إحالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس
“ Menunda-nunda untuk melakukan amal ibadah padahal ada waktu senggang, merupakan sebagian ekspresi kebodohan.”
Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Pencipta, Ia menciptakan bumi, langit beserta segala makhluk yang ada di dalamnya. Ia berikan tugas yang harus mereka lakukan yaitu beribadah kepada-NYA, Allah berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat : 56)
Diantara makhluk ciptaanNya adalah manusia, selain mengemban tugas diatas, Allah SWT juga memberikan tugas lain bagi mereka yaitu menjadi kholifah di Bumi sebagaimnana firman Allah SWT :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً (30)
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Albaqarah : 30)
Yang dimaksud kholifah disini adalah melaksanakan syariat-syariat yang diberlakukan oleh Allah,menjauhi larangan-laranganNya, memakmurkan Bumi dan beribadah sampai ia mati, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ (6)
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqoq : 6)
Kalau ia mau menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh maka Allah SWT menjamin rezeki dan kehidupan yang bahagia untuknya, Allah SWT berfirman :
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا (6)
Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Hud : 6)
Allah berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97)
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Nahl : 97)
Orang yang tidak mau melakukan tugasnya tidak akan mendapatkan pemberian-pemberian diatas dan ia dicap sebagai seorang “penghianat”, diumpamakan seperti seorang karyawan, ketika ia mau melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga maka ia akan diberikan imbalan oleh bosnya setimpal dengan perbuatannya bahkan ia bisa mendapatkan bonus karena etos kerjanya yang luar biasa sehingga ia menjadi orang yang mendapat kepercayaan dan rasa cinta dari bosnya, sebaliknya bila ia bermalas-malasan bahkan enggan menjalankan tugasnya maka ia tidak akan mendapatkan pemberian-pemberian, ia tidak dipercaya oleh bosnya sehingga ia dicap sebagai orang yang menghianati pekerjaannya akhirnya ia bisa dipecat.
Oleh karena itu kita haruslah melaksanakan tugas kita sebagai seorang hamba dengan bersungguh-sungguh dan sekuat tenaga, beribadah dengan semangat, giat dan tidak bermalas-malasan, seperti maqolah yang disampaikan oleh Sayyidina Ali RA :
إِعْمَلْ لِدُنْياَكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
“Beramallah untuk urusan duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, dan beramalah untuk urusan akhiratmu seakan engkau akan mati besok”
Jangan sampai terbalik kamu semangat melakukan urusan duniawi dan malas untuk melaksanakan urusan Ukhrawi karena bila kamu terus menerus menunda-nunda urusan Akhirat karena lebih menyenangi urusan duniawi maka kamu pasti akan menemui kehancuran.
Akan tetapi banyak orang kalau berhubungan dengan masalah akhirat mereka menunda-nunda kalau berhubungan dengan masalah dunia mereka bergegas untuk melakukannya sebenarnya kenapa hal ini bisa terjadi ? hal ini karena mereka terperdaya dan tertipu oleh hawa nafsu mereka, mereka lupa bahwa hidup didunia ini bisa tentram, tenang dan bahagia kalau memang disertai dengan adanya ibadah dan agama, ibarat masakan ibadah dan agama bagaikan garam, manusia sering tertipu dengan tampilan makanan yang luar biasa lezat dan mempesona karena dorongan nafsu makan mereka padahal bagaimanapun indahnya bentuk sebuah makanan kalau tidak disertai adanya garam maka makanan itu terasa hambar dan tidak layak dimakan.
Ketika harta dunia dibahas didalam Al-quran Allah tidak pernah menisbatkannya berasal dari manusia akan tetapi Allah menisbatkannya kepada Dzat-NYA sendiri. Jadi sebagai hamba marilah kita melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, penuh dedikasi dan rasa ikhlas, semoga ilmu yang kita dapatkan bisa bermanfaat. Amin.
والله أعلم بالصواب