Aku telah terjerat ke dalam jaring syaitan. Ingin sekali lepas darinya. Namun, sulit ternyata.
Bagaimana tidak? Tiap hari jaring itu kian merapat. hampir-hampir tak ada celah untuk melihat dunia luar. Dunia yang penuh cahaya; ilmu.
Baru tersadar. Ternyata ilmu tak bisa dikompromikan dengan wanita. Jika wanita yang mendominasi hati, maka dapat dipastikan tak ada tempat bagi ilmu. Ini sudah aku alami. Dan sekarang hanya bisa menyesal. Aku tak bisa lepas darinya.
Teringat kisah Nabi Yusuf. Betapa beliau penuh perjuangan untuk terlepas dari jaring yang hendak menginkat, menjerat, dan menyeret beliau ke dalam jurang yang kelam.
Oiya, kenapa aku tak mengikuti jejak Nabi Yusuf. Beliau pilihan Tuhan. Beliau kekasih tuhan. Aku tahu, kekasih tuhan bukanlah mereka yang hidup tanpa diberi cobaan. Mereka adalah orang-orang yang dipilih lantaran mereka berhasil lolos menyelesaikan ujian serta cobaan. Saat berhasil, mereka dianugerahi keistimewaan. Karamah untuk para wali. Mu’jizat untuk para Nabi.
Nabi Yusuf yang lolos dari jerat syaitan, di anugerahi ilmu tafsir mimpi. Begitu juga untuk Ibnu Sirin di kelas auliya’.
Aku memang bukan keduanya. Aku juga merasa tak pantas untuk sebuah karamah. Apalagi mu’jizat. Dalam dunia tasauf, mencari atau mengharap dianugerahi karamah merupakan hal yang bodoh dan tercela. Aku tak mau menjadi orang yang bodoh. Aku juga tak mau dicela syara’.
Apakah yang aku butuhkan untuk bisa meniru dan mengikuti apa yang dipilih oleh kekasih Allah?
Mmm….ya!!
Aku butuh kemauan yang kuat. Kemauan yang kuat untuk melawan syaitan dan bala tentaranya. Terutama nafsu.
Nafsu ada dua, nafsu seks dan nafsu perut. Kedua inilah yang merupakan dua kepala dari naga yang ada di dalam dari kita. Naga tersebut berkepala dua. Dalam ilmu psikologi dia dikenal dengan sebutan "id". Seperti magma dalam perut bumi, ia dapat meledak kapan saja. Naga itu beku, namun sewaktu-waktu bisa meleleh dari kebekuannya.
Yang musti aku lakukan adalah berbicara baik-baik dengan kekasihku bahwa aku lebih memilih ilmu dari pada dia. Ilmu adalah segalanya bagiku, dengan ilmu seseorang dapat menembus batas kemanusiaannya. Bahkan melebihi malaikat.
Ya, aku teringat kisah penciptaan ayah kita, Adam alaihissalam. Allah memberikan Adam pengetahuan mengenai nama-nama. Ketika malaikat ditanya mengenai nama-nama itu, mereka tidak mampu menyebutkannya. Lalu berkata, "Maha suci Engkau. Tak ada pengetahuan (ilmu) pada kami kecuali apa yang telah Engkau ajarkan. Sungguh Engkaulah Dzat Yang Mahamengetahui sekaligus Dzat Yang Maha Bijaksana."
?