Ketika "batu pertama" diletakkan maka berarti sebuah spirit dinyalakan. Tangan-tangan yang meletakkannya, yang membuat adonan, yang memasang tenda seremoni dan peran-peran lainnya adalah tangan-tangan yang secara langsung merasakan aura spirit tersebut. Bahkan sejatinya mereka tidak saja merasakan luapan spirit, tetapi boleh dikatakan mereka adalah pencipta spirit itu sendiri.
Itulah kenapa pada umumnya generasi pertama amat kokoh dan gigih memperjuangkan sebuah bangunan yang dicita. Berada di dekat mereka tidak saja soal transfer ilmu dan pengatahuan, tapi juga soal transfer spirit yang menggelorakan lahirnya idealisme dan perjuangan. Berdekatan dengan mereka tidak saja mengaji tetapi juga mencium tangan; tidak saja akal tetapi juga spiritual. Idealnya, antara spirit dan ilmu pengetahuan terjalin persenyawaan dan penyatuan.
Dahulu, ketika wahyu Al-Qur`an pertama turun dibawa oleh Jibril AS. untuk Nabi Muhammad SAW. maka itu artinya spirit dinyalakan. spirit itu sangat luar biasa pancarannya. Orang-orang yang di dekatnya mula-mula hanya merasakannya, namun di kemudian hari mereka juga ikut memperbesarkan nyalanya. Dalam diri mereka bersemayam spirit dan cita-cita. Ketika lalu Nabi Muhammad SAW. wafat, dan diikuti oleh satu persatu sahabat terdekatnya, maka spirit itu sedikit demi sedikit mengurang. Atara cita dan realita lahir sebuah kesenjangan.
KH. Warson Munawwir adalah salah satu spirit Krapyak, Yogyakarta. Setiap kali beliau mengajar, menemui tamu santri, atau berjalan di tengah-tengah pondok, maka sejatinya sedang memancarkan spirit dan membagikannya kepada para santri. Mengantar kepergian beliau di peristirahannya adalah mengantar sang pembawa spirit. Semoga saja kita para santri sekembali dari peristirahatan beliau mampu membawa pulang spiritnya, tidak meninggalkannya ikut terkubur.
Allaahummaghfir lahuu warhamhu, wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu. Allaahuumma amiddana bi ruhaniyyatika allatii awda’tahaa ladayhi