang dimasukkan kedalam buku sejarah tetapi tidak diberitakan visi dan misinya yang asli seperti Imam Bonjol, Pangeran Diponorogo dll.
Ketika kita menengok sejarah ke belakang ternyata peristiwa ini pernah terjadi di masa lampau, yaitu pada masa Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini sama persis dengan cerita Ka’ab Al-Ahbar, seorang yahudi yang telah masuk Islam. Dia bercerita bahwasanya dia pernah diajarkan semua kitab Taurat oleh ayahnya kecuali satu lembar yang disimpan oleh ayahnya didalam peti, setelah ayahnya meninggal dunia dia merasa penasaran akan lembaran yang disembunyikan didalam peti tersebut. Akhirnya, dia membuka peti itu dan ternyata isinya berupa lembaran yang menerangkan akan munculnya Nabi akhir zaman yang di lahirkan di Mekkah, hijrahnya di Madinah dan kekuasaanya bertempat di syam (syiria).
Lantas mengapa ayahnya menyembunyikan lembaran tersebut, tiada lain karena kekhawatiran seorang ayah akan anaknya jika seandainya mengetahui isi dari lembaran tersebut maka ia akan beriman kepada Nabi akhir zaman dan mengikutinya. Tetapi, ternyata Allah menghendaki kekhawatirannya itu dan pancaran sinar hidayah menaungi hati Ka’ab Al Ahbar.
Cerita lembaran tentang kemunculan nabi akhir zaman yang ditutup-tutupi itu sama dengan cerita perjuangan dan jasa para Ulama yang di tutup-tutupi oleh pemerintah bahkan lebih dari itu sebab pemerintah bukan sekedar menutup-nutupi tetapi juga ingin menghilangkan warisan-warisan para Ulama seperti pondok pesantren dengan bukti banyak pondok pesantren yang diganggu dengan cara merubah system pembelajarannya, memformalitaskan pesantren,melakukan diskriminasi terhadap berbagai pesantren dengan tidak diterimanya anak lulusan pesantren untuk berkiprah di birokrasi pemerintahan, padahal kita tahu sendiri bahwasanya pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang lahir di Indonesia yang di rintis oleh para Wali Sanga kemudian diteruskan oleh para ulama dan dapat menelorkan generasi-generasi yang bisa bermanfaat bagi Agama, Bangsa dan Negara. Persoalanya apakah alasan pemerintah itu sama seperti alasan ayahnya Ka’ab Al Ahbar dalam arti kekhawatiran akan para generasi bangsanya seandainya mengetahui jasa dan perjuangan para Ulama’. Semoga kita dapat mempertahankannya dengan pertolongan Allah Ta’ala. Wallahu A’lam……