Sarang – Jum’at malam (11/02) merupakan malam yang meriah bagi keluarga besar PP. Al-Anwar. PAda malam itu diselerenggarakan peringatan Harlah PP. Al-Anwar ke-44 sekaligus Maulidiyyah, yang merupakan puncak dari serangkaian acara yang digelar beberapa hari sebelumnya, yaitu lomba, Nadwah Fiqhiyyah, dan khitanan masal. Menteri Agama dan Menteri Perumahan Rakyat yang sedianya diundang sebagai pembicara dalam acara ini tidak bisa datang dikarenakan keduanya mempunyai kesibukan lain yang tak bisa ditinggalkan. Sehingga dari Kemenag diwakilkan kepada Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Nazaruddin Umar. Dan Kemenpera mengirimkan wakil Qoyyum Abdul jabbar, salah satu staf ahli di Kemenpera.
Pukul 19.45 WIB beberapa personil keamanan dari pesantren dan kepolisian mulai sibuk mengatur lalu lintas Pantura. Menurut keterangan salah satu anggota kepolisian, personil Kepolisian dan TNI yang diturunkan untuk mengamankan dan mengatur jalan berjumlah 75 personil, adapun dari Koramil Sarang berjumlah 20 personil.
Di sudut lain terlihat beberapa personil rebana sedang mempersiapkan diri untuk tampil menghibur para undangan dengan lantunan solawat, tidak kalah dengan kesibukan panitia. Pukul 20.00 WIB para tamu sudah banyak yang datang dan memasuki tempat yang telah dipersiapkan.
Tampak beberapa tamu penting yang hadir pada malam itu, di antaranya; anggota DPR RI Hisyam Ali dan Arwani Thomafi, Bupati Rembang H. M. Salim, Wabup Jepara H. Ach. Marzuqi, cawabup Tuban periode 2011-2016 Noer Nahar, dan KH. Hamid Baidlowi Lasem.
Kali ini, yang membawakan sambutan atas nama alumni dan wali santri adalah H. Ach. Marzuqi, Wakil Bupati Jepara. Beliau berharap agar para alumnus PP. Al-Anwar diberikan kekuatan lahir batin sehingga mampu membentengi akidah Ahlussunnah di negara Indonesia. Selain itu, sebagai alumni beliau memberikan support bagi para santri agar mereka tak berkecil hati dan bersikap pesimis dalam menghadapi masa depan. Beliau memberi contoh dirinya sendiri, sosok santri yang mampu menduduki jabatan wakil bupati. "Dengan bimbingan beliau (Syaikhina Maimoen Zubair, red) saya diberi anugerah kedudukan, menjadi wakil bupati," paparnya. " Jangan sampai kamu pesimis dan kecil hati. Soal nanti mau jadi apa, itu bukan urusan kita namun itu adalah urusan Allah," tutur pria yang puteranya juga mondok di Al-Anwar ini. Beliau juga berpesan kepada para santri untuk selalu bisa mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh KH. Maimun. "Dengan mencontoh beliau, kita akan diberi anugrah luar biasa oleh Allah," lanjutnya.
Selanjutnya sambutan dari Bupati Rembang. Dalam sambutannya, H. M. Salim menyinggung konflik berbau SARA yang baru saja terjadi di Pandeglang dan Temanggung. Beliau meminta agar masyarakat Rembang menjaga toleransi dan kerukunan antar umat beragama serta menghargai perbedaan yang ada. Hal ini agar tercipta keamanan dan ketenteraman di Rembang.
Wakil dari Kemenpera, Qoyyum Abdul Jabbar dalam pidatonya membeberkan sejumlah kebijakan Kemenpera, khususnya yang berkaitan dengan pesantren. Kemenpera mempunyai program memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh kemudahan memiliki rumah yang layak. Salah satu langkah konkrit yang sudah ditempuh adalah menyediakan rusunawa. Biasanya, rusunawa ini diberikan kepada kelompok khusus, seperti pekerja dan mahasiswa PT. Pesantren masuk dalam program terakhir. Dan PP. Al-Anwar termasuk di antara pesantren yang mengajukan proposal pembangunan rusunawa bersama enam pesantren lainnya. Menurutnya, hal ini bukan semata-mata karena menteri Kemenpera berasal dari PPP lalu mengubah orientasi kebijakannya menjadi pro pesantren. Melainkan karena, menurut survey, mayoritas pesantren tradisional termasuk perlu ditingkatkan kualitas pemukimannya.
Karena wakil dari Kemenag Prof. Dr. Nazaruddin Umar belum datang, acara diisi mau’idhoh oleh KH. Maimun Zubair. Dalam mau’idhohnya, kiai yang sudah berumur seribu bulan lebih ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW itu Nabi yang patut untuk dicontoh dalam hal mengentaskan bangsanya dari penjajahan. Bangsa Arab waktu itu dijajah, dari utara dijajah oleh Romawi. Wilayah selatan dijajah bangsa Ethiopia dan wilayah timur dijajah Persia. Hal ini persis dengan keadaan bangsa Indonesia yang dijajah oleh tiga negara, Inggris, Belanda dan Portugis. Selain itu, ada fakta menarik seputar proklamasi kemerdekaan RI. Proklamasi itu dilakukan bertepatan dengan tanggal 8 Romadlon atau 17 Agustus. Sementara peristiwa pengangkatan Nabi Muhammad sebagai nabi terjadi pada tanggal 17 Romadlon atau 8 Agustus. "Ini harus tahu. Bangsa kita merdeka itu podho karo naliko Kanjeng Nabi dadi nabi. Nanging bedo," kata beliau. Jadi ada sesuatu yang beda tapi sama. Jika ingin bersatu, tarik titik persamaan, dan jika ingin rebut, cari perselisihan. "Karek seneng endhi, geger opo ora geger? Yo, milih sing ora geger." Begitu juga dengan umat beragama. Agamanya berbeda, Islam beribadah di masjid, sedangkan umat Kristiani di gereja. Tapi setiap agama juga ada sisi kesamaannya. Contoh kecil adalah setiap agama melarang membunuh, mencuri, berzina, saling menghina walaupun antar agama. Yang berbeda adalah hubungan antara manusia dengan Allah. Hal ini tidak boleh dibahas. Selanjutnya beliau berpesan bahwa apa yang menjadi identitas bangsa ini harus dijaga dan dihormati. Beliau menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Bukhoro. Di sana beliau selalu memakai sarung dan sorban. Penduduk di sana sangat menghormati beliau karena penampilannya yang khas kiai itu. Sampai-sampai saat akan solat Jum’at, khotib yang sudah naik mimbar pun menyempatkan menunggu mbah Maimun datang. Dalam mengomentari kasus kekerasan yang baru-baru ini terjadi di Pandeglang dan Temanggung, beliau berharap agar masalah itu cepat terselesaikan dan tidak merembet kemana-mana. "Kados nopo ingkang dingendikaaken deneng bapak Bupati kolo wahu supoyo Rembang iki tetep kondusif, tentrem. Ojo sampe’ ono gesekan." Islam mempunyai sifat toleransi kepada agama lain. Agama itu tidak bisa dipaksakan. "Agomo iku tulus dumugi manah," ujar beliau. Contohnya adalah India. Dulu India pernah dikuasai oleh raja-raja Islam. Sampai nama-nama kota pun berbau Islam, seperti Ahmadabad, Allahabad, Islamabad. Tapi sampai saat ini agama mayoritas di sana adalah Hindu. Hal ini menandakan bahwa agama Islam bukan dijalankan dengan paksaan. Selanjutnya beliau menyitir ucapan Nabi Ibrahim "Alal insan an yakuna ‘arifan bizamanihi". "Menungso iku kudu ngerti zamane. Zaman sak niki wayahe bank. Kuwe kok emoh bank, yo ora iso urip," kata beliau.
Pukul 23.40 WIB wakil dari Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar tiba dalam acara tersebut . Tidak lama kemudian beliau menyampaikan pidatonya. "Suara kiai di depan para muridnya, itu bagaikan suara Nabi di hadapan sahabatnya," ujar beliau memulai pidatonya. Ucapan ini mengisyaratkan kepada KH. Maimoen Zubair yang baru saja memberikan mau’idhohnya. Menurut, beliau, apa yang seseorang dapatkan di pesantren tentu berbeda dengan apa yang diperoleh di lembaga pendidikan lain. Sistem pendidikan pesantren memberlakukan metode tazkiyah dulu baru ta’lim (pembelajaran). "Dan itu metode Nabi sebetulnya. Tidak banyak orang yang tahu metode ini. Dan ini yang diimplementasikan di pesantren," ujarnya. Berbeda dengan di sekolah-sekolah. Di sana tidak ada kamus tazkiyah. Yang ada bahkan program Cara Belajar Siswa Aktif. Dimana sekat-sekat antara siswa dan guru ditiadakan dalam ranah perdebatan. Padahal dalam Al-Qur’an, hanya sekitar lima persen saja ayat yang sabab nuzulnya dikarenakan ada sahabat yang terpaksa bertanya kepada Nabi Muhammad. Jumlah ini menandakan bahwa tidak banyak sahabat yang menginterupsi dan bertanya di hadapan Nabi. "Alhamdulillah, akhir-akhir ini bermunculan para ilmuwan dan ahli pendidikan, baru-baru ini ada ahli dari Inggris ternyata hasil penelitiannya bahwa metode yang paling bagus adalah metode pondok pesantren," ungkapnya. Kenapa demikian? Karena metode di atas yang memulai tahap pendidikan dengan tazkiyah.
KH. Abdul Hamid Baidlowi Lasem, yang masih adik ipar KH. Maimoen Zubair, menutup acara tersebut dengan do’a. (o0v/im4m).