Dalam menyikapi problematika yang muncul, Islam mempunyai barometer tersendiri untuk menimbang obyek tersebut. Yaitu, dengan menggunakan landasan Al-Quran, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas. Umat Islam disuruh untuk mentaati rambu-rambu yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam segala aspek kehidupan. Hal ini menunjukan betapa lengkapnya agama Islam. Urusan yang kecil saja seperti buang hajat diatur dan diperhatikan oleh Islam dengan begitu detailnya, apalagi masalahValentine’s Day yang mempunyai dampak negative lebih banyak bila dibandingkan dengan dampak positifnya. Meskipun dalam Valentine’s Day ini tidak ada nash atau teks yang sharih (jelas) dari Al-Quran dan Hadist yang menjelaskan masalah Valentine’s Day atau ‘idul hub (hari kasih sayang). Akan tetapi, dilihat dari muatan dan akibat yang ditimbulkan oleh Valentine’s Day sangat bertentangan dengan ajaran yang dibawa Rasulullah Saw.

""

Ada yang mengatakan asal suatu perkara itu adalah ibahah (diperkenankan) kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Statemen ini merupakan pendapat dari kalangan Madzhab Syafiiyah. Ada juga yang mengatakan kalau asal dari suatu perkara adalah tahrim (diharamkan) kecuali ada dalil yang menghalalkannya. Kaidah ini adalah konsep yang diterapkan oleh kalangan Madzhab Hanafiyah. Rasulullah Saw bersabda:

ما أحل الله فهو حلال وما حرم فهو حرام (أخرجه البزار والطبراني)

“Perkara yang dihalalkan Allah hukumnya adalah halal. Dan perkara yang diharamkannya hukumnya adalah haram.” (HR. Bazzar dan Thabrani).

Ketika Valentine’s Day muncul di tengah-tengah masyarakat, kedatangannya membawa dua dampak secara umum. Yaitu dampak yang dianggap positif dan dampak negative. Mungkin dampak positif itu muaranya bagi mereka yang sedang dilanda cinta dan tergila-gila dengan kesenangan dunia yang bersifat sesaat. Dengan adanya Valentine’s Day, orang yang sedang jatuh cinta, mungkin merasa dapat lebih leluasa dan lebih mengenal apa itu makna cinta bersama dengan orang yang dicintainya. Juga, ia bisa berbagi hadiah dengan orang yang dikasihinya.

Dilihat secara general memberikan hadiah adalah perkara baik yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Begitu juga masalah mencintai sesama muslim. Kedua hal ini telah dianjurkan oleh Islam. Akan tetapi mengakaitkan keduanya dengan Valentine’s Day tidaklah dibenarkan. Karena hal ini bisa mengantarkan kepada penyerupaan dengan orang kafir yang mendapat larangan tegas dari Islam. Dalam kaidah Usul Fikih disebutkan:

للوسائل حكم المقاصد

“Perantara-perantara itu hukumnya sesuai dengan tujuannya.”

Mengenai dampak negative yang ditimbulkan dari Valentine’s Day, hal ini bisa dilihat dari ketidak sesuaiannya dengan ajaran Islam dan pantulan-pantulan yang ditimbulkan dari Valentine’s Day itu sendiri, baik secara umum maupun khusus. Karena bukan dari kalangan Islam saja yang menolak Valentine’s Day, tapi selainnya juga menolak, seperti yang terjadi di India yang mayoritas beragama Hindu.

""

Jika ada umat Islam yang masih mau merayakan Valentine’s Day, tanpa mau menimbang-nimbang dan melihat histori dan akibat yang ditimbulkannya, sungguh himmah (kegairahan) keislamannya masih perlu dipertanyakan. Mereka lebih suka untuk mengikuti bisikan hawa nafsu yang menjerumuskan manusia ke lembah yang penuh dengan dosa. Orang yang mengikuti bisikan setan meskipun kelihatannya ia mulia dan bahagia di dunia, pada hakikatnya ia merupakan orang yang hina dan telah membuat tempatnya sendiri di neraka. Ingatlah saudaraku! Surga itu dihiasi dengan perkara yang kelihatan pahit selama hidup di dunia. Sedangkan neraka itu dihiasi dengan perkara yang kelihatan nikmat dan indah-indah. Rasulullah Saw bersabda:

حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات (أخرجه مسلم والترمذي)

“Surga itu dikelilingi dengan perkara yang dibenci. Sedangkan neraka itu dikelilingi dengan perkara yang sesuai dengan selera hawa nafsu.” (HR. Muslim dan Thirmidzi).

Saudaraku? Maslahat atau faedah dari Valentine’s Day yang dianggap positif itu tidaklah sesuai dengan kacamata syariat Islam. Maslahah Asy-Syar’iyah muaranya menjaga perkara yang ada kaitannya dengan dunia dan akhirat secara bersama. Apabila ada perkara yang hanya dapat menimbulkan maslahat di dunia saja, sedangkan di akhiratnya akan berimbas pada siksaan Allah, maka maslahat tersebut tidaklah dilegalitas oleh syariat Islam.

Sebagian ulama ahli Usul Fikih mengklarifikasi maslahah menjadi tiga bagian:

  1. Maslahah yang Muktabar secara syariat. Yaitu, maslahat yang tuntutannya sesuai dengan dalil-dalil yang ada di kitab suci Al-Quran, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas. Seperti maslahatnya salat.
  2. Maslahah yang Mulghah secara syariat. Yaitu, maslahat yang timbul menurut pandangan manusia dengan pandangan yang pendek. Maslahat itu menurutnya berfaedah, akan tetapi syariat Islam melarangnya dan tidak mengakuinya sebagai maslahat. Contohnya seperti minuman khamr yang menurut sebagian orang bermanfaat. Namun, kemanfaatannya tidak mendapat legalitas dari syariat Islam.
  3. Maslahah Al-Maskut ‘Anha. Yaitu, maslahat yang tidak ada dalil-dalilnya secara khusus, baik dari Al-Quran, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas. Akan tetapi, ada dalil secara general yang menerangkan tentang hal tersebut.

Merayakan Valentine’s Day Berarti ikut Meniru Budaya Non Muslim

Orang kafir, terlebih kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan berhenti mengganggu umat Islam sebelum iman mereka terlepas dari dadanya dan berganti dengan agama Yahudi atau Nasrani. Upaya apapun akan dilakukan agar seorang muslim mau mengikuti agama keduanya. Maka dari itu, Islam telah melarang dengan tegas kepada pemeluknya agar tidak mengikuti dan meniru-niru orang kafir (tasyabbuh, read), terlebih menjadikannya sebagai seorang pemimpin atau panutan yang harus diikuti tingkah lakunya. Allah berfirman :

""

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (البقررة :120)

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar).” dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (االمائدة: 51)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.“ (QS. Al-Maidah: 51).

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (النساء: 139)

“(Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (An Nisa: 139)

Rasulullah Saw bersabda:

عن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ، فَخَالِفُوهُمْ (أخرجه البخاري)

“Dari Abi Hurairah Ra mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari).

Dalam hadits lain, Rasulullah Saw menjelaskan secara gamblang supaya kita tidak meniru-niru perbuatan orang kafir. Rasulullah Saw bersabda:

عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ, فَهُوَ مِنْهُمْ (أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ)

“Dari Ibnu Umar menceritakan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud yang dishahihkan oleh Ibnu Hibban.).

Menghadiri Perayaan Valentine’s Day Bukan Ciri Orang Beriman

Allah Swt telah menentukan ciri-ciri sifat orang yang beriman. Salah satunya mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam Valentine’s Day. Sebab, Valentine’s Day telah dinyatakan oleh Paus Gelasius I sebagai hari raya orang Kristen meskipun ujungnya telah dihapus dalam kelender gerejawi. Selain hal itu merupakan perayaan orang Nasrani, nuansa merayakan Valentine’s Day juga penuh dengan perkara yang bathil yang dapat menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Allah Swt berfirman:

""

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا(الفرقان: 72)

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72).

Kata “zur” menurut Abdullah bin Abbas mempunyai arti tidak menghadiri perayaan orang-orang musyrik. Dalam menafsiri “zur”, Imam Mujahid mempunyai sebuah pendapat agar orang muslim tidak menghadiri majlis yang bathil. Penafsiran yang senada dengan Abdullah bin Abbas dan Imam Mujahid juga diungkapkan oleh Imam Robi’ bin Anas dan Al-Qadhi Abu Ya’la.

Mengagungkan Valentine’s Day Akan Berimbas Berkumpul dengan St. Valentino di Hari Kiamat Nanti

Jika ada orang mengaku telah mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hatinya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berupa dikumpulkan dengan orang yang dicintainya. Rasulullah Saw bersabda:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه و سلم متى الساعة يا رسول الله؟ قال ( ما أعددت لها) . قال ما أعددت لها من كثير صلاة ولا صوم ولا صدقة ولكني أحب الله ورسوله قال أنت مع من أحببت (رواه البخاري)

“Dari sahabat Anas bin Malik Ra mengungkapkan bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, “Kapan terjadinya hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau Saw menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab,“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak salat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau Saw bersabda, “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari).

عَنْ أَبِي مُوسَى رضي الله عنه قال : أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ” الْمَرْء مَعَ مَنْ أَحَبَّ (رواه البخاري و مُسْلِم)

“Dari Abi Musa Ra menceritakan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda, “Seseorang itu akan dikumpulkan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim

Dalam riwayat lain di kitab Shahih Bukhari, Anas bin Malik mengatakan:

فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

BACA JUGA :  Secercah Cahaya di Al-Anwar

Bayangkan, bagaimana jika orang yang dicintai dan diagungkan oleh seorang muslim adalah seorang tokoh Nasrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat kaisarnya melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi Muhammad Saw yang mengatakan “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai.”

Jika kita seorang muslim yang teguh dengan ajaran Islam, manakah yang kita pilih antara dikumpulkan bersama orang-orang saleh ataukah bersama tokoh Nasrani yang jelas-jelas tempatnya sudah disediakan di Neraka? Mukmin mana yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir wahai saudaraku?

Ucapan Selamat Valentine’s Day dapat Menjerumuskan kepada Kesyirikan

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.

Dengan tanpa disadari atau tidak, ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Hal ini dapat menghilangkan ketauhidan seseorang jika dilakukan dengan alim dan sengaja karena telah menyamakan makhluk dengan Sang Khalik. Allah Swt berfirman :

إِنَّ الله لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ (النساء : 48)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48).

Merayakan Valentine’s Day Menjadi Mukadimah Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini telah mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat. Kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama.

Untuk masa sekarang ini, Valentine’s Day identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua itu terjadi dengan mengatas namakan semangat cinta kasih.

Di Pontianak telah diceritakan ada sebuah fenomena luar biasa yang terjadi menjelang detik-detik Valentine’s Day atau hari kasih sayang. Di sana penjualan kondom meningkat 500 persen.

Seorang apoteker, Erlin Sungkar, mengatakan, penjualan alat kontrasepsi dan pendeteksi kehamilan (test pack) meningkat drastis.

“Penjualan meningkat semenjak pagi tadi, seperti penjualan di beberapa apotek di Kota Pontianak yang biasanya 50 Pak sekarang bisa jadi 250 Pak,” kata Erlin kepada Okezone, Rabu (13/2/2013).

Menurutnya, fenomena tersebut kerap yang terjadi menjelang Valentine’s Day dan Tahun Baru. Apotek yang yang paling banyak diserbu adalah yang lokasinya berdekatan dengan kampus dan tempat kos para pelajar SMP-SMA dan mahasiswa.

“Miris juga melihatnya. Anak-anak kecil SMP-SMA yang beli dan sudah tidak malu-malu lagi,” katanya miris.

Erlin juga mengatakan, penjualan kondom sangat laris karena harganya terjangkau yakni berkisar Rp. 4,6 ribu hingga Rp. 6 ribu. Bahkan, ada kondom yang dijual dengan harga Rp. 2 ribu. Namun, menurut alumnus UII Yogya itu, yang paling diburu adalah kondom dengan berbagai rasa.

“Kalau harga variasi, cuma yang laris yang macam-macam rasa,” jelasnya sambil tersenyum.

Selain banyaknya penjualan kondom, Erlin menambahkan satu bulan usai Hari Valentine, penjualan yang juga meningkat adalah penjualan test pack.

“Nanti kita lihat satu bulan ke depan pasti tes pack yang meningkat pejualannya, dan memang seperti itu dari tahun ke tahun,” pungkasnya.

Tentunya, dengan adanya kencang seorang pemuda dengan kekasihnya yang jelas-jelas bukan muhrimnya akan menarik untuk berkhulwat (menyendiri). Sehingga, kedua pasangan yang sedang menjalin hubungan cinta tadi lebih leluasa untuk malakukan percintaan yang berujung kepada perzinaan sebab dorongan setan yang begitu kuatnya telah menguasai keduanya. Mereka lebih bebas melakukan hubungan yang dilarang agama sebab jauhnya dari pandangan orang tua atau mahram yang menemani. Diceritakan dari At-Tirmidzi bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

لا يخلون رجل بامرأة إلا كان ثالثهما الشيطان(رواه الترمذي)

“Tidak ada seorang laki-laki yang berkhalwat (menyendiri) dengan perempuan kecuali ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi).

لا يخلون رجل بامرأة إلا ومعها ذو محرم ولا تسافر امرأة إلا مع محرم ولا يدخل عليها رجل إلا مع محرم (أخرجه الطبرانى ، والبيهقى فى شعب الإيمان عن ابن عباس)

“Tidak diperkenankan bagi seorang laki-laki menyendiri dengan perempuan lain kecuali disertai dengan mahramnya. Juga tidak diperkenankan bagi seorang perempuan untuk bepergian kecuali ditemani dengan mahramnya. Dan tidak diperkenankan bagi seorang laki-laki masuk di tempat perempuan kecuali perempuan tadi ditemani mahramnya.” (HR. At-Thabrani dan Baihaqi dari Ibnu Abbas di bab cabang keimanan).

Apa sesungguhnya yang terjadi saat Valentine Day? Media massa memberitakan tentang buruknya Valentine Day, di antaranya: Lewatkan Malam Valentune Day di Hotel Kawasan Kanjeran-Surabaya Cuma Rp. 27.500-75.000; Penjualan Kondom Meningkat Jelang Valentine (Medan); Rayakan Valentine Pesta Kebo Dibubarkan (Jakarta); Pasangan PNS Digerebek Saat Mesum di Hari Valentine (Kediri); Pasangan Valentine 20 Pasangan Mesum Ditangkap.

Ingatlah wahai saudaraku! Rasulullah Saw telah mengultimatum kepada umatnya akan adanya siksa Allah yang pedih jika perzinaan sudah meraja rela yang seolah-olah menjadi hal yang wajar untuk dikerjakan. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

إذا ظهر الزنا والربا في قرية فقد أحلُّوا بأنفسهم عذاب الله (رواه ابن حبان)

“Bila perzinahan dan riba telah terang-terangan dilakukan oleh penduduk suatu negeri maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan bagi diri mereka untuk terkena azab Allah.” (HR. Ibnu Hibban)

Dalam semangat Valentine’s Day itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Ingatlah saudaraku! mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Swt berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا (الاسرا:32)

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra: 32)

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras dari pada perkataan “Janganlah melakukannya!” Artinya, bahwa jika kita mendekati zina saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai melakukannya, jelas-jelas lebih terlarang.

Merayakan Valentine’s Day Termasuk Meniru Perbuatan Setan

Menjelang perayaan Valentine’s Day berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir penjualannya laku keras. Berapa banyak harta yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Akan tetapi, hawa nafsu berkehendak lain. Bisikan setan lebih senang untuk diikuti dari pada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan di waktu itu. Mungkin bisa mencapai bermilyar-milyar rupiah yang dihabiskan oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan Valentine’s Day. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah Swt:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا . إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (الاسرا: 27-26)

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. “ (QS. Al Isra : 26-27).

Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”

Merayakan Valentine’s Day Berarti ikut Memperkaya Non Muslim

Perayaan Valentine’s Day semakin hari kian bertambah meriah. Masyarakat awam digiring untuk konsumtif. Lewat kekuatan promosi dan marketingnya yang merambah ke semua media, baik cetak, elektronik maupun internet, Valentine’s Day dibuat segemerlap mungkin dan di kampanyekan sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang menjalin hubungan kasih sayang. Dan tentulah para pengusaha yang mengeruk keuntungan. Mereka hanya berorientasi materi tanpa memperdulikan tanggung jawab moral, akidah umat. Mereka hanya berpikir agar dagangan mereka laku terjual dan memperoleh keuntungan dengan jumlah yang berlimpah ruah. Sehingga terjadilah apa yang disebut sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

Di Amerika Serikat, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”.)

Romo Franz Magnis Suseno, Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF Driyarkara) mengaku tidak mengetahui Valentine Day sebagai Hari Kasih Sayang. Sebab di dalam Katolik pun tak mengenal Valentine Day, hanya sekedar mempromosikan barang dagangan. Jutaan bahkan milyaran orang merayakan Valentine tiap tahunnya. Milyaran mawar dipetik, puluhan juta kilogram coklat didistribusikan dan jutaan kartu ucapan dibuat. “Valentine Day hanya sebagai ajang kapitalis bisnis untuk melakukan keuntungan dari perayaan itu,” kecamnya.

Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk “valentines”. Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Sarana prasarana yang dipergunakan untuk perayaan Valentine’s Day kebanyakan diproduksi oleh oleh non muslim dengan jumlah yang besar. Keuntungan yang dikeruk oleh mereka juga berlimpah-limpah. Sehingga, mau atau tidak, jika umat Islam ada yang ikut merayakan Valentine’s Day, maka secara tidak langsung, mereka telah ikut memperkaya non muslim.

Dalam hal maraknya pernak-pernik valentine berupa bunga, boneka, tulisan, makanan dan hadiah lainnya yang bernuansa “pink” di toko, supermarket/mall, hotel, hanyalah upaya kaum “pebisnis/kapitalis” untuk mendapatkan uang sebesar-besarnya sebagai “perayaan bisnis” dan “industrialisasi agama” tanpa menelaah esensi valentine yang sebenarnya.

Umat Islam dijadikan budak konsumerisme yang diciptakan kaum Kapitalis. Seiring itu isme-isme lain masuk dan menggantikan aqidah Islam. Selanjutnya terciptalah generasi yang sudah tidak mengenal Islam, mereka ini yang sering disebut lebih barat ketimbang barat, lebih Amrik ketimbang Amerika. Maka tak heran juga jika sekian aset negara ini tiba-tiba sudah melayang di tangan asing.

Artikulli paraprakValentine’s Day; Teror Berkedok Kasih Sayang
Artikulli tjetërTantangan Dunia Modern

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini