“Peganglah sunnahku dan sunnah kholifah setelahku, seperti halnya kau menggigit dengan gerahammu”.

Kurang lebih seperti demikian sabda Rosulullah SAW menghimbau kita agar berpegang teguh pada syari’at beliau dan para sahabatnya yang akhirnya dijalankan oleh Ahlusunnah Wal Jama’ah. Banyak sekali ajaran-ajaran Nabi yang terkadang disalah artikan oleh sebagian golongan dalam Islam. Dari begitu banyak ajaran Nabi dan Sahabatnya ada 3 hal menonjol yang sering disalahkan :

1. Sifat Allah Mukhalafatul lilhawadisi

Dalam aqidah Ahlusunnah Allah SWT adalah dzat yang wajib adanya dan berbeda dengan makhluknya, karena Allah adalah sang pencipta yang tidak mungkin sama dengan ciptaanNya. Berbeda dengan pandangan sebagian golongan yang mengatakan Allah bertempat dsb. Jika Allah bertempat maka Allah sama dengan makhluknya yang bertempat maka hal itu tidak mungkin bahkan Imam Ahmad bin Hambal berkata :

ما خطر ببالك فالله بخلاف ذلك

“Setiap perkara yang terlintas dihatimu dalam mensifati dzat Allah, maka sesungguhnya Allah tidak seperti itu”..

2. Tawassul terhadap orang-orang Shalih

Ahlusunnah menganjurkan Tawassul karena tawassul adalah :

طلب الخير من الله اكراما لنّبي صلّ الله عليه وسلّم

Meminta kepada Allah dengan cara menghormati orang-orang shalih yang dekat denganNya atau dalam kontek ibarot tersebut adalah Rasulullah. Dan hal ini dikerjakan oleh   Salafussholih, tapi sayangnya sebagian golongan tidak memperbolehkannya bahkan mengkafirkan orang yang bertawassul.

3. Orang yang hidup bisa  memberi manfaat kepada orang-orang yang telah mati

Ahlusunnah meyakini hal ini dengan banyak sekali dalil dan jejak para salafussholih yang menunjukkan ke absahannya seperti contoh hadist Rasulullah yang menjelaskan masalah adzab kubur yang disebabkan gara-gara tidak membersihkan bekas kencing, lalu Rasulullah meletakkan pelepah kurma dan meletakkan di atasnya dan bersabda : ”Pelepah ini meringankan adzab hingga kering”. Dan jika orang hidup tidak bisa bermanfaat kepada orang yang sudah mati, kenapa Islam mensyari’atkan sholat jenazah yang didalamnya terdapat permintaan rahmat atau ampunan terhadap mayit. Tapi sayangnya hal ini juga ada yang mengingkarinya.

BACA JUGA :  Ibadah – Tata Cara Sholat

 

Disarikan dari mau’idhoh Syaikh Bilal Al-Hallaq Al-Lubnani (Malam Jum’at, 15 Dzulhijjah 1440 H.)

Artikulli paraprakMbah Moen Menjaga Aqidah Para Santri
Artikulli tjetërQasidah Maimoeniyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini