ماَقَلَّ عَملٌ بَرَزَ من قلْبٍ زاَهِدٍ ولاكَثُرَ عملٌ بَرَزَ من قلبٍ رَاغِبٍ
“Amal yang berasal dari hati yang zuhud tidak dapat dianggap sedikit, dan amal yang berasal dari hati yang penuh dengan ketamakan tidak dapat dianggap banyak”
Zuhud secara sederhana dapat didefinisikan dengan “Berpaling dari segala sesuatu yang selain Allah”. Jadi siapa yang berpaling dari yang selain Allah; harta, tahta, anak-istri, popularitas, dan semuanya, ialah zuhud yang sebenarnya.
Zuhud dari dunia, berarti berpaling dari dunia, yakni segala sesuatu yang selain Allah. Berpaling dari sesuatu bukan berarti meninggalkannya sama sekali. Kita tentu akan mengabaikan kain pel, bahkan yang bersih sekalipun. Tapi kita tetap memakainya kala membutuhkan. Kita juga tidak akan menyukai obat, selalu menghindarinya. Tapi jika membutuhkannya, maka kita akan minum seperlunya. Begitulah orang yang zuhud pada dunia. Hatinya sama sekali tidak terikat dan tidak tertarik dengan selain Allah, akan tapi tetap menggunakannya jika perlu.
Zuhud semacam inilah yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada para sahabat beliau. Nabi mengajari mereka supaya hati dan jiwa mereka jangan sampai terikat dan tertarik pada dunia. Namun pada waktu bersamaan, beliau memerintahkan mereka untuk memanfaatkan dunia untuk kemaslahatan umat dan agama. Nah, jika zuhud ini sudah diterapkan, maka hati akan bersih, tidak akan tertarik apapun sekalipun kekayaan mengejarnya. Seperti para sahabat sekalipun mereka menaklukkan wilayah yang luas, kekayaan melimpah, hati mereka tetap tidak tertarik. Hati mereka tetap tidak goyah, tetap tunduk pada Allah, tidak sombong, tidak menumpuk kekayaan dan lain sebagainya.
Orang yang zuhud seperti ini, yang hatinya tidak tertarik pada dunia, amalnya tidak bisa dianggap remeh. Sekalipun amal ibadanya tampak kecil, tapi di sisi Allah bernilai amat besar. Jika dia sholat 2 rakaat, sholatnya khusyuk, tidak memikirkan apapun, fokus kepada Allah, maka dia telah berjumpa Allah dalam sholatnya. Adakah salat 2 rakaat yang diterima oleh Allah dianggap amalan yang kecil? Tentu tidak.
Jika dia membaca beberapa ayat al-Quran, dia membaca dengan tadabur memenuhi jiwanya, hingga menyadari keagungan Allah. Adakah bacaan beberapa ayat yang seperti itu dianggap sedikit dan remeh? Tidak, bacaan itu pahalanya besar di sisi Allah. Jadi ibadah orang zuhud, sekalipun jumlahnya di mata manusia sedikit, tapi di sisi Allah ibadah itu sangat agung.
Sebaliknya, orang yang tidak zuhud, adalah orang yang hatinya terikat oleh dunia dan angan-angannya yang fana. Ketika dia sholat, hati dan pikirannya malah memikirkan harta benda dan jabatannya Ketika dia sholat, dalam sholatnya malah pikirannya sibuk merancang apa yang akan dia lakukan untuk meraih ini dan itu. Maka sholatnya orang yang hatinya semacam itu, berapapun banyaknya, tak akan ada nilainya di sisi Allah.
Begitupun dengan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, zikir, baca al-Quran, dll. Hanya tinggal nama saja dan kosong akan pahala di sisi Allah. Karena, sebagaimana dikatakan dalam hadis,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم “إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ تَعَالَى: “يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا”، وَقَالَ تَعَالَى: “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ” ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ! يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ؟” (رواه مسلم)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan berfirman (yang artinya), “Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah.” Dia juga berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian.” Kemudian beliau (Rasulullah ﷺ) menyebutkan ada seseorang yang melakukan safar dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, “Ya Robbku, Ya Robbku,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan perutnya kenyang dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR Muslim)
Bagaimana bisa Allah akan menerima sholatnya orang yang ketika sholat dia lupa kepada Allah dan sibuk dengan dunianya? Bagaimana Allah akan menerima bacaan al-Quran dan zikirnya orang yang justru berpaling dari Allah saat berzikir? Maka betapapun ibadah yang dilakukan tampaknya banyak, tapi di sisi Allah dia tak bernilai apa-apa.
Maka benarlah sabda Rasul: bahwa Allah tak melihat pada raga dan bentuk kalian, tapi pada hati kalian. Maka mari kita perbaiki hati kita. Bersihkan dari cinta dunia apalagi dari berhamba pada dunia.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ(رواه مسلم)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Abdirrahman bin Syahrin radhiyallahu ‘anhu, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim).