KOMISI- B
Deskripsi Masalah:
Tindak kriminal yang dilakukan dalam posisi sadar diri adalah suatu kejahatan yang pantas untuk dihukum, dan mendapatkan pembalasan (qishas). Hanya saja ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa diqishas, salah satunya adalah harus berakal, sebagaimana di dalam ibarat:
الأول (أن يكون القاتل بالغا)؛ فلا قصاصَ على صبي. ولو قال: «أنا الآن صبي»، صدق بلا يمين. الثاني أن يكون القاتل (عاقلا)؛ فيمتنع القصاص من مجنون إلا إن تقطَّع جنونه، فيقتص منه زمنَ إفاقته.
فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب (ص: 269)
Pertanyaan:
Apakah orang yang kesurupan atau kerasukan setan tidak dianggap berakal sehingga tidak bisa diqishas ?
Uraian Jawaban:
Akal adalah salah satu tolak ukur mukallaf dan tidaknya seseorang. Maka, setiap orang yang dianggap tidak berakal dapat terlepas dari hukum taklifi (hukum yang dikaitkan dengan prilaku orang yang mukallaf) seperti hukum haram, wajib dan lain-lainnya. Termasuk diantara hukum taklifi adalah hukuman qishas.
Maka apabila orang yang tidak berakal seperti orang gila melakukan tindak pembunuhan dia tidak mendapatkan hukuman mati (qishas) sebagaiman bisa dipahami dari ibarat didalam kitab hasyiyah Al-Bujairomy ‘ala al-Khotib:
"والثاني : أن يكون ( عاقلا ) فلا قصاص على صبي ومجنون لرفع القلم عنهما ، وتضمينهما متلفاتهما إنما هو من خطاب الوضع فتجب الدية في مالهما . حاشية البجيرمي على الخطيب – (11 / 497)
Yang dimaksud dengan orang gila adalah orang yang hilang indra perasanya tetapi anggota tubuhnya masih kuat bergerak tanpa sempoyongan seperti orang mabuk. Definisi ini berdasarkan ibarat:
"وهو مطلقا زوال الشعور من القلب ، ثم إن كان مع قوة حركة الأعضاء بلا طرب فهو الجنون أو مع طرب فهو السكر أو مع فتور الأعضاء فهو الإغماء أو مع استرخاء المفاصل فهو النوم ويعرف النوم بأنه ريح لطيفة تأتي من الدماغ إلى القلب فتغطي العين ، فإن لم تصل إلى القلب فهو النعاس ولا نقض به. تحفة الحبيب على شرح الخطيب – (1 / 309)
Termasuk dari katagori orang gila yaitu orang kesurupan atau kemasukan jin. Ada beberapa hal yang menguatkan pernyataan ini, diantaranya adalah:
• Orang kesurupan indra perasanya hilang tapi anggota tubuhnya masih kuat bergerak tanpa sempoyongan. Hal ini dijelaskan dalam ibarat :
"وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ قُلْت لِأَبِي : إنَّ أَقْوَامًا يَقُولُونَ : إنَّ الْجِنِّيَّ لَا يَدْخُلُ فِي بَدَنِ الْمَصْرُوعِ ، فَقَالَ : يَا بُنَيَّ يَكْذِبُونَ ، هَذَا يَتَكَلَّمُ عَلَى لِسَانِهِ .وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ أَمْرٌ مَشْهُورٌ ، فَإِنَّهُ يُصْرَعُ الرَّجُلُ فَيَتَكَلَّمُ بِلِسَانٍ لَا يُعْرَفُ مَعْنَاهُ ، وَيُضْرَبُ عَلَى بَدَنِهِ ضَرْبًا عَظِيمًا لَوْ ضُرِبَ بِهِ جَمَلٌ لَأَثَّرَ بِهِ أَثَرًا عَظِيمًا .وَالْمَصْرُوعُ مَعَ هَذَا لَا يُحِسُّ بِالضَّرْبِ ، وَلَا بِالْكَلَامِ الَّذِي يَقُولُهُ .وَقَدْ يُجَرُّ الْمَصْرُوعُ ، وَغَيْرُ الْمَصْرُوعِ ، وَيُجَرُّ الْبِسَاطُ الَّذِي يَجْلِسُ عَلَيْهِ . وَيُحَوِّلُ آلَاتٍ ، وَيُنْقَلُ مِنْ مَكَان إلَى مَكَان ، وَيَجْرِي غَيْرُ ذَلِكَ مِنْ الْأُمُورِ مَنْ شَاهَدَهَا . أَفَادَتْهُ عِلْمًا ضَرُورِيًّا ، بِأَنَّ النَّاطِقَ عَلَى لِسَانِ الْإِنْسِيِّ .وَالْمُحَرِّكَ لِهَذِهِ الْأَجْسَامِ جِنْسٌ آخَرُ غَيْرُ الْإِنْسَانِ . الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي – (1 / 53)
• Ada sebagian hadits yang menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW pernah dimintai untuk menyembuhkan orang kesurupan, sampai akhirnya Rasulullah SAW menyuruh jin yang merasuki orang tersebut untuk keluar, dan akhirnya jinnya keluar dan orang tersebut sembuh.
Di dalam hadis tersebut orang yang kesurupan disebut sebagai majnun (gila). Adapun haditsnya sebagai berikut:
أنه ( صلى الله عليه وسلم ) جيء إليه بمجنون فضرب ظهره وقال : اخرج عدوّ الله فخرج ، وتفل في فم آخر وقال : اخرج يا عدو الله فإني رسول الله. الفتاوى الحديثية لابن حجر الهيتمي – (1 / 53 )
• Dalam kitab al-Iqna’ al-Thalibin pada fasal yang menerangkan aib nikah yang menyebabkan adanya khiyar (memilih untuk meneruskan hubungan pernikahan atau tidak), dijelaskan bahwa kesurupan termasuk bagian dari kegilaan. Adapun ibaratnya sebagai berikut:
"وألحق الشافعي الخبل بالجنون ، والصراع نوع من الجنون كما قال بعض العلماء. الإقناع للشربيني – (2 / 420)
Dengan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa orang yang kesurupan tidak dikatagorikan orang yang berakal, sehingga pembunuhan yang dilakukannya tidak bisa berimbas hukuman qishas (hukuman mati) terhadap dirinya.
Semoga bermanfaat
Wallahu a’lam bi Ash-Shawab.
HASIL FKFQ (Forum Kajian Fathul Qorib) IV Muhadloroh PP. Al-Anwar
Yang diselenggarakan pada :
Rabu malam Kamis, 11 Robi’ul Akhir 1442 H / 25 November 2020 M.