Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam, dahulu orang arab memiliki tradisi gencatan senjata pada bulan bulan ini, karena termasuk bulan haram atau mulia. Setelah masuknya Islam, bulan ini masih tetap dimuliakan, dengan bukti banyaknya keutamaan dan kesunnahan yang dianjurkan untuk dilakukan pada bulan ini, terutama pada tanggal 10 muharram atau yang dikenal juga dengan sebutan hari ‘Asyura.
Hari ini adalah hari yang menjadi saksi peristiwa peristiwa penting yang ada di dunia, hari di mana taubat nabi Adam AS diterima oleh Allah SWT yang doa’nya diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 23 :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Mereka berdua (Nabi Adam dan Sayyidah Hawa’) berdo’a : “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihi kami, tentu lah kami akan termasuk golongan orang-orang yang merugi
Juga hari diangkatnya nabi Idris AS di sebuah tempat yang mulia, dikeluarkannya nabi Nuh AS dari perahu dengan selamat setelah terjadinya banjir bandang yang menimpa kaumnya. pada mulanya nabi Nuh beserta kaumnya setelah turun dari kapal, kaumnya mengeluh kelaparan karena bekal perjalanan mereka telah habis, kemudian nabi Nuh AS memerintahkan untuk membawa seluruh bekal perjalanan mereka yang masih tersisa, dan kaumnya pun mulai mengumpulkan sisa sisa bekal mereka, namun yang tersisa hanyalah gandum, kacang lentil, kacang kara, kacang arab, dan biji bijian lain sebanyak tujuh jenis yang kesemuanya hanya tersisa sebanyak setapak tangan, lalu oleh nabi Nuh AS dimasaklah semua tadi dan dimakanlah oleh kaumnya sampai mereka merasa kenyang sebab barokah nabi Nuh AS, Allah SWT berfirman menceritakan kejadian tersebut dalam surat Hud ayat 48:
قِيْلَ يٰنُوْحُ اهْبِطْ بِسَلٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اُمَمٍ مِّمَّنْ مَّعَكَ
Difirmankan, “Wahai Nuh! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami, bagimu dan bagi semua umat (mukmin) yang bersamamu.”
Bukan hanya itu saja, pada hari ‘Asyura ini juga merupakan hari diselamatkannya nabi Ibrahim AS dari kobaran api raja Namrud, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 69:
قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”
Juga hari di mana kitab Taurot diturunkan kepada nabi Musa AS, dikeluarkannya nabi Yusuf AS dari bui, disembuhkankannya penglihatan nabi Ya’qub AS setelah pernah tidak dapat melihat selama beberapa tahun karena terpisah oleh nabi Yusuf AS, dihilangkannya seluruh cobaan yang ditimpakan kepada nabi Ayyub AS, dikeluarkannya nabi Yunus AS dari perut ikan , dibelahnya laut merah untuk bani Israil saat dikejar oleh Fir’aun, diberikannya kekuasaan kepada nabi Sulaiman AS, Allah SWT berfirman dalam surat An-Naml ayat 15-17 :
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاودَ وَسُلَيْمٰنَ عِلْمًاۗ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ – ١٥ وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاودَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ – ١٦ وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُه مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ – ١٧
15. Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Dawud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.” 16. Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” 17. Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib
Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini, oleh karena itu terdapat banyak kesunnahan kesunnahan pada hari ini, termasuk di antaranya adalah berpuasa sunnah pada hari ini dan hari sebelumnya, yakni tanggal sembilan dan sepuluh Muharrom; atau yang lebih kita kenal dengan istilah puasa Tasyu’a dan ‘Asyuro. Juga dianjurkan untuk melapangkan nafkah keluarga pada hari ini, dengan memberikan nafkah melebihi hari-hari biasa. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيْلَ صَوْمَ يَوْمٍ فِي السَّنَةِ وَهُوَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهُوَ اليَوْمُ العَاشِرُ مِنَ المُحَرَّمِ، فَصُوْمُوْه وَوَسِّعُوْا عَلَى عِيَالِكُمْ فِيْهِ، فَإِنَّهُ مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ وَأَهْلِهِ مِنْ مَالِهِ وَسَّعَ فِيْهِ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pernah mewajibkan pada Bani Isroil puasa satu hari dalam satu tahun, yakni hari ‘Asyura, yaitu hari kesepuluh bulan Muharrom. Oleh karena itu, berpuasalah kalian pada hari itu dan lapangkanlah nafkah keluarga kalian, karena siapapun yang melapangkan nafkah keluarganya dari hartanya maka Allah akan melapangkannya pada seluruh tahun tersebut”
صُوْمُوْا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَخَالِفُوْا اليَهُوْدَ، وَصُوْمُوْا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura dan jangan menyamai orang Yahudi, (maka) dan berpuasalah satu hari sebelumnya dan satu hari setelahnya” (HR. Ahmad)
Terdapat sebuah cerita menarik tentang hal ini, dahulu ada seorang Yahudi yang miskin, bertepatan pada hari ‘Asyuro ia tidak memiliki uang sama sekali untuk makan keluarga, sehingga ia sekeluarga berpuasa. Kemudian ia berkeliling keluar untuk mencari uang guna berbuka, namun ia tak menemukan apapun sama sekali, sampai ia memasuki sebuah pasar shorf, atau bisa kita sebut dengan pasar gadai, tempat dimana saling menukar uang dan menggadaikan barang. Di sana ia bertemu seorang Muslim yang baru saja menggelar barang dagangannya, kemudian ia mendekatinya dan bertanya
“Wahai tuan, saya ini orang fakir miskin, tidak memiliki apapun. Bersediakah tuan menghutangi saya satu dirham guna berbuka keluarga saya, dan saya doakan semoga tuan mendapat kebaikan pada hari ini”
Namun si penjual tadi tidak memberinya apapun dan malah memalingkan wajahnya. Kembalilah orang fakir tersebut dengan langkah gontai dan hati yang hancur, air matanya menetes memenuhi wajahnya. Di tengah perjalanan, seorang Yahudi yang merupakan tetangga penjual Muslim tadi menghentikan langkah si fakir tersebut dan berkata
“Aku tadi melihatmu berbicara dengan tetanggaku yang bernama Fulan, ada apa sebenarnya?”
“Aku ingin berhutang satu dirham untuk berbuka keluargaku, namun ia tidak memberikannya, padahal aku sudah mendoakan ia dengan kebaikan pada hari ini” jawab si fakir dengan sedih
“Memangnya ada apa dengan hari ini?” Tanya si yahudi penasaran
“Hari ini adalah hari ‘Asyuro” kemudian si fakir mulai menjelaskan keutamaan keutamaan pada hari tersebut.
Setelah mendengar penjelasan itu, tergugahlah hati orang Yahudi tersebut dan ia beri si fakir tadi sepuluh dirham sambal berkata, “ambillah uang ini dan nafkahilah keluargamu untuk memuliakan hari ini”
Bergegaslah si fakir tadi pulang dengan hati gembira karena akhirnya ia dapat memberi makan keluarganya yang telah berpuasa seharian penuh. Kemudian di sisi lain pada malam hari tersebut, penjual muslim yang pernah menolak fakir tadi tidur dan bermimpi, seakan akan kiamat telah terjadi dan ia sangat merasakan kehausan juga kesusahan, tak lama kemudian mendadak ia melihat ada sebuah rumah besar yang terbuat dari permata putih, pintu-pintunya terbuat dari intan yang berwarna merah.
Karena sangat haus, dengan mendongakkan kepalanya ia mencoba meminta seteguk air pada pemilik rumah tersebut, “Wahai tuan pemilik rumah, tolong berikan aku seteguk air..” namun kemudian, dijawab oleh sebuah suara “Rumah besar ini sebenarnya adalah milikmu kemarin, namun setelah kamu menolak memberi orang fakir kemarin, namamu dihapus dari sini dan dituliskan nama tetanggamu yang memberi orang fakir tersebut sebanyak sepuluh dirham”.
Setelah bangun, ia langsung disergap rasa takut dan gelisah, ia menyalahkan dirinya sendiri dan sangat menyesal. Kemudian bergegaslah ia menghampiri tetangganya dan berkata
“Engkau adalah tetanggaku, engkau memiliki hak padaku dan aku membutuhkanmu sekarang”
“Apa yang sebenarnya kau butuhkan?” Tanya si tetangga
“Juallah kepadaku pahala sepuluh dirham yang engkau berikan pada orang fakir kemarin dengan harga seratus dirham”
“Demi Allah, aku tidak akan pernah menjualnya walaupun engkau beli dengan harga seratus ribu dirham, namun jika engkau menginginkan memasuki rumah besar yang kamu lihat, maka aku akan mempersilahkanmu”
“Siapa yang memberitahu padamu mimpiku tadi malam?” Tanya si penjual heran
“Dzat yang berfirman Kun Fayakun, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku juga bersaksi bahwa nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya” sehingga masuklah ia pada agama Islam.
Dari cerita di atas dapat kita ambil hikmah, bahwa seorang Yahudi yang tidak mengetahui keutamaan pada hari ‘Asyura, namun ia masih berbaik sangka pada hari tersebut dengan melakukan kebaikan, hanya dengan itu saja Allah langsung memberikan hidayah untuk masuk Islam dan menjanjikan pahala yang besar. Lalu bagaimana dengan kita Umat Islam yang telah mengetahui keutamaan pada hari ini, masihkah akan kita biarkan hari yang penuh dengan keutamaan ini lewat begitu saja tanpa kita penuhi dengan berbuat kebaikan?
Referensi :
- I’anathut Tholibin Juz 2
- Ar-Roudl Al-Faiq fil Mawa’idhi war Roqoiq