Sebulan lagi penanggalan hijriyah akan memasuki bulan Robi’ul Awwal, itu artinya sebentar lagi kita akan memperingati Hari Kelahiran Nabi teragung sepanjang masa, Baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau merupakan seorang utusan yang telah menjadi rahmatan lil ‘alamin, sampai kapan pun tidak akan ada seorang anak manusia yang bisa mencapai keluhuran derajatnya.

Meskipun beliau telah meninggalkan kita saat ini, akan tetapi pada hakikatnya beliau tetaplah hidup. Sehingga ketika tabir yang menghalangi antara kita dengan baginda rasulullah terbuka maka kita akan mampu menjumpai beliau seperti halnya beliau menjumpai nabi-nabi terdahulu dalam peristiwa isro’ mi’roj.

Sehingga seyogyanya bagi kita sebagai umatnya untuk senantiasa berziarah ke makam beliau baginda rasulullah Saw sebagaimana para shahabat yang selalu berusaha untuk mendekat kepada beliau. Selain itu, berziarah ke makam Rasulullah Saw. adalah salah satu upaya ber-taqorrub yang paling baik kepada Allah Swt., sebagaimana disepakati jumhur muslimin di sepanjang masa sampai hari ini. Tidak satu pun ulama yang menentang pendapat ini, kecuali Ibnu Taimiyah -semoga Allah mengampuninya. Menurutnya, berziarah ke pusara Nabi bukanlah perintah syari’at.

""

Ada sebuah hadits diriwayatkan oleh imam ahmad dengan sanad yang shohih menyatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. melepas kepergian Mu’adz ibn Jabal ra. ke Yaman, Beliau berkata kepada shahabatnya itu, "Wahai Mu’adz, tampaknya engkau tidak akan dapat bertemu denganku lagi setelah tahun ini. Semoga engkau lewat di masjidku ini dan juga makamku". Kata "semoga" (la’alla) biasa digunakan untuk menunjukkan pengharapan (roja’), Jadi, apa yang diucapkan Rasulullah kepada Mu’adz, sebagaimana termaktub dalam hadits tersebut memiliki arti bahwa Rasulullah sangat mengharapkan Mu’adz untuk mendatangi masjid dan makam beliau setelah wafat, untuk menyampaikan salam.

Sehingga sangatlah tidak beralasan bahwa anggapan sebagian orang -termasuk isi berita yang dimuat oleh salah satu stasiun swasta baru-baru ini- yang mengatakan ziarah ke makam rasulullah diartikan menjadikan makam beliau sebagai "berhala sesembahan atau tempat ibadah" berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah yang menukil dari redaksi hadits yang berbunyi, "Allah mengutuk kaum Yahudi, karena mereka menjadikan makam nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)", dikarenakan yang dimaksud dengan "masjid" dalam hadits ini adalah "tempat ibadah" sehingga sangatlah tidak sesuai dengan "ziarah" yang pada hakikatnya memiliki pengertian "berkunjung".

Hanya saja yang cukup memprihatinkan, anggapan keliru itu seakan-akan bisa dijadikan pedoman mereka untuk melakukan pemindahan makam rasulullah. Baru-baru ini cukup gencar isu mengenai pemindahan makam rasulullah oleh pemerintah Arab Saudi, apalagi setelah adanya fatwa salah seorang akademisi Saudi bernama Dr. Ali bin Abdul ‘Aziz al-Shabel yang mewacanakan pembongkaran makam Nabi tersebut. Tetapi umat Islam bereaksi menolak sebelum terlanjur menjadi kebijakan pemerintah Arab Saudi.

BACA JUGA :  Mengobral Aurat

Sebenarnya, usaha untuk mengusik jasad rasulullah bukan hanya terjadi baru-baru ini saja. Rencana tersebut sudah ada sejak awal berdirinya kerajaan Arab Saudi, tetapi saat itu dunia Islam banyak yang menolak, termasuk umat Islam di Indonesia. Rencana itu akhirnya dibatalkan saat NU mengirimkan utusannya menghadap dan meminta Raja Ibnu Saud agar menghentikan rencana itu.

Pada jaman dahulu pun sudah berulang kali usaha-usaha dari kaum-kaum nasrani ataupun kaum kafir lainnya yang berusaha memindah makam baginda nabi, tercatat lebih dari tiga kali usaha yang pernah tercatat tinta sejarah, hanya saja usaha tersebut selalu saja digagalkan oleh Allah Swt. lewat berbagai cara ditambah lagi pada waktu itu keaadan masyarakat sekitar madinah masih cukup murni secara akidah sehingga hati mereka benar-benar tergerak untuk menjaga jasad baginda rasulullah dari tangan-tangan dzalim, hal ini persis sebagaimana janjinya yang termaktub dalam Al Qur’an:

والله يعصمك من الناس إن الله لا يهدى القوم الكافرين (المائدة : 67)

“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah : 67)

Akan tetapi, yang menjadi bahan renungan kita saat ini adalah kenyataan bahwa saat ini pemerintahan Arab Saudi dikuasai oleh kelompok Wahhabi yang senantiasa memunculkan polemik merusak hal-hal yang berbau tabarruk ataupun berkaitan dengan Rasulullah. Keberadaan mereka di sekitar makam nabi jelas-jelas menimbulkan kekhawatiran yang tiada henti akan munculnya gerakan-gerakan mereka yang mungkin dilakukan secara rahasia tanpa pemberitaan di media. Bayangkan seumpama mereka langsung membongkar tanpa di gembar-gemborkan di media dengan dalih perluasan masjid, Bisa-bisa kita kecolongan. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdo’a dan berserah diri kepada Allah, semoga Allah Swt senantiasa memenuhi janjinya untuk selalu menjaga jasad baginda rasulullah sampai hari kiamat kelak sebagaimana penjagaannya di waktu rasulullah masih hidup dari para kaum kafir yang ingin membunuh beliau, Amin.

Artikulli paraprakPilar Kota Demak Kunjungi Al Anwar
Artikulli tjetërPikirkan Ciptaan-Nya, Jangan Berangan-angan Tentang Dzat Allah Swt.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini