Dasar Kesuksesan Memperoleh Ilmu
Setiap pencapaian dan kesuksesan memiliki persiapan dan faktor-faktor yang membawa kepadanya. Ilmu, sebagai contoh, seorang pelajar atau murid tidak dapat memperolehnya hanya dengan keinginan, khayalan, atau mimpi. Dia harus melakukan hal-hal yang menjadi dasar kesuksesan.
Syaikh Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim menyampaikan ada 6 dasar kesuksesan memperoleh ilmu:
اَلا لاَ تَناَلُ اْلعِلْمَ إِلاَّ بِسِـــــــتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذَكاَءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِباَرٍ وَبُلْغَةٍ وَإِرْشَــادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
Ingatlah! Engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam hal.
Aku akan memberitahumu tentang keseluruhannya dengan penjelasan:
Kecerdasan, rasa semangat, kesabaran, mempunyai bekal,
Bimbingan (petunjuk) seorang guru, dan waktu yang cukup lama.”
Bimbingan Seorang Guru
Dasar kesuksesan kelima adalah bimbingan seorang guru. Mereka seperti dokter dalam mendiagnosis, membimbing dengan dalil-dalil, meyakinkan dengan bukti-bukti, dan menerangi dengan cahaya.
Tanpa bimbingan guru, seorang muslim tidak akan dapat memahami ajaran agamanya secara kaffah (menyeluruh). Seorang muslim bisa jadi tidak tahu ke mana arah iman harus bermuara. Terkadang kejelekan dia anggap kebaikan. Dan terkadang sesuatu yang terlarang dia anggap sesuatu yang boleh.
Syaikhina KH. Maimoen Zubair dalam kesempatan Ngaji Ahadan menyampaikan:
“Makanya kamu belajar harus berhati-hati. Belajarmu dari orang jahat atau orang baik. Orang-orang munafik itu belajarnya dari orang Yahudi.”
Muhammad bin Sirin berkata,
إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِيْنٌ ، فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْا دِيْنَكُمْ
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian.” [Muqaddimah Shahih Muslim]
Agama Islam ini dibangun di atas ilmu. Seseorang tidak dapat sampai kepada kebenaran ilmu kecuali dengan adanya bimbingan atau petunjuk guru. Dan seperti apa nantinya seorang murid tergantung dari siapa dia belajar. Jangan sampai kita berguru kepada orang yang salah.
Bahkan tidak berhenti di situ. Setelah memilih guru yang benar, seorang murid harus bersikap yang benar juga. Tidak boleh seenaknya dalam bersikap. Murid harus mempunyai sikap (akhlak) yang baik kepada gurunya.