Al-Imam Ibn Qayyim pernah berkata: "Siapa yang meneliti cara tidur dan jaga Rasulullah saw, akan mendapati bahwa tidur baginda adalah yang paling seimbang dan paling bermanafaat untuk badan, anggota dan kekuatan. Baginda tidak pernah tidur lebih dari kadar yang dihajati dan tidak pernah mencegah dirinya daripada kadar keperluannya."

Rasulullah saw biasanya mengatur waktu tidurnya: "Sehampir-hampir Allah kepada hamba-Nya ialah di bagian akhir malam. Dan sekiranya kamu berkuasa untuk menjadikan diri kamu salah seorang yang mengingati Allah di waktu ini maka lakukanlah." (Riwayat Tarmidzi dan Abu Daud)

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: "Hendaklah kamu bangun malam karena itu adalah kebiasaan amalan orang-orang yang soleh sebelum kamu. Sesungguhnya bangun malam itu mendekatkan diri kepada Allah, menutup segala dosa, menghilangkan penyakit kepada tubuh badan dan menjauhi kekejian." (Hadith Riwayat Tarmizi)

Dalam kitab Misykatul Masabih ada disebutkan: Tidur sedikit di waktu tengah hari tidaklah dibenci. Rasulullah saw ada juga melakukannya. Ini dapat mengimbangi kekuatan tubuh badan setelah bertahajud di malam hari.

Ibn Qaiyim menambah: "Tidur di siang hari amat dibenci karena ia akan mewarisi penyakit kebengkakkan (muka kelihatan sembab dan tidak bercahaya) malapetaka, merusakkan warna kulit, menimbulkan penyakit radang limpa, melemahkan urat saraf dan melemahkan syahwat. Seburuk-buruk tidur ialah ketika awal hari (matahari terbit) dan terlebih buruk lagi ialah tidur di akhir siang hari (selepas ashar)."

Abdullah Ibnu Abbas (Ibnu Abbas) telah melihat anaknya tidur diwaktu Subuh. Maka dikatakan kepada anaknya: "Bangun! Apakah kamu tidur diwaktu rezeki dibahagi-bahagikan?"

Sebagian ulama mengatakan: "Siapa yang tidur selepas ashar sehingga terganggu kewarasannya maka janganlah ia mencaci selain daripada dirinya sendiri."

BACA JUGA :  Referensi Fatwa Fuqoha Syafi’iyah

Itulah sedikit secercah ilmu yang telah diturunkan kepada kita dari Junjungan tercinta Rasulullah saw, para sahabat dan ulama ul amilin. Ambillah ikhtibar, amalkanlah, dan kalau tidak bisa melakukan itu semua jangan tinggalkan semua. Buatlah sedikit demi sedikit tapi biarlah istiqamah karena amalan yang sedikit dengan istiqamah disertai dengan roh dalam amal kita itu lebih disukai oleh Allah SWT.

Artikulli paraprakMengenal Tafsir Sunni
Artikulli tjetërKHITANAN MASSAL KE VIII PP AL- ANWAR SARANG

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini