كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

“setiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah kalian akan mendapatkan ganjaran pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”

 

Mati merupakan kepastian yang menanti setiap makhluk yang bernyawa di penghujung setiap jalan yang dilaluinya. Sudah sepantasnya bagi kita sebagai makhluk yang berakal menyadari betapa pentingnya bagi kita agar menyiapkan bekal apa yang akan kita bawa nanti setelah datangnya kematian. Maka hendaknya kita mulai merenung dan menelaah tentang bagaimana selama ini kita tertipu dan seakan dungu dihadapan gemerlapnya muslihat dunia yang mampu membuat kita lupa bahwa akhir dari perjalanan bukanlah sekedar kematian, melainkan alam barzakh juga alam akhirat yang mana itu adalah tujuan perjalanan hidup kita dan disanalah semua liku, problem, serta suka duka perjalanan kita selama ini akan dimintai pertanggung jawaban dan dibalas dengan semestinya.

Kita musti berangan-angan mengapa kita dengan mudahnya tertawa dan bersenang-senang dalam menjalani hidup? Mengapa kita sibuk dengan dunia yang sekedar permainan yang melalaikan dan tiada guna itu? Apakah kita tak menyadari bahwa ada perkara yang sangat besar menanti kita di penghujung jalan itu? Tidakkah diri kita ini merasa bodoh dan dungu dengan kelalaian kita dikala kita mengaku sebagai makhluk yang cerdas serta mulia? Lantas apa kiranya yang bisa kita andalkan dalam menghadapi peliknya perkara yang menanti kita itu?

BACA JUGA :  Islam Radikal Antara Pro dan Kontra

Datangnya kematian tiada yang tahu kecuali Allah sang maha tahu. Mungkin di esok pagi atau sebelum berbaring untuk terlelap nanti kita disambar oleh ganasnya kematian yang datang tanpa bisa ditunda. Kematian di mata kita dalam selayang pandang memanglah seakan jauh adanya. Namun apa guna jika sudah ketetapan Allah bahwa ia sangat dekat layaknya nadi yang melekat dan mengalir di tubuh kita. Lalu tidak bisakah mulai saat ini kita beralih dari kelalaian dan bersiap atas bekal yang  kita bawa nanti? Marilah kita renungi sejenak maksut dari firman Allah ta’ala dalam Quran surat Al Anbiya’ ayat 1 berikut :

ٱقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ

“Telah dekat bagi manusia hari dihisabnya segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya)”

 

Marilah kita mulai dari sekarang untuk lebih peka serta memperhatikan tindak tanduk kita kedepannya. Jangan sampai kita lupa tentang betapa pentingnya mengingat akan datangnya kematian yang tiada terduga. Jangan sampai kita sebagai umat nabi agung Muhammad SAW yang diberi julukan oleh beliau sebagai umat yang terbaik ini sampai jatuh dan tersengat dalam lubang yang sama dua kali. Cukuplah bagi kita amal-amal buruk yang telah terlewati sebagai penegur serta pembuka mata kita agar kedepannya kita lebih siap dalam menghadapi cobaan dan ujian yang mana sudah pasti itulah jalan kita agar lebih bertaqorrub pada Allah. Wallahu a’lam

 

Disarikan dari kitab ihya ulumiddin bab taubiihu an nafsi tentang dekatnya kematian.

Artikulli paraprakZuhud
Artikulli tjetërKerasukan Setan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini