Allah SWT merupakan dzat yang Maha Sempurna, seluruh hal apapun pasti –tidak mungkin tidak- bergantung kepada-Nya, pun semuanya masuk ke dalam rancangan skenario-Nya yang indah dan penuh hikmah
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ ١١٥
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu’minun : 115)
Salah satunya adalah Ia menciptakan segala hal di dunia ini berpasang-pasang; Pria-Wanita, Kanan-Kiri, Siang-Malam, Kecerdasan-Kebodohan, Kebenaran-Kesesatan, Cahaya-Kegelapan, Kebaikan-Keburukan
وَمِن كُلِّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٤٩
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Adz-Dzariyat : 49)
Berbicara mengenai Kebaikan dan Keburukan atau dalam Islam lebih dikenal dengan Maslahat dan Mafsadah, ada satu hal yang menarik. Allah SWT memberikan banyak sekali Rahmat-Nya yang tak terhingga kepada kita, manusia. Satu di antaranya yang sering dilupakan adalah kemampuan untuk dapat membedakan kebaikan dan keburukan, maka setiap manusia normal pasti memiliki sifat alamiah menginginkan sebuah kebaikan untuk dirinya, di manapun & kapanpun mereka berada, atau yang lebih sering diistilahkan dengan kemampuan Mempertahankan Diri.
Dalam usaha mewujudkan keinginan mereka, ternyata manusia selama ini selalu melakukan aktivitas-aktivitas yang diyakininya mampu mengantar mereka menuju keinginan itu, tanpa adanya kepastian, mereka melakukan atas dasar prediksi dan perkiraan, atau bisa kita bahasakan dengan Husnudz Dzon dan Positive Thinking.
Segala aktivitas mereka dilakukan atas dasar hal itu, kita ambil contoh seorang Muslim sejati, ia pastilah mentaati segala perintah Allah & Rasul-Nya, menjalankan kewajiban-kewajiban, dan menjauhi segala larangan-Nya; dengan harapan ia mampu mendapatkan kebaikan untuk dirinya, yakni Ridlo Allah SWT dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Tentulah ia tidak dapat memastikan mendapatkan apa yang diinginkannya, ia tetap disertai rasa khawatir dan takut akan tidak terterimanya amal ibadah tersebut.
Bukan hanya para pencari akhirat saja, namun seluruh manusia, yang berarti juga mencakup para pencari kehidupan dunia, mereka dalam usaha mewujudkan keinginannya juga melakukan aktivitas-aktivitas atas dasar prediksi, bukan kepastian; mereka tetap dibayang-bayangi kegagalan dalam usahanya.
Seorang pengusaha ataupun enterpreanur, mereka melakukan kerja keras memajukan usaha & perusahaan, melakukan berbagai inovasi, ekspansi bisnis, dsb. Itu semua dengan dasar prediksi ataupun Husnudz Dzon bahwa apa yang mereka lakukan akan mampu mengantar mewujudkan keinginannya, tentu hal tersebut bukanlah sebuah kepastian, mereka tetap dibayang-bayangi kegagalan. Pun dengan para petani, dokter, politikus, hakim, mahasiswa, dan sebagainya; mereka semua sama.
Namun itu semua bukanlah masalah, karena memang beginilah Qodlo’ & Qodar Allah SWT, beginilah rancangan takdir-Nya; yang menjadi masalah adalah ketika kita tidak konsisten dalam pendirian kita; ketika melakukan urusan duniawi, kita bersemangat dalam melakukannya, walau tahu bahwa hasilnya belum pasti, namun ketika melakukan urusan akhirat, ibadah kepada Allah SWT sang Maha Pencipta, kita sering kendor dan bermalas-malasan, bahkan terkadang sampai enggan; padahal sudah jelas bahwa dunia ini fana dan akhirat itu abadi selama-lamanya.
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ ١٤ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ ١٥ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ١٦ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ ١٧ إِنَّ هَٰذَا لَفِي ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ ١٨ صُحُفِ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ ١٩
14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), 15. dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. 16. Tetapi kalian (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. 17. Sedang kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. 18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. 19. (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa (QS. Al-A’la : 14-19)
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu membimbing dan menempatkan kita di jalan-Nya yang lurus serta meridhoi kita semua. Amiin. Wallahu A’lam
Referensi : Qowaidul Ahkam fi Islahil Anam