Cinta kepada Rasulullah Saw akan menjadi sebuah mediator yang akan membawa kita agar bisa meniru kepribadiannya. Ketika cinta Rasulullah Saw sudah tercermin pada diri seorang mukmin, maka pribadi Rasulullah Saw akan menjadi panutan baginya. Bukankan ketika kita mencintai seorang kekasih, kita akan selalu menyenangi apa yang telah menjadi kebiasaan yang telah dikerjakannya. Kita akan selalu berkorban untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh sang kekasih. Ini hanya untuk kekasih biasa. Tentunya pengorbanan kita akan lebih besar lagi bagi Rasulullah Saw yang merupakan kekasih yang akan menjadi penyelamat bagi kita di dunia dan akhirat.

Cinta kepada Rasulullah Saw akan menjadi sebuah mediator yang akan membawa kita agar bisa meniru kepribadiannya. Ketika cinta Rasulullah Saw sudah tercermin pada diri seorang mukmin, maka pribadi Rasulullah Saw akan menjadi panutan baginya. Bukankan ketika kita mencintai seorang kekasih, kita akan selalu menyenangi apa yang telah menjadi kebiasaan yang telah dikerjakannya. Kita akan selalu berkorban untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh sang kekasih. Ini hanya untuk kekasih biasa. Tentunya pengorbanan kita akan lebih besar lagi bagi Rasulullah Saw yang merupakan kekasih yang akan menjadi penyelamat bagi kita di dunia dan akhirat.

Cinta untuk Rasulullah Saw itu tidak akan tumbuh sebelum kita bisa mengenal siapa sosok Nabi Muhammad Saw. Hal ini sebagaimana ungkapan pepatah kuno, "Tak kenal maka tak sayang."

Salah satu cara untuk mengenal siapa itu Nabi Muhammad Saw, kita harus memulai dengan membaca atau mendengarkan riwayat hidupnya yang termaktub dalam Sirah Nabawiyah. Data-data historis tentang Nabi Muhammad Saw pasti menyimpan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga dan tak ternilai harganya. Namun, yang harus kita ingat bersama adalah jangan mengukur kesalehan Nabi Muhammad Saw hanya lewat deskripsi historis semata-mata. Sebab, data-data historis tersebut tidak lebih dari sebuah deskripsi lahiriah yang masih dalam sebuah konsep yang beku. Kita harus menguraikannya dalam kehidupan nyata. Jika di dalam Sirah Nabi Muahmmad Saw ada perintah untuk beramar makruf nahi mungkar, maka kita harus menjalankan amar makruf dan nahi mungkar. Mentaati Rasulullah Saw ini akan menjadi cerminan bahwa kita telah mencintai dan mentaati Allah.

Cinta kepada Rasulullah Saw tidak cukup hanya dengan pengakuan. Tapi, harus disertai pembuktian. Adapun tanda bukti realnya adalah dengan mengikuti uswah yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw dalam semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Barang siapa yang mengikuti Rasulullah Saw, maka dia harus menunjukkan kebenaran pengakuannya tadi. Barang siapa yang tidak mengikuti Rasulullah Saw, maka ia tidak cinta kepada Allah. Karena kecintaan kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal ini tidak ditemukan pada diri seseorang, maka kecintaannya kepada Allah adalah sebuah kedustaan belaka. Allah berfirman, "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (nabi Muhammad), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali-Imran: 31)

BACA JUGA :  PERAN SANTRI DALAM KEHIDUPAN MODEREN

Bukti cinta kepada Rasulullah Saw telah dicontohkan oleh para sahabatnya. Mereka telah menunjukkan rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw yang tidak ada tandingannya. Apapun akan dikorbankan demi melindungi Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar merelakan dirinya untuk digigit ular ketika di Goa Tsur demi melindungi Rasulullah Saw. Begitu juga Ali bin Abi Thalib yang siap untuk menggantikan tidur di tempat tidurnya Rasulullah Saw ketika beliau hendak hijrah ke Madinah. Padahal orang-orang kafir Quraisy di waktu itu sudah siap sedia untuk membunuh Rasulullah Saw yang dikiranya sedang tidur di rumah. Segalanya akan diberikan untuk menebus Rasulullah Saw. Hewan, tumbuhan, batu, dan gunung juga tidak mau ketinggalan. Mereka telah menunjukkan bukti kecintaan dan penghormatannya kepada Nabi Akhir Zaman ini.

Tanda-tanda bagi orang yang mencintai Rasulullah Saw adalah, pertama, mentaati Rasulullah Saw. Kedua, cemburu dan marah jika agama dan kehormatan Rasulullah Saw diejek orang. Ketiga, mengagungkan dan memuliakan pribadi Rasulullah Saw dan tidak meremahkan sunnahnya. Keempat, memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah Saw. Kelima, sering mengingat Rasulullah Saw, rindu dan berharap atas perjumpaan dengannya di surga kelak. Keenam, mencintai apa yang Rasulullah Saw cintai, mulai dari jenis manusia, makanan, minuman, perkataan, tempat, waktu, dan selainnya. Ketujuh, berkahlak dengan akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan meniti jalan hidup yang telah ditempuhnya. Karena dalam perjalanan hidupnya terdapat keteladanan yang mulia.

Dari tanda-tanda cinta kepada Rasulullah Saw yang paling semarak di bulan Rabiul Awal atau bulan Maulid adalah membaca shalawat. Bulan Maulid ini adalah bulan di mana Rasulullah Saw dilahirkan. Dikisahkan bahwa Rasululllah Saw telah menghormati hari kelahirannya. Tentunya kita sebagai umatnya juga harus mengikutinya sebagai wujud syukur kita. Dengan kedatangan Rasulullah Saw di alam semesta ini, berarti tanda berakhirnya masa jahiliah yang penuh dengan kebodohan akan diganti dengan masa keislaman yang penuh dengan petunjuk dan keilmuan.

Marilah kita mengagungkan bulan Maulid ini dengan memperbanyak membaca shalawat untuk Rasulullah Saw. Dengan memperbanyak membaca shalawat, berarti kita telah menunjukan sebagian dari bukti cinta kita kepada Rasulullah Saw. Karena siapa yang mencintai seseorang pastinya ia sering menyebut namanya. Ali bin Abi Thalib berkata, "Barang siapa mencintai sesuatu, maka dia akan menyebut-nyebutnya."

Alangkah indahnya, pembacaan Sirah Nabawi di bulan Maulid ini tidak hanya berhenti di bibir. Akan tetapi, maknanya akan berlanjut dengan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Cinta yang dilahirkan untuk Rasulullah Saw harus cinta yang murni bukan cinta yang semu. Cinta murni akan melahirkan sebuah kesetiaan yang sejati. Jenis cinta ini adalah cinta yang senantiasa hangat dan membara. Dengan cinta yang seperti ini seseorang akan mengejar kekasihnya, melakukan sesuatu karena kekasihnya, bahkan mau mati semata-mata karena kekasihnya.

Artikulli paraprakFilsuf dari Nama Rasulullah SAW
Artikulli tjetërSinopsis Novel “di Bawah Naungan Ka’bah”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini