Tak terasa begitu cepatnya perjalanan waktu ini, malam satu Muharram 1433 H menjadi malam yang keempat puluh dari wafatnya ibu nyai Hj. Fahimah, istri dari Syaikh Maimeon Zubair pengasuh pp. al-Anwar Sarang Rembang. Semenjak hari wafatnya ibu nyai Hj. Fahimah hingga empat puluh hari, kegiatan yang berupa kirim doa selalu dijalankan untuk mengenangnya. Setiap hari, santri putra dan santri putri pp. al-Anwar selalu menghatamkan al-Quran yang pahalanya dihadiahkan untuk beliau hingga sampai pada hari yang keempat puluh. Santri sangat antusias dengan kegiatan ini. Mereka berharap dapat memperoleh keberkahan dari amalan yang mulia ini. Di acara Majlis dzikir dalam rangka 40 hari wafatnya ibu nyai Hj. Fahimah dibanjiri pengunjung dari berbagai tempat. Mulai dari para habaib, masyayik, keluarga, ustadz dan para santri-santri Sarang. Pengunjung memenuhi tempat yang telah disediakan oleh panitia. Mulai dari depan ndalem sampai pintu gerbang masuknya pp. al-Anwar dibanjiri pengunjung. Dan juga yang sebelah timur dari perempatan jalan sampai depan toko kitab pp. al-Anwar. Adapun para santri-santri pp. al-Anwar duduk di aula atau di kamarnya masing-masing, sebab tempat di luar sudah penuh. Acara ini dimulai langsung oleh putra almarhumah ibu nyai Hj. Fahimah, KH. Najih Maimoen pada jam 20. 15 WIS dengan mata rantai acara sebagai berikut :
1. Pembukaan
2. Pembacaan ayat-ayat suci al-Quran
3. Pembacaan surat Yasin dan tahlil
4. Doa 5. Sambutan atas nama masyayeh Sarang
6. Sambutan atas nama keluarga Lasem
7. Doa penutup
Setelah pembukaan usai, dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Quran yang dilantunkan oleh santri pp. al-Anwar. Suaranya begitu merdu. Bacaannya tartir penuh dengan makna dan penghayatan. Ayat yang dibaca adalah surat al-Mulk, mulai awal sampai akhir yang berakhir sampai jam 20.30. Dari acara pembacaan ayat-ayat suci al-Quran beralih menuju acara pembacaan Yasin dan tahlil oleh habib Abu Bakar as-Segaf dari Tuban (jam 20.30). Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa untuk ibu nyai Hj. Fahimah yang dibacakan oleh habib Ahmad al-Kaff. Usai pembacaan doa, dilanjutkan dengan sambutan atas nama masyayeh Sarang (21.10). Dalam hal ini yang menyambut adalah KH. Fathurrahman bin KH. Ali Masfu’ pengasuh pp. al-Amin. Dalam ceramahnya, KH. Fathurrahman merasa tidak pantas untuk menyambut, sebab ada yang lebih pantas yaitu KH. Umar Faruq. Namun, karena beliau berhalangan akhirnya KH. Fathurrahman terpaksa yang menggantinya. Tentang ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen, KH. Fathurrahman menyebutnya sebagai "Innaha lamar atun shalihatun" (Sesungguhnya ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen adalah wanita yang sholehah). Selain shelehah, ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen juga adalah sosok wanita yang sabar dalam menghdapi hidup ini. Sabar untuk mencari ridho Allah. Ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen adalah wanita yang pendiam dan juga dermawan. Dahulu kala ketika KH. Fathurrahman masih kecil, sempat beliau dipanggilnya dan diberi uang oleh ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen. Keteladan ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen yang sabar, mengingatkan KH. Fathurrahman tentang kisah nabi Ismail yang sabar ketika hendak disembelih nabi Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah. Buah kesabarannya menjadikan anugrah dari Allah yang berupa nabi Ismail yang asalnya mau disembelih digantinya dengan kambing. Dan juga ada kesabaran lain yang terlihat ketika terjadi perang Badar. Orang Islam yang berjumlah 314 melawan orang kafir yang berjumlah 1000. Dengan buah kesabaran orang Islam akhirnya kemenangan berada di tangan orang Islam. Terakhir dari ceramahnya KH. Fathurrahman, beliau mengatakan bahwa sabar dan syukur tidak dapat dipisahkan. Setelahnya, KH. Fathurrahman mendoakan almarhumah ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen. (21.30) Setelah sambutan dari KH. Fathurrahman, dilanjutkan dengan sambutan dari keluarga Lasem yang disambut langsung oleh KH. Hamid Baidlowi, adik kandung dari ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen. Dalam ceramahnya ini, KH. Hamid Baidlowi mengatakan bahwa ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen itu bagaikan ibunya sendiri, sebab kakak kandung perempuan menempat-nempati tempatnya ibu. Kepergian ibu nyai Hj. Fahimah Maimoen mengingatkan KH. Hamid Baidlowi tentang peristiwa ketika sahabat Abu Bakar wafat. Di saat itu, Ali bin Abi Thalib berpidato di depan jenazahnya. Pidatonya ini dapat dijadikan dalil untuk menangkal kebohongan orang-orang Syiah yang pendusta yang mengatakan bahwa ada permusuhan antara Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar. Ali bin Abi Thalib adalah sahabat nabi yang menghormati Abu Bakar. Di antara pidatonya Ali bin Abi Thalib adalah sebagai berikut : "Semoga Allah merahmatimu wahai Abu Bakar. Demi Allah engkau adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Engkau adalah orang yang pertama kali beriman. Engkau adalah orang yang imannya kuat di antara mereka. Engkau membenarkan Rasulullah shallallahu â€?alaihi wasallam ketika orang-orang pada mendustakannya. Engkau memberikan bantuan kepada nabi Muhammad shallallahu â€?alaihi wasallam di saat orang-orang bakhil atas hartanya. Engaku berdiri membantu nabi Muhammad shallallahu â€?alaihi wasallam di saat orang-orang duduk membiarkannya. Demi Allah engkau adalah benteng, sebab engkau membasmi orang-orang yang murtad. Engkau bagi orang-orang kafir adalah bencana. Argumenmu tidak lemah tapi tinggi. Tidak lemah pandangan tajammu. Jiwamu penuh dengan keberanian. Demi Allah engkau sebagai mana yang telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu â€?alaihi wasallam,"Orang yang lemah badannya akan tetapi kuat jiwanya." KH. Hamid Baidlowi juga sempat menyingung kerusakan aqidah yang ada di Indonesia ini. Hal ini tidak kalah pentingnya dengan Syiah yang pendusta. Di UIN Jakarta ada Dosen (Dr. Supeno) mengatakan bahwa barang siapa yang memberi tambahan lafadz subhanahu wat’ala pada lafadz Allah, maka dia tidak akan lulus. Dan barang siapa yang yang menulis shallallahu â€?alaihi wasallam setelah nama nabi Muhammad juga tidak akan lulus. Tidak hanya itu saja, di Bandung ada juga penyimpangan aqidah yang berupa kawasan bebas tuhan. Ada mahasiswa yang mengatakan anjing akbar. Dan juga ada penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu dosen IAIN Surabaya yang membuat tulisan Allah kemudian diinjak-injak. Tentang kerusan Islam yang ada di Indonesia, KH. Hamid Baidlowi membacakan sebuah puisi yang ada kaitannya. Indonesia besar dan ulamanya banyak, tapi banyak penyimpangan aqidah. Jagad bergoncang bumi bergetar Bintang-bintang terpencar Tali-talinya terputus Badai topan menghantam Kilat halilintar menyambar-nyambar Penghuninya terpencar tidak sadarkan Usai ceramah, KH. Hamid Baidlowi mengakhirinya dengan doa, yang kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan bersama yang diirinya dengan shalwat yang dibacakan oleh ustadz Wahyudi (mbah wali). (jam 21.55)

BACA JUGA :  Sanad KItab Syamail Al-Muhammadiyah
Artikulli paraprakBERSILATURRAHIM KE NEGERI IBNU BATUTAH
Artikulli tjetërHabib Abu Bakar Assegaf dari Tuban pimpin Tahlil di Sarang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini