Deskripsi Masalah:

Seorang yang bermadzhab Syafi’i melakukan thowaf haji, namun dia tidak dapat menghindari sentuhan Ajnabiyyat (perempuan yang bukan mahrom).

Pertanyaan :

a.Bolehkah orang tersebut memakai pakaian muhith (yang melingkar karena dijahit atau yang lainnya) untuk menghindari sentuhan tersebut?

b.Kalau boleh, apakah orang tersebut tetap wajib membayar fidyah?

c.Kalau tidak memakai pakaian tersebut kemudian kena sentuhan atau menyentuh wanita lain, apakah ada qoul dari madzhab Syafi’i atau Ashabus Syafi’i yang menerangkan bahwa orang tersebut tidak batal wudlunya, sehingga diperbolehkan meneruskan thowafnya?

Jawaban :

a.Orang tersebut tidak diperbolehkan memakai pakaian yang melingkar karena dijahit atau yang lainnya, apabila belum tahallul awal.

b.Orang tersebut tetap diwajibkan membayar fidyah kalau pemakaiannya sebelum tahallul awal, dan tidak wajib membayar fidyah kalau pemakaiannya sesudah tahallul awal.

c.Adapun yang dimaksud tahallul awal di sini adalah selesainya melontar Jamratul Aqabah pada hari raya Idul Adlha dan menyukur rambut atau memotongnya.

d.Permasalahan orang yang melakukan thowaf yang menyentuh ajnabiyyah, tidak ada qoul yang menerangkan bahwa wudlunya tidak batal, akan tetapi kalau terkena sentuhan atau disentuh, ada qoul dari madzhab Syafi’i yang menerangkan bahwa wudlunya tidak batal. Dengan demikian orang tersebut boleh meneruskan thowaf-nya.

Al-Maraji’

فتح المعين ص 62

( ويحرم ستر رجل) – الى أن قال- (ولبسه ) أي الرجل ( مخيطا ) بخياطة كقميص وقباء أو نسج أو عقد في سائر بدنه ( بلا عذر ) فلا يحرم على الرجل ستر رأس لعذر كحر وبرد ويظهر ضبطه هنا بما لا يطيق الصبر عليه وإن لم يبح التيمم فيحل مع الفدية قياسا على وجوبها في الحلق مع العذر

بشرى الكريم ج 2 ص 108

فصل والحج تحللان – الى أن قال- والأول يحصل باثنين من ثلاثة –الى أن قال- ويحصل بالأول جميع المحرمات على المحرم الا النكاح اي الوطء وعقده والمباشرة بشهوة

BACA JUGA :  Pendalaman Materi Bab Laqith

شرح المحلى على المنهاج ج 1 ص 32

( والملموس ) وهو من وقع عليه اللمس رجلا كان أو امرأة ( كلامس ) في انتقاض وضوئه ( في الأظهر ) لاشتراكهما في لذة اللمس كالمشتركين في لذة الجماع ، والثاني لا ينقض وقوفا مع ظاهر الآية في اقتصاره على اللامس .

Artikulli paraprakHUT RI ke-70, Santri Juga Melawan Belanda
Artikulli tjetërKang Fadhol, Tua Bukan Alasan Untuk Putus Belajar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini