Ketika itu gereja sepi. Sebagai trik, maka dilakukan ritual budaya tertentu agar remaja mau ke gereja. Hari Paskah misalnya, apa hubungannya dengan telur. Untuk menjadikan ritual yang menarik, missionaris menciptakan permen, coklat, hingga doorprize sebagai upaya untuk mengikis akidah keimanan umat Islam melalui budaya. Di Autralia, hari Paskah tidak menggunakan simbol telur, melainkan kelinci yang lucu, sehingga membuat anak-anak senang. Seperti itulah kebohongan yang diciptakan misionaris gereja,” ungkap Hj. Irena menginformasikan.

""

Jika kita mau menengok sejarah perkembangan Islam, kita akan mengertahui kalau umat Islam adalah umat yang kuat-kuat dan gagah perkasa bila dibandingkan dengan yang lainnya. Di dalam ayat mushabarah dalam mengahadapi orang kafir dalam sebuah peperangan satu orang Islam mulanya bandingannya adalah melawan sepuluh orang kafir. Namun, ayat tersebut dinasakh (diganti) dengan satu orang Islam melawan dua orang kafir. Allah Swt berfirman:

{ ياأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِن يَكُن مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُواْ مِئَتَيْنِ وَإِن يَكُنْ مِّنكُمْ مِّئَةٌ يَغْلِبُواْ أَلْفاً مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّ يَفْقَهُونَ . الآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفاً فَإِن يَكُنْ مِّنكُمْ مِّئَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُواْ مِئَتَيْنِ وَإِن يَكُن مِّنكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُواْ أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ } [الأنفال:65-66]

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat kepada orang-orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang, Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 65-66)

Betapa kuatnya orang Islam di masa lampau. Akankah zaman keemasan yang pernah diraihnya hanya akan menjadi sebuah kenangan belaka yang habis ditelan masa dengan ditandai dengan jatuhnya kerajaan Turki Ustmani. Ataukah itu merupakan sebuah ibrah yang akan dijadikan pelajaran untuk mencapai kejayaan lagi seperti bangsa Arab yang sebelum datangnya Islam merupakan daerah yang tertinggal namun setelah Islam datang ia menjadi daerah yang cepat maju dan berkembang pesat di bawah bendera pimpinan Nabi Muhammad Saw.

Untuk saat ini umat Islam tidaklah seperti di zaman dahulu. Umat Islam telah mengalami kemunduran terlebih dalam masalah ilmu pengetahuan. Kemunduran ini menurut Dr. Zakir naik disebabkan karena mereka telah jauh dari kitab suci dan agamanya. Kitab suci Al-Quran yang menjadi pegangan umat Islam hanya dijadikan hiasan belaka tanpa mau diamalkan apa yang ada di dalamnya. Sehingga cahaya Al-Quran tidak bisa menerangi jalan hidup orang Islam. Padahal menurut Dr. Zakir Naik bangsa Eropa itu maju justru dari kebalikan orang Islam. Yaitu, mereka bisa maju disebabkan karena mereka jauh dari agama yang dianutnya. Bukankah Rasulullah Saw sudah mengingatkan agar kita berpegang teguh dengan Al-Quran dan sunnahnya agar tidak tersesat dalam mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan lika-liku. Rasulullah Saw bersabda:

تَركْتُ فيكُمْ أَمْرَيْنِ لنْ تَضِلُّوا ما تَمسَّكْتُمْ بهما : كتابَ الله ، وسنّة رسولِهِ. (أَخرجه مَالِك)

“Aku telah meninggalkan kepada kalian semua dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya kalian tidak akan pernah tersesat selamanya. Yaitu, kitab Allah (Al-Quran) dan sunnah Rasul-Nya (Al-Hadist).” (HR. Imam Malik).

Saudaraku? Jika kita mau membaca dan mempelajari dengan mendalam apa yang ada di dalam Al-Quran dan Al-Hadist niscaya kita akan menjadi muslim yang sejati yang tidak akan terpengaruh oleh arus luar yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kita tidak boleh terjebak dengan sebuah produk yang dibungkus dengan penampilan yang indah. Ketika kita membukanya, ternyata isinya adalah sebuah bangkai atau barang yang tidak layak untuk dikonsumsi oleh seorang muslim. Ibarat ini bisa dianalogkan dengan seorang muslim yang mau mengagungkan dan merayakan Valentine’s Day. Bungkusannya berbentuk hiasan ajaran kasih sayang akan tetapi ketika ditelusuri isinya berupa ajaran untuk mengenang seorang pastor St. Valentino, St. Marius, Dewa Lupercus dan mengandung beberapa ajaran yang kebanyakan menyimpang dengan konsep Islam.

""

Seandainya kita mau mengamalkan ajaran untuk saling menyayangi, Islam mempunyai rumus tersendiri yang selamat dari kemaksiatan. Dalil-dalil yang menerangkan tentang kasih sayang banyak diterangkan di dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Seperti, di dalam Al-Quran terdapat surat Ar-Rahman dan asmaul husna Ar-Rahim yang keduanya menerangkan ajaran kasih sayang. Rasulullah Saw juga mengajarkan kasih sayang yang langsung diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan sampai di akhirat kasih sayang Rasulullah Saw masih berlangsung dan sangat diperhatikan olehnya. Rasulullah Saw bersabda:

وعن عمرو بن شعيب ، عن أبيه ، عن جده رضي الله عنهم ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم : لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرنَا ، وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبيرِنَا (رواه أَبُو داود والترمذي)

“Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyanyangi anak kecil dan tidak mengetahui kemuliaan orang besar.” (HR Abu Dawud dan Thirmidzi).

وعن أَبي هريرة رضي الله عنه ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم : لَمَّا خَلَقَ الله الخَلْقَ كَتَبَ في كِتَابٍ ، فَهُوَ عِنْدَهُ فَوقَ العَرْشِ : إنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبي (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ)

“Dari Abi Hurairah Ra mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Ketika Allah selesai menciptakan mahkluk, maka Allah mencatat suatu catatan yang berada di atas Arsyi-Nya. Yaitu, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR Bukhari Muslim).

عن عبد الله بن عمرو بن العاص : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء (رواه البيهقي)

“Diceritakan dari Abdullah bin Amr bin Ash Ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Orang-orang yang mau saling mengasihi, maka Allah akan mengasihi mereka. Oleh karena itu kasihanilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan mengasihinimu.” (HR. Baihaqi).

Mengenai interaksi untuk saling mengasihi antara umat Islam dengan non muslim jangan sampai menyentuh ranah situs-situs akidah keislaman. Di dalam oase Rasulullah Saw ada sebuah teladan yang mulia. Yaitu, beliau pernah menyuapi pengemis Yahudi yang buta matanya di sudut Madinah hingga akhir hayatnya. Padahal pengemis ini selalu mencaci maki Rasulullah Saw. Dengan sifat kesabaran dan keramah tamahan, Rasulullah Saw tidak membalas cacian pengemis Yahudi ini dengan cacian. Akhirnya, pengemis ini memeluk Islam. Juga, ketika Suraqah bin Malik bin Ju’syam hendak membunuh Rasulullah Saw karena mendapatkan iming-imingan hadiah yang luar biasa dari kafir Quraisy. Namun, niatnya itu tidak kesampaian. Ia jatuh dari kuda yang ditungganginya yang digunakan untuk mengejar Rasulullah Saw ketika hendak hijrah dari Mekah menuju Madinah. Sampai-sampai ia dengan kudanya tenggelam dalam padang pasir. Akan tetapi dengan kasih yang ada dalam diri Rasulullah Saw, akhirnya Suraqah ditolong oleh Rasulullah Saw.

Kisah-kisah tentang kasih sayang Rasulullah Saw sangatlah banyak sekali apabila kita mau membaca sejarah hidupnya. Semuanya itu tidak ada kaitannya dengan perkara yang membahayakan akidah keislaman. Allah Swt berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ . لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (الْكَافِرُونَ :1-6)

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Valentine’s Day; Genderang Perang Budaya

Gencatan senjata yang digencarkan Amerika di Iraq, Afghanistan, Pakistan dan negara muslim lainnya merupakan upaya untuk menjajah negara tersebut supaya mau tunduk terhadapnya. Peperangan ini memakan biaya yang sangat mahal. Namun untuk memerangi Indonesia yang mayoritas beragama Islam serta untuk menguasai kekayaan alamnya, Amerika tidak perlu menge¬luarkan biaya yang sedemikian besar. Ada perang yang cukup murah, yakni perang budaya, dengan mendangkalkan akidah umat Islam dan menjauhkannya dari ajaran Islam serta menebarkan kemaksiatan-kemaksiatan, baik terselubung atau secara terang-terangan.

Banyak umat muslim yang sudah diracuni akidahnya. Alat yang digunakan Negara Barat salah satunya dengan cara membayar para Cendikiawan Muslim yang mau diajak kerjasama. Dengan syarat mereka harus berfikir nyleneh yang tidak sesuai dengan kontek agama Islam, Al-Quran dan Al-Hadist. Kenylenehan mereka nampak ketika mereka membolehkan nikah beda agama secara mutlak, mengatakan semua agama benar, memperbolehkan hak saling mewarisi antara muslim dengan non muslim, membolehkan Valentine’s Day ala Indonesia dan banyak lagi yang lainnya yang semuanya itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan bisa jadi pemikiran nyleneh itu kalau diadopsi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dapat membahayakan ketauhidan seseorang. Sungguh mereka menafsiri Al-Quran dan Hadist dengan seenaknya sendiri untuk suatu kepentingan yang sepihak. Rasulullah Saw bersabda :

BACA JUGA :  Yesus (Isa a.s.) dan Hari Natal

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ بَعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَلَاقِيمَهُمْ يَخْرُجُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَخْرُجُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لَا يَعُودُونَ فِيهِ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ (رواه احمد)

“Diceritakan dari Abi Dzar Ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya akan ada suatu kaum dari umatku yang hidup setelah zamanku yang gemar membaca Al-Quran namun tidak sampai kepada kerongkongannya (istilah untuk orang yang tidak memahami Al-Quran dengan pemahaman yang baik dan benar). Mereka keluar dari agamanya sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya yang tidak akan kembali lagi. Itulah sejelek-jeleknya makhluk dan tabiat.” (HR. Ahmad).

Disadari atau tidak, sebagian umat Islam telah terjerumus dalam perangkap budaya “Valentine’s Day” yang dapat mendangkalkan akidah, terlebih kalangan remajanya yang sedang dalam masa pubernya. Sebab, di dalam Valentine’s Day ada budaya-budaya hedonisme yang mengumbar kepuasan hawa nafsu dan beberapa kemaksiatan yang apabila dikerjakan oleh umat Islam akan membuat dirinya semakin jauh dari agamanya. Bukankah iman itu bertambah dan berkurang? Bertambah sebab melakukan ketaatan kepada Allah. Berkurang sebab melakukan perbuatan yang mengandung kemaksiatan yang ujungnya akan menurunkan murka Allah.

Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang Kristen. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”

Valentine’s Day; Strategi Praktis Menghilangkan Akidah

Ketika tentara Khalid bin Walid yang berjumlah 3000 orang berhadapan dengan tentara Romawi yang berjumlah 100 ribu orang, mereka bisa membuat tentara kafir bergetar dan kalang kabut. Begitu juga Perang Badar dan Khandak yang terjadi di awal Islam, dengan gagahnya tentara muslim dapat memperoleh kemenangan meskipun jumlah pasukannya tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan pasukan orang kafir. Juga kemenangan umat Islam ketika terjadi Perang Salib. Hal ini membuat pemikir-pemikir non muslim bergerak untuk menyelidiki ada apa di balik itu semua. Mereka mengirimkan putra-putrinya untuk belajar Islam secara mendalam. Tujuan mereka mempelajari Islam bukanlah untuk diamalkan, akan tetapi untuk menghancurkan Islam.

Gold Stones, Mantan Perdana Menteri Inggris mengatakan, ”Percuma memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemudi Islam al-Quran masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut Al-Quran hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka.”

Ketika Al-Quran sudah dicabut di dada seorang muslim, yang terjadi adalah sosok muslim yang hidup seperti anak ayam yang baru menetas yang kemudian ditinggal induknya. Al-Quran yang dicabut dari dada seorang muslim di sini merupakan sebuah majas agar umat Islam dijauhkan dari ajarannya. Menjauhkan umat Islam tidaklah dilakukan dengan cara yang keras. Namun taktik yang diterapkan begitu halus dan licin sekali. Salah satunya dengan Valentine’s Day. Bukankah di dalam Valentine’s Day banyak sekali perkara yang dilarang agama Islam? Akankah kita menghalalkan perkara yang diharamkan Allah? Rasulullah Saw bersabda:

عن عوف بن مالك الأشجعي، قال: قال رسول الله, صلى الله عليه وسلم: “تفترق أمتي على بضع وسبعين فرقة أعظمها فتنة قوم يقيسون الدين برأيهم، يحرمون به ما أحل الله، ويحلون به ما حرم الله”

“Dari ‘Auf bin Malik Al-Asy-ja’i mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh golongan. Yang paling bahaya di antara mereka adalah golongan yang berani menimbang-nimbang (mengqiyaskan) agama dengan pendapatnya sendiri. Dengan pendapatnya, mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, dan menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah.” (Al-Hadist).

Sedikit demi sedikit tipu muslihat telah dilancarkan oleh non muslim dengan begitu licinnya seperti licinnya strategi Perang Candu yang membuat Negara Cina menjadi hancur lebur. Hingga tiba saatnya manusia tidak merasa kalau dirinya telah terkena tipu daya setan yang mengakibatkan datanglah murka Allah yang begitu pedih. Allah Swt berfirman :

وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (الانفال :48)

“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah”. dan Allah sangat keras siksa-Nya.“ (QS. Al-Anfal : 48)

Hati-hatilah wahai saudaraku seiman dan seagama dengan arus kemurtadan! Pagi-pagi seseorang masih dalam keadaan membawa akidah keislaman, namun sore-sore keimanan itu hilang lenyap tanpa terasa sebab tidak menjaga perkataan dan perbuatan yang disebabkan karena ikut-ikutan arus tanpa didasari dengan pengetahuan yang benar. Apabila kita tidak jeli dalam menjaga perkataan dan perbuatan, maka kita akan terbawa arus yang dasyat tersebut. Arus itu bagaikan badai topan di zaman Nabi Nuh As. Barang siapa yang mau menaiki perahunya Nabi Nuh (dengan menjalankan Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw dan Salafus Saleh), maka dia akan terselamatkan dari badai tersebut. Jika tidak, maka yang terjadi sebaliknya. Rasulullah Saw bersabda:

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً , وَيُمْسِي مُؤْمِناً وَيُصْبِحُ كَافِراً (أخرجه الطبرانى)

“Pagi-pagi seseorang dalam kondisi beriman, namun sore harinya dia menjadi kafir. Dan sore-sore seseorang dalam kondisi beriman, namun pagi harinya dia menjadi orang yang kafir.” (HR. At-Thabrani).

Hati-Hati dengan Teror Kata Berkedok “Kasih”

“Aku datang untuk menemui ummat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, tidak dalam benci tapi dalam cinta.” Henry Martyn, missionaris Perang Salib telah gagal, begitu kata Henry Martyn. Karena itu, untuk menaklukkan dunia Islam perlu resep lain: gunakan kata, logika, dan kasih? Bukan kekuatan senjata atau kekerasan. Hal senada dikatakan misionaris lain, Raymond Lull. Ia mengatakan, “Saya melihat banyak ksatria pergi ke Tanah Suci, dan berpikir bahwa mereka dapat menguasainya dengan kekuatan senjata, tetapi pada akhirnya semua hancur sebelum mereka mencapai apa yang mereka pikir bisa diperoleh.”

Lull mengeluarkan resep: Islam tidak dapat ditaklukkan dengan darah dan air mata, tetapi dengan cinta kasih dan doa. Menurut Eugene Stock, mantan sekretaris redaksi Church Missionary Society, tidak ada figur yang lebih heroik dalam sejarah Kristen dibandingkan Raymond Lull. Lull adalah misionaris pertama dan mungkin terbesar yang menghadapi para pengikut Muhammad.

Ungkapan Lull dan Martyn itu ditulis oleh Samuel M Zwemmer, misionaris Kristen terkenal di Timur Tengah, dalam buku Islam: A Challenge to Faith (1907). Buku yang berisi resep untuk menaklukkan dunia Islam itu disebut Zwemmer sebagai beberapa kajian tentang kebutuhan dan kesempatan di dunia para pengikut Muhammad dari sudut pandang missi Kristen?

Bagi para missionaris, mengkristenkan kaum muslim adalah keharusan. Dalam laporan tentang Konferensi Seabad Misi-misi Protestan Dunia (Centenary Conference on the Protestant Missions of the World) di London (1888), tercatat ucapan Dr. George F Post yang mengatakan “Kita harus menghadapi Pan-Islamisme dengan Pan-Evangelisme. Ini merupakan pertarungan hidup dan mati.” Selanjutnya, dia berpidato, “Kita harus masuk ke dalam Arabia; kita harus masuk ke Sudan; kita harus masuk ke Asia Tengah; dan kita harus mengkristenkan orang-orang ini atau mereka akan berbaris mengarungi gurun-gurun, dan mereka akan menyapu laksana api melahap kekristenan kita dan melahapnya.”

Teror fisik seperti cluster bomb-nya Amerika dalam invasi di Iraq, mudah memancing reaksi besar. Ratusan ribu aktivis Islam turun ke jalan, menentang serangan AS ke Irak. Namun kalau menghadapi teror “kata” berselubung “kasih”, kaum Muslimin biasanya terlambat sadar. Dampaknya pun biasanya memakan waktu lama. Umat Islam akan tenang-tenang saja meskipun setiap detik diteror dengan kata-kata indah itu. Bisa melalui media massa, atau ucapan tokoh-tokoh ummat sendiri. Apakah sejarah masih akan berulang untuk kaum Muslim Indonesia? (Adian Husaini)

Dikutip dari buku “Kontroversi Valentine’s Day” Karya Amirul Ulum

Artikulli paraprakKontroversi Sejarah Valentine’s Day
Artikulli tjetërDampak Merayakan Valentine’s Day

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini