Sebagai seorang santri atau akademisi kita harus berterima kasih kepada seorang kiai atau guru yang telah mengejarkan kepada kita tentang ilmu agama. Sebuah ilmu yang paling penting yang dapat mempengarui kehidupan seseorang. Buahnya dapat dirasakan mulai ketika titik hidup di dunia hingga ajal menjemput, dan menemui kehidupan di akhirat nanti. Bekal dari semua ini tidak lain adalah ilmu agama yang telah mengajarkan kepada diri kita supaya mengetahui hak-hak Allah dan hamba-Nya. Tanpa ilmu agama, kehidupan manusia akan menjadi hampa dan tidak berarti (hal ini terlepas dari pembahasan ilmu umum).

Tentunya sebagai mahkluk yang bisa berfikir, kita dituntut untuk menggunakan fikiran untuk berolah rasa mengenai segala kajadian yang ada di sekitar. Kalau ada orang yang duduk di fakultas sampai menghabiskan berjuta-juta hingga ratusan juta uang yang bertujuan semata dari mencari ilmu hanya ingin mengejar ijazah dan pangkat, maka dia akan merugi dan mendapatkan satu keuntungan selama di dunia saja jika bernasib mujur. Namun semua tidak seperti itu. Tergantung dengan individunya masing-masing.

Akan tetapi jika ada seorang santri, selama prosesi belajar, dia mengharapkan sebuah ijazah atau menjadikan ilmunya sebuah batu loncatan atas angan-angan mencari keduduakan di dunia, maka dia juga dapat keuntungan satu selama di dunia jika mendapat keberuntungan. Namun tidak elok rasanya jika ada seorang santri melakukan hal yang seperti ini karena setiap hari mereka dicekoki ilmu ruh yang menerangkan keikhlasan.

Ending keikhlasan telah diperingatkan di dalam al-Quran dan Hadist yang intinya surga dan derajat tinggi akhirat itu diperuntukan untuk orang tidak mengejar pangkat di dunia dan membuat kerusakan di muka bumi. Serta, barang siapa yang mencari ilmu untuk tujuan dunia, maka kelak di akhirat dia tidak akan mencium baunya surga.

BACA JUGA :  MEMOHON SYAFA'AT NABI

Marilah kita semua mengedepankan keikhlasan dalam mencari ilmu. Entah santri atau mahasiswa harus mengutamakan ini. Mengedepankan keikhlasan adalah yang paling utama untuk mengunduh buah yang sangat indah sekali di taman keindahan yang berbunga-bunga nan abadi. Cukup sebagai pengingat, Syaikh Rajab Dib berkata, “Barang siapa yang mencai ilmu untuk tujuan mencari ijazah, maka ilmunya itu bagaikan bangkai.”

Artikulli paraprakTransmisi Silsilah Keilmuan Pesantren Sarang
Artikulli tjetërSay, No Liberal!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini