Menulis adalah kegiatan yang luar biasa, cerdas, kreatif,interpretative, dinamis dan mampu menciptakan opini dan prinsip hidup yang mempengaruhi para pembacanya. Karena keluarbiasaanya itu, tentunya, orang yang mampu juga sedikit. Bedanya yang luar biasa dengan yang biasa salah satunya adalah kesedikitanya itu.

Tahu nggak, orang yang pandai menulis itu sebenarnya bisa terancam keren. Soalnya, ia pasti akan selalu rajin membaca buku-buku dan bisa terkenal bila sukses. Tapi, resikonya, orang yang sukses itu biasanya rawan diiri dan dibenci gara-gara keberhasilanya.

كلّ ذي نعمة محسود إلا التواضع

“ Setiap kenikmatan itu dibenci kecuali tawadlu’”.

Sorry, ngustadz dikit nggak papa kan hehehe…

Back to the point…

Bagaimana cara memulainya?

Setiap orang pasti bisa menulis. Hanya saja, dibutuhkan ketekunan dan kesemangatan untuk memulainya. Kadang, ada yang bingung bagaimana memulainya. Tapi, hal itu tidak usah dipikirkan soalnya, yang paling penting adalah mau mencoba.

""

Ada dua opsi untuk menulis, secara teoritis dan praktis. Kayaknya, pilihan nomor dua inilah yang sekarang menjadi acuan penulis-penulis besar saat ini. Menurut mereka jika belajar langsung praktek itu akan lebih mengena dan tepat sasaran. Buktinya, ada sebuah riset yang mengemukakan bahwa praktek itu dua minggu lebih lama mengendap dalam memori otak manusia dari pada teori yang hanya mampu bertahan selama satu hari.

Nah, marilah kita mencoba kawan, tak ada ruginya! dalam menulis kita tidak usah terlalu bergantung pada teori. Apa yang kita inginkan untuk ditulis maka tulislah. Misal, kita ingin menulis diary, peristiwa-peristiwa penting, dan pengalaman-pengalaman menyenangkan yang tidak perlu muluk-muluk menggunakan aturan yang malah bikin pusing. Nyatanya, ada orang yang belajar bahasa Inggris dengan langsung baca buku, Koran dan majalah yang berbahasa inggris dari pada baca grammar yang malah membuatnya puyeng. Selanjutnya, jika kita menginginkan wawasan dan menambah kualitas tulisan barulah kita mencoba menerapkan teori menulis.

Apakah Menulis itu Sulit ?

Mauidhoh dulu ya….Masyarakat kita saat ini lebih menyukai belajar dengan mengandalkan kuping (kayak jin dong). Padahal, SDM suatu Negara itu bisa maju jika orangnya mau mengadaptasikan cara belajar dengan membaca dan menulis. Lantas, apa yang menyebabkan orang-orang itu nggak mau menulis? Apa karena sulit?. Tidak, sebaiknya jangan ngomong sulit dulu sebelum mencoba!

Secara umum, sulit atau tidaknya sesuatu itu tergantung banyak hal, antara lain, niat, kemauan, serta anggapan dan keyakinan yang ada dalam pikiran kita. Jika niat dan kemauannya kuat, maka usaha untuk mencapainya juga akan lebih giat, sehingga proses pencapaiannya akan terasa lebih mudah.

BACA JUGA :  Ancaman Liberalisme, Salafy-wahabi, Sekularisme (Bagian V)

Sebaliknya, jika kita menganggap sesuatu itu sulit, maka kesulitan pulalah yang akan kita hadapi. Lain halnya jika kita menganggap sesuatu itu mudah (ingat: menganggap mudah tidak sama dengan menganggap enteng), maka biasanya segala sesuatunya akan terasa lebih mudah.

Saya percaya betul bahwa setiap orang pasti bisa menulis. Entah itu tukang becak, tukang bakso, tukang kaca dan tukang-tukang yang lainya. Tetapi syarat mutlaknya adalah 5% usaha, 5% usaha dan 90%nya juga usaha hehehe…

Menulis itu ibarat cerita, jika kamu bisa bercerita pasti kamu bisa menulis. Misalnya, kamu mau bercerita masalah politik pastinya kamu juga akan bisa menulis tentang politik, mau cerita tentang sejarah pasti kamu juga bisa menulis tentang sejarah. Walhasil, bukankah setiap hari, setiap saat, misal jika ketemu teman, adik, kakak, tetangga dan keluarga kamu pasti selalu berbincang tentang sesuatu yang tanpa kamu sadari sebagian besar diantaranya adalah cerita?

Iya kan?

Berarti, sebenarnya, setiap diri kita adalah pencerita. Hanya saja, kini kamu ditantang untuk menuangkan dan mengekspresikan ceritamu tidak lagi secara lisan, tetapi tulisan. So, masih mau bilang gak bisa?

Menulis itu dapat pahala

Pasti ada yang nggak sadar kalau menulis itu ada nilai plus-plusnya. Percaya nggak? Harus percaya! Ternyata menulis itu bisa dapat pahala selain kita juga memperoleh ilmu dan pengetahuan yang luas. Apalagi, kalau orang yang baca tulisan kita itu senang maka pahalanya pun akan berlipat ganda.

""

Tentunya, bagi anak santri tidak boleh menopause dari kegiatan yang namanya menulis ini. Soalnya, banyak kan dari kalangan Ulama’ Salaf yang dulunya tidak lepas dari menulis sehingga karya-karya mereka bisa kita timba manfaatnya hingga saat ini. Pastinya, pahala mereka pun juga mengucur derasnya karena barokah dan manfaat yang tertuangkan ke generasi-generasi berikutnya.

إذا مات ابن أدم إنقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أوعلم ينتفع به أو ولد صالح يدعوله

Artinya : “Jika anak Adam itu mati maka terputuslah amalnya kecuali amal tiga yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakanya”.

Wah, Ngustadz lagi nih….

Artikulli paraprakPemuda di Era Globalisasi
Artikulli tjetërIbu Nyai.Hj. Salamah Aniq Muhammadun

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini