Sungguh ada kebahagiaan yang sangat mendalam jika masih ada umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran ahlusunnah waljamaah. Yaitu, golongan yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dan mengembalikan semua perkara kepada asalnya. Yaitu, Al-Quran dan al-Hadis. Sebab, keduanya ini saling berkaitan.
Sebaik-baiknya zaman adalah zaman Rasulullah SAW, dilanjut dengan zaman setelahnya. Masa kenabian itu berjumlah 23 tahun. 13 tahun Rasulullah SAW berada di Makkah dan 10 tahun berada di Madinah. Di kedua tempat mulia ini merupakan masa pokok ke-islaman. Dimana banyak sahabat hafal Al-Quran yang belum ditulis. Al-Quran hanya ditelinga, bibir dan hati.
Setelah Rasulullah SAW wafat, kekuasaan Islam pindah kepada masa Khulafaur Rasyidin. Islam di masa ini terus berkembang dan banyak menuai perubahan. Sehingga, banyak sesuatu diadakan oleh para sahabat. Seperti pembuatan Baitul Mal (di zaman Abu Bakar Assydiq), penyatuan salat Tarawih (dimasa sahabat Umar bin Kattab), pembukuan mushaf Al-Quran (dizaman Usman bin Affan) dan masih banyak lagi. Pembaharuan ini dijalankan karena adanya tuntutan yang tidak bisa ditinggalkan. Ini bukanlah bid’ah ataupun pesaing zaman Rosul sebagaimana yang dianggap oleh orang-orang awam, bahwasanya “segala bid’ah itu menyesatkan”.
Pada masa Abu Bakar Assyidiq, Al-Quran dikumpulkan menjadi sebuah tulisan dan dibukukan, yang kemudian disempurnakan oleh khalifah yang ketiga, yaitu Usmant bin Affan. Pada zaman sahabat ini, Al-Quran masih berbentuk tiga kategori, pertama Al-Quran yang hanya di hati para Sahabat, kedua Al-Quran yang berupa bacaan, dan yang ketiga Al-Quran yang sudah berbentuk tulisan. Namun, di sini yang paling banyak dikerjakan dan diamalkan oleh sahabat adalah Al-Quran yang di hati. Sehingga, menjadikan masanya sahabat adalah masa terbaik setelah zaman Rasulullah Saw.
Sedikit sekali pada zaman tersebut sahabat yang hafal Al-Quran secara utuh. Kebanyakan dari mereka hanya hafal satu surat atau lebih banyak. Namun, perlu diketahui, bahwa Al-Quran itu tidak harus hafal semuanya. Karena, Isi Al-Quran hanya ada tujuh pembahasan, yaitu;
- Mentauhidkan Allah,
- Memberi kabar gembira,
- Memberi kabar ancaman,
- Anjuran untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,
- Nasehat- nasehat,
- Cerita-cerita,
- Petunjuk.
Abad ke-2 hijriyah adalah masa perpindahan dari zaman sahabat menuju zaman Tabi’in. Di era ini kemajuan Islam terus berkembang terutama dalam bidang keilmuan. Ide-ide cemerlang terus berdatangan. Hingga pada masa Umar bin Abdul Aziz timbullah suatu gagasan yang berlian. Yaitu, pembukuan hadist-hadist Nabi. Dalam hal ini Umar bin Abdul Aziz memberikan mandat kepada Imam az-Zuhri untuk menjadi pelopornya.
Tahun 200 H. kekuasaan Islam berpindah menuju zaman Tabi’it Tabi’in. Di zaman ini perkembang Islam bertambah lagi. Bukan hanya pembukuan Al-Quran dan al-Hadist ditambah lagi. Muncul para imam Madzhab yang menyusun kitab Fikih sedemikian rapinya.
Abad ke-4 hijriyah adalah masa perubahan besar-besaran, semua ditimbang dengan rasionalistis. Hingga munculah kaum Mu’tazilah dengan rasio-rasionya tanpa melirik dalil-dalil yang ada, ya’ni dalil naqli. Imam Asy’ariyah dan Maturidayah adalah imam yang menyatukan antara Nash dan Akal hingga munculah dalil yang disebut dengan dalil Naqli dan dalil Aqli.
Tahun 400 H adalah salah satu masa yang dipelopori oleh Imam Abu Bakar al-Bakilani. Di masa ini pembukuan kitab Fikih dan kitab-kitab pendukung terus disempurnakan. Sampai berdirilah madrasah dengan nama Nizhamiyah yang mengeluarkan cendekiawan Islam yang handal. Namun selain itu, muncul pula fitnah besar berupa datangnya kaum Syiah Qororiroh yang sangat kejam. Kaum ini menjadi batu penghalang atas kemajuan Islam. Mereka mencuri Hajar Aswad yang berada di Makkah dan membantu orang-orang kafir untuk menguasai Baitul Maqdis dari tangan umat Islam.
Abad ke-6 hijriyah adalah masa lahirnyaimam hujjatul islam, yaitu Imam Al-Ghazali, salah satu ilmuan di madrasah An-Nizhamiyah yang mempunyai murid bernama Shalahuddin al-Ayyubi. Beliau adalah sosok pengembali kejayaan Islam yang telah larut. Beliau berhasil merebut Masjidil Aqsha dari tangan orang kafir, dan mengembalikan Hajar Aswad ke tempat asalnya. Di masanya juga, muncul peringatan Mauludurrosul untuk membangkitkan kecintaan seseorang terhadap Rasulullah SAW.dimasa ini juga muncullah Imam Nawawi dan Imam Rafii, keduanya adalah ulama’ besar penyempurna kitab-kitab fiqih, tanpa mereka akan hilang sebagian ruh idiologi islam.
Tahun 600 H ke atas. Umat Islam trus berkembang pesat, mulai dari pedagang sampai pemerintahan negara mayoritas adalah orang muslim, bertambahnya kekuatan Islam menuntut bertambahnya rintangan untuk muslimin, Islam kembali diguncangkan oleh fitnah besar lagi. Pelakunya lagi-lagi adalah orang Syi’ah yang membantu orang-orang Mongol untuk menjatuhkan kerajaan Abbasiyyah. Di saat penaklukan Semenanjung Arab ini, banyak Ulama, seperti Imam Ibnu Daqiqil ‘Id lari menyelamatkan diri dari Bagdad menuju Syam. Namun, atas izin Allah, ada pembesar Mongol yang masuk Islam, yaitu Timur Leng. Dialah bibit penyebarkan Islam untuk rakyat Mongol.
Tahun 800 H ke atas. Adalah masa Imam Al-Bulqini. Disusul dengan ilmuan agung Imam As-Suyuti. Beliaulah pelopor baru atas tumbuhnya idiologi umat Islam.
1000 H ke atas. Adalah masa munculnya kitab-kitab Hasyiyah. Kitab Hasyiyah merupakan suatu kebutuhan untuk menjabarkan dan memperluas ilmu-ilmu yang ada pada kitab matan dan syarah. Dengan adanya kitab hasyiyah dapat memperjelas sesuatu yang ada di kitab Matan dan Syarah.
1100 H ke atas. Perkembangan ilmu pengetahuan Islam maju lagi. Yaitu, munculnya kitab al-Barjanji yang isinya adalah syiar rasa cinta kepada Rasulullah Saw. Janganlah kalian melupakan kitab asal ini meskipun banyak kitab pujian-pujian baru terhadap Rasulullah Saw yang dikarang oleh ulama selain imam al-Barjanji.
1200 H ke atas. Lahir ulama dari keturunan Rosul yaitu Sayyid Murtadlo, beliau yang berMadzhab Hanafi akan tetapi dirinya juga cinta Madzhab Syafii. Ulama ini yang telah mensyarahi kitab Ihya karangan Imam Al-Ghazali yang merupakan pegangan Madzhab Syafi’i. Percampuran yang menyebabkan peralihan ini juga terjadi kepada keturunan Syaikh Baker al-Jugjawi yang kebanyakan keturunannya menjadi Muhammadiyah yang menganut organisasi Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan sendiri menjadi Muhammadiyah karena pengaruh dari gurunya. Syaikh As-Syukati namanya. Dia itu berpaham Muhammadiyah. Karena sejarah yang bercampur ini, Syaikhina Maimoen tidak berani membenci orang-orang Muhammadiyah, sebab banyak keturunan gurunya yang menjadi pengikut Muhammadiyah. Namun, Syaikhina Maimoen juga tidak mau mengikuti Muhammadiyah. Beliau tetap pada Nahdlatul Ulama. Sekarang banyak orang mengaku NU, tapi tidak memenuhi ajaran ahlusunnah waljamaah.
1300 H ke atas. Islam mencapai perkembangan dalam ilmu pengetahuan lagi lewat ulamanya yang handal. Beliau adalah Sayyid Zaini Dahlan. Sosok yang alim yang tersegani di Makkahmaupun diluar Makkah. Beliau banyak mengarang kitab dan sampai sekarang tersebar di belahan dunia.
Sampailah masa 1400 H ke atas. Telah lahir ulama’ yang menjadi panutan umat Nabi Muhammad SAW. Namanya sesuai dengan nama Rasulullah SAW. Beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki. Beliau dikabarkan menjadi mujaddid abad ini. Banyak ulama dunia yang belajar ke Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki, seperti halnya ulama yang ada di kota Sarang. Banyak masyayeh yang pergi belajar ke Makkah menuju Ribath yang diasuh Sayyid Muhammad. Adapun Syaikhina Maimoen itu sendiri adalah orang yang hidup pada masa 1300 H dan 1400 H. Yang terpenting bagi kita semua adalah mengikuti ajaran ahlusunnah waljamaah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu Qadim (dahulu) bukan hadis sebagaimana yang dikemukakan oleh orang Mu’tazilah.
Keistimewaan Al-Quran itu bersinar pada diri Rasulullah Saw. Duhulu pada zaman sahabat jika ada orang yang memandang Rasululah SAW, maka mereka bisa menjadi alim sebab keberkahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dan sumber utama kealiman itu juga berasal dari Nabi Muhammad SAW yang ilmunya tidak dapat dibayangkan karena saking banyaknya.
Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasululah Saw pada awal dekade sangatlah minoritas dan kelak akan kembali minoritas pula. Selain minoritas juga aneh. Mengapa? Karena ketika Islam itu besar, disebabkan oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Akan tetapi, orang yang pertama kali masuk Islam bukan dari kalangan mereka. Tetapi yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakar. Islam juga besarnya di daerah pedesaan, yaitu Yastrib bukan di Makkah. Aneh lagi, meskipun Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk Islam, tapi ketika kita membaca shalawat itu diperuntukan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya bukan untuk Abu Bakar.(Jarjis)