وَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗ
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka daripada perpecahan) Qs. An-Nisa’: 128
Ayat di atas sungguh menakjubkan, sedikit namun sangat berarti. Tentu bila kita renungkan, bagaimanapun juga perdamaian tanpa permusuhan dan gesekan antar pihak manapun jelas lebih baik dan indah daripada perpecahan.
Kita sebagai rakyat Indonesia dengan tatanan sosial dan kultur kebudayaan yang saling peduli antar masyarakat, gotong royong, dan saling membantu tentu harus selalu bersyukur kepada Allah SWT. Bandingkan saja dengan gaya hidup masyarakat barat. Walaupun dengan kemajuan teknologi, fasilitas umum sedemikian rupa. Namun dengan keadaan masyarakat yang tingkat kepeduliannya sangat rendah tentu akan sangat membuat resah hati, mental, dan pikiran.
Imam Ibnu Khaldun, bapak ilmu sosiologi dalam muqoddimah kitab-nya mengatakan,
الإنسان مدنية في الطبع
Manusia secara tabiat merupakan makhluk sosial
Beliau menjelaskan bahwa manusia merupakan salah satu dari sekian banyak makhluk hidup yang selalu membutuhkan sebuah komunitas. Sebagai contoh lain adalah pinguin, hyena, ikan tuna, dan masih banyak lagi. Mereka juga termasuk makhluk hidup yang selalu berkelompok.
Imam ghozali menjelaskan lebih rinci, “Manusia tidak akan mampu hidup sendirian. Sebagai contoh bahwa seorang petani akan selalu membutuhkan pandai besi yang membuat peralatan mereka, si pandai besi pun begitu membutuhkan penjual roti sebagai makanan pokok, penjual roti membutuhkan penjahit untuk membuatkan sandangnya, dan seterusnya.”
Sebagian ulama’ pernah berkata, “Suatu tempat tinggal walaupun sempit dan kecil akan tetap terasa nyaman jika berisikan cinta dan kasih sayang. Sebaliknya, seluas apapun tempat tersebut jika berisikan permusuhan, perpecahan, dan gesekan tidak akan pernah mampu menjadi tempat yang nyaman.” Oleh karena itu, kita sebagai kaum muslim harus selalu menjaga perdamaian dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Namun perlu diingat, Allah SWT berfirman
وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ
dan janganlah kalian melempar (diri kalian sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri -Qs. Al-Baqoroh: 195-
Ayat tersebut merupakan batasan daripada perdamaian yang dimaksud di atas. Yakni, kita sebagai umat muslim harus selalu menjunjung tinggi toleransi dan perdamaian dengan catatan bahwa hal tersebut tidak menyinggung prinsip kita sebagai seorang muslim dan tidak membuat kita binasa, hancur maupun rusak.
Sebagai contoh, seorang pecandu narkoba tidak diperkenankan dengan alasan damai dan agar sama-sama mudah terus menerus melanjutkan kegiatannya karena hal tesebut sudah melewati batas dan membawa kepada kehancuran.
Seseorang yang menghutangi temannya, tidak dapat kita benarkan teman tersebut tidak membayar hutangnya dengan menjadikan alasan perdamaian, saling membantu, ataupun agar sama-sama enak. Karena hal tersebut sudah melanggar prinsip, melewati batas dan membawa kerugian yang besar.
Begitupun kita sebagai umat islam, kita harus selalu menjunjung tinggi toleransi dan perdamaian selama hal tersebut tidak menyinggung prinsip dan identitas kita sebagai seorang muslim, tidak merendahkan agama Islam, juga tidak membawa kita menuju kepada kehancuran dan kebinasaan.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bahwa memang perdamaian akan selalu lebih baik, namun selama perdamaian tersebut tidak menyinggung prinsip. Prinsip kita sebagai seorang muslim yang harus tegas dalam beberapa keadaan, terutama yang menyangkut masalah Tauhid dan Keimanan kita.
Disarikan dari pengajian Syaikhina KH. Idror Maimoen Zubair pada hari Jumat, 27 Mei 2022 M.