Saat itu, aku menapakkah kakiku di sebuah perpustakaan yang besar milik lembaga keislaman. Kupandangi buku dan kitab yang bertengger di rak-rak yang berjajar rapi. Tak sengaja aku mendekati kitab Majmuk yang begitu besarnya. Fiqh Islam ala Madzhab Syafii dilebnya. Begitu lengkap dan komplet. Itulah kehebatan Nawawi murid pengarang kitab Al-Fiyah (Imam Nawawi asal Damaskus).

""

Aku beranjak lagi ke rak yang ada di sampingnya. Aku melihat ada kitab Tafsir Munir. Dua jilid. Sungguh sebuah tafsir yang singkat padat dan menjanjikan isinya. Aku tergagap dengan kitab-kitab kecilnya. Ada Syafinah, Fathal Majid, Madzaridus Shu’ud, dll. Aku kagum. Ternyata disampingnya, ada sebuah biografi singkat berbahasa Indonesia yang menerangkan tentang kisah-kisah ulama Jawa yang menorehkan prestasi internasional. Termasuk Mbah Nawawi.

Dalam buku kecil itu, ada sebuah catatan yang mengatakan bahwa karya Mbah Nawawi ada seratus kitab lebih. Seingatku ada sekitar lima ratusan. Namun yang aku ketahui nama-namanya cuma sedikit saja. Ini Mbah Nawawi. Belum lagi Mbah Mahfudz Termas, Mbah Yasin al-Fadani, dan sederetan ulama asal Indonesia yang menjadi guru besar di Tanah Suci Mekah.

Aku ingat sebuah cacatan penting dari salah satu guru besar UIN Syarif Hidyatullah. Bahwa, pernah ditemukan sekapal kitab yang terdampar di Madura atau di Singapura. Ini masih kawasan kecil. Coba banyangkan seandainya itu ada di Jawa atau Sumatra yang merupakan gudangnya para ulama di Indonesia. Coba renungkan, berapa kitab yang ludes di Sumatra saat terjadi tsunami di Aceh.

Dari seuntai tulisan ini, penulis mengajak berfikir kreatif kepada para santri dan akademis Islam untuk meniru Mbah Nawawi dan beberapa ulama nusantara lainnya yang menjadi rujukan banyak ulama di dunia. Karyanya bertebaran di mana-mana. Berbobot. Seandainya Indonesia seperti ini niscaya ia akan maju dalam dunia keilmuan islamnya. Tidak berkiblat kepada Negara Barat.

BACA JUGA :  Alhamdulillah, aku sekarang ISLAM (mualaf)

""

H. M. Maftuh Basyuni, Mantan Menteri Agama berkata, “Saya sudah menyiapkan sebuah percetakan besar yang dapat mencetak hasil karya tulis ulama bangsa ini. Karya-karya ulama kita itu akan kita bagikan secara cuma-cuma agar muncul Nawawi-Nawawi muda di Tanah Air.”

Artikulli paraprakJangan Seperti Laron!
Artikulli tjetër‘Ashim dan Gadis Penjual Susu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini