لاَ تَطْلُبْ مِنْهُ أَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ حَالَةٍ لِيَسْتعملَكَ فِيمَا سِوَاهَا فَلَوْ أَرَادكَ لاسْتعْملكَ مِنْ غَيْر إِخْراجٍ
“Janganlah engkau menuntut Allah mengeluarkanmu dari suatu maqom (profesi atau keadaan) yang sedang kamu jalani, agar Allah memindahmu kemaqom yang lain. Andaikan Allah menghendaki dirimu (berada di maqom yang kamu inginkan) maka Allah pasti akan memberimu maqom itu tanpa harus memindah atau merubah.”
Manusia di dunia ini mempunyai maqom yang berbeda-beda, ada yang menjadi guru, santri, pedagang dan lain-lain, tujuan dari pambagian yang berbeda-beda ini agar manusia bisa saling bahu-membahu dan menjadi khalifah yang baik di dunia, dalam pemberian maqam ini ada yang diberi maqam yang lebih seperti menjadi orang kaya, dan ada yang diberi maqam yang biasa seperti menjadi petani.
Maqam-maqam yang didapatkan oleh para manusia ini semuanya adalah kehendak dari Allah SWT, jadi jangan sampai kamu memaksakan dirimu yang sudah diberi maqam oleh Allah SWT untuk pindah kemaqam yang lain, karena maqam yang diberikan Allah kepada dirimu adalah jalanmu untuk beribadah dan mendekat kepada Allah SWT, Allah berfirman :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيم (165)
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am : 165)
Jadi semisal kamu sekarang diberi maqam menjadi petani, kamu akhirnya bisa ikhlas, mudah bersedekah, rajin berjama’ah dan mudah untuk beribadah. Kalau kamu melihat orang lain yang menjadi pedagang janganlah kamu berkeinginan sampai memaksakan diri meninggalkan profesimu sebagai petani dan beralih menjadi pedagang, karena sangat mungkin sekali ketika kamu nanti menjadi seorang pedagang lalu sukses, dan punya uang banyak, akan tetapi karena sudah sangat sibuk, ibadahmu menjadi malas, bakhil, dan lebih mementingkan masalah duniawi dibandingkan Ukhrawi, Akhirnya kamu malah mendapatkan kerugian di akhirat kelak, ini sangat merugikan dan merupakan tindakan yang bodoh seperti dalam hikmah sebelumnya,
مَا تَركَ مِنَ الجَهْلِ شَيْئاً مَنْ أَرَادَ أَنْ يُحْدِثَ فِي الوَقْتِ غَيْرُ مَا أَظْهَرَهُ اللهُ فِيهِ
Dikisahkan ada seorang lelaki yang meminta kepada Allah agar ia mendapatkan roti sebanyak dua potong setiap harinya tanpa harus bekerja dan bersusah payah, akhirnya Allah SWT menghendaki lelaki itu untuk dipenjara dalam jangka waktu yang lama dan setiap harinya mendapatkan jatah dua potong roti sebagaimana permintaannya. Lalu ia berpikir keras, “kenapa saya bisa bernasaib seperti ini?”, dan suatu hari ia mendapatkan jawaban : “dulu kamu meminta kepadaku dua potong roti tanpa harus bekerja dan tidak meminta keselamatan kepadaku maka aku memberimu hal yang kamu inginkan” ia pun menyesal atas perbuatannya dan memohon ampunan kepada Allah SWT, akhirnya Allah membebaskannya dari penjara.
Allah SWT menetapkan bahwa manusia bisa mendapatkan rezeki kalau ia bekerja, maka janganlah kita meminta agar diberi rezeki tanpa harus bekerja karena itu merupakan bentuk Su’ul adab kepada Allah SWT.
Jadi janganlah kamu memaksa untuk berpindah dari maqam yang telah Allah kehendaki, Allah SWT itu memberikan pahala kepada orang-orang yang bisa memberi manfaat (dampak positif) pada orang lain, jalanilah maqammu (profesimu) dan lakukanlah hal lain yang kamu kehendaki tanpa harus meninggalkan maqammu.
والله أعلم بالصواب