قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :“Tiga hal, yg barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt yang telah mengundang sanubari kita untuk hadir dan memberikan kesempatan kepada kita duduk bertamu kepada Allah, bertamu kepada Kasih Sayang Ilahi, bertamu kepada Keridhoan Allah, bertamu kepada Kelembutan Allah, bertamu kepada Cinta Allah, bertamu kepada Cahaya Pengampunan Ilahi, bertamu kepada Sayyidina Muhammad Saw.
"Allah Swt berfirman “Laa uqsimu bi yaumil qiyamah; wala uqsimu binnafsillawwamah; ayahsabul insaanu allannajma’a i’dhaamah; balaa qaadiriina a’laa annusawwiya banaanah; bal yuriidul insaanu liyafjura amaamahu yas’alu ayyaana yaumul qiyamah” QS. Al Qiyamah : 1-6.
“Laa uqsimu bi yaumil qiyamah Aku bersumpah demi hari kiamat” QS. Al Qiyamah : 1. Hari kehancuran seluruh langit dan bumi, hari hancurnya angkasa raya dan disaat itu semua yang hidup akan wafat terkecuali Allah. Tinggallah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Indah dan Maha Sempurna, Dialah Allah. Aku bersumpah demi hari kiamat, Sang Pencipta kerajaan langit dan bumi bersumpah atas kejadian kehancuran yang demikian dahsyatnya.
“Wala uqsimu binnafsillawwamah” Dan Aku bersumpah demi jiwa manusia yang selalu berubah – ubah; QS. Al Qiyamah : 2. Dari kebaikan menuju kejahatan, dari pahala menjadi dosa, dari kesucian menjadi kehinaan menjadi kesucian dan setiap manusia banyaknya adalah selalu berubah – ubah dalam ketaatan. Sebentar taat kepada Allah, sebentar khianat kepada Allah dan Allah Maha Melihat.
“Ayahsabul insaanu allannajma’a i’dhomah” Apakah manusia mengira Aku tidak bisa mengumpulkan kembali tulang – belulangnya dan menyatukannya kembali; QS. Al Qiyamah : 3. Ketika manusia telah melebur menjadi debu dan tanah, Allah membangun kembali tubuhnya sebagaimana Allah membangun dari sel telur hingga tubuh manusia yang sempurna, Allah kembali membangun manusia.
“Balaa qaadiriina a’laa annusawwiya banaanah” Sungguh Aku mampu mengumpulkan kembali mereka dan membawa mereka kembali dari debu kembali kepada tubuhnya; QS. Al Qiyamah : 4.
“Balyuriidul insaanu liyafjura amaamah” Mereka itu menghina Allah dihadapan Allah; QS. Al Qiyamah : 5.
“Yas alu ayyana yaumul qiyamah” Mereka bertanya, kapan itu hari kiamat?” QS. Al Qiyamah : 6.Mereka menghina-Ku dihadapan-Ku, kata Allah Swt. Maksudnya, setiap dosa dan kesalahan itu selalu dilihat oleh Allah.”Yuriidul insaanu liyafjura amaamah, Yas’alu ayyaana yaumul qiyaamah” apakah manusia itu ingin menghina-Ku dihadapan-Ku. Dan mereka bertanya, kapan itu hari kiamat? Tanpa mereka berfikir bagaimana jika hari kiamat terjadi?.
“Faidza bariqal bashar; wakhasafalqamar; wajumi’al syamsu walqamar” maka apabila mata terbelalak (ketakutan); hari disaat mata mata terbelalak dan ketakutan, hari dimana bulan tidak lagi bercahaya; hari dimana matahari dan bulan saling bertabrakan; QS. Al Qiyamah : 7-9. Yang menyala – nyala adalah mata manusia dari ketakutannya melihat kehancuran alam semesta. Dan dihancurkanlah langit dan saling berbenturan antara matahari dan bulan,
Maka disaat ilulah Allah berfiman “fayaquulul insaanu yaumaidzin ainalmafar” maka bertanyalah manusia yang hidup saat itu, kemana harus mencari perlindungan? QS. Al Qiyamah : 10. Mereka melihat air laut naik ke bumi bersama lava yang ada di perut bumi,maka air laut berubah menjadi air yang panasnya ribuan derajat, naik ke atas bumi dan bintang, meteor berjatuhan, bumi terbelah – belah. “..ainalmafar” mereka terus bertanya kemana harus mencari perlindungan.
“Kalla laa wazar” ketahuilah! Tidak ada tempat mencari perlindungan saat itu; QS. Al Qiyamah : 11.
“Ilaa Rabbika yaumaidzinilmustaqar; yunabba’ul insaanu yaumaidzin bimaa qaddama wa akkhar” Maka Allah menjawab saat itu hanya Allah tempat kembali, Allah ingin mengumpulkan seluruh yang hidup kembali kehadiratul Rabb Jalla Wa Alla; QS. Al Qiyamah : 12-13.
“Ilaa Rabbika yaumaidzilmustaqar” tempat kembali satu – satunya dan tempat tinggal yang tersedia adalah dihadapan Allah. “Yunabbaul insaanu yaumaidzim bimaaqaddama wa akhkhar” diberitakan kepada manusia itu apa yang pernah ia lakukan dan apa yang akan dia terima kemudian.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, “Balil insaanu a’laa nafsihi bashirah; walaw alqaama’aadziirah” Manusia saat itu melihat apa – apa dari dosanya yang terdahulu yang tidak pernah ia lihat; walaupun ia mengajukan alas an alasannya dan kilahnya ia tak bisa berkilah. QS. Al Qiyamah : 14-15. Karena dosa tidak pernah terlihat namun disaat itu dosa diperlihatkan, betapa buruknya, betapa memalukan dan betapa busuk dan hinanya dosa – dosanya dan ia melihat betapa indahnya amal ibadahnya, pahalanya dan segala ketaatannya kepada Allah dan ia melihat bagaimana para pendosa sampai ke neraka dan bagaimana yang taat sampai ke surga. Memandang keadaan dirinya bahwa ia telah berbuat ini dan itu dan akan menerima ini dan itu. “Walaw alqaa ma’aadziirah” Apapun yang ia perbuat, walau ia mengajukan udzur – udzur (alasan – alasan), Allah Maha Melihat dan menjadkan saksi Dzatnya dan permukaan bumi bersaksi atas apa yang diperbuat dari kebaikan dan keburukannya.
Ketika ayat – ayat ini turun, Sang Nabi saw bergetar dalam membacanya. Maka Allah meneruskan firmannya “laa tuharrik bihi lisanaka lita’jala bihi; inna a’lainaa jam’ah wa qur’anah; faidza qura’nah fattabi’ qur’anah; tsumma inna a’laina bayaanah” QS. Al Qiyamah : 16-19. Jangan kau percepat, jangan kau gemetar membaca ayat ini, wahai Sang Nabi saw dan jangan terburu – buru membacanya, Kami yang akan menjaga ayat – ayat mulia ini, jika telah kami lantunkan maka ikutilah bacaannya untuk sampai kepada ummatmu untuk menuntun mereka kepada keluhuran.
“Kalla bal tuhibbuunal ’aajilah; watadzaruunal akhirah” Sungguh wahai seluruh manusia, kebanyakan dari kalian ini menyenangi kehidupan yang sementara (dunia) dan kalian meninggalkan kehidupan akhirat yang abadi; QS. Al Qiyamah : 20-21. Hadirin, kalimat – kalimat ini bukanlah kekejaman Ilahi tapi ajaran dari Rabbul Alamin Yang Maha Indah agar kita tidak tertipu dalam kehidupan yang sementara dan melupakan kehidupan yang abadi. Ada apa di akhirat itu wahai Rabb?
“Wujuuhun yaumaidzin naadhirah; ilaa Rabbihaa naadhirah” QS. Al Qiyamah : 22-23. Wajah – wajah yang terang – benderang dengan cahaya. Bukan matahari dan bulan, bintang tapi wajah – wajah hamba – hamba Allah. Mereka bukan lagi terlihat di dunia cahayanya tetapi wajah – wajah itu memandang Allah. Wajah – wajah itu bercahaya dengan cahaya yang terindah.
“ilaa Rabbiha nadhirah” memandang keindahan Allah Swt; QS. Al Qiyamah : 23. Semoga aku dan kalian dikelompok wajah yang bercahaya. “Wa wujuuhun yaumaidzin baashirah” dan Wajah – wajah yang kelam dan susah; QS. Al Qiyamah : 24 .
“Tadhunnu an yuf’ala bihaa faaqirah” Ia akan mendapatkan kefakiran yang abadi karena ia tahu akan diberi kesusahan yang kekal; QS. Al Qiyamah : 25.
“Kalla idza balaghatittarafiya; waqiilaman raaaq” Ingatlah!, kata Allah. Ketika sudah sampai di tenggorokan nafasmu; dan siapa yang saat itu akan menolongnya? QS. Al Qiyamah : 26-27.
“Fadhonna annahulfiraq” manusia tidak bisa menolongnya; QS. Al Qiyamah : 28. Kalau ia kehabisan nafas, diberi oksigen ia wafat juga, kalau ia kurang makan diberi makan ia wafat juga, kalau ia diberi minuman ia wafat juga,kalau ia diberi pacu jantung ia wafat juga. “Waqiila man raaq; fadhonna annahul firaq”. Saat itu ia sudah tahu dengan pasti bahwa ia akan berpisah, berpisah dengan alam jasad, berpisah dengan keluarga dan teman, berpisah dengan harta dan jabatan, berpisah dengan semua yang ia lihat dan yang ia dengar.
“Waltaffatissaaqu bissaaq; ilaa Rabbika yaumaidzinilmasaq” QS. Al Qiyamah : 29-30. Maka setiap manusia bersatu, kaki mereka saling berdempetan satu sama lain. Maksudnya dari padatnya padang mahsyar menuju kehadirat Allah Swt menghadap. Maka disaat itulah Allah Swt berfirman “Falaa shadaq walaa shallaa” merugilah orang – orang yang menjauh dari shadaqah dan jauh dari perbuatan shalat, jauh dari doa dan ibadah.
“Awlaa laka fa awlaa; tsumma awlaa laka fa awlaa” kerugian baginya, kerugian baginya dan kerugian baginya dan kerugian baginya; QS. Al Qiyamah : 34-35.
“Walaakinkadzdzaba watawallaa” ia lantas mendustakan agama ini dan berpaling dari segala ketaatan; QS. Al Qiyamah : 31-32.
“Tsumma dzahaba ilaa ahlihi yatamaththaa” ia hanya melewati kehidupan dunia ini tanpa perduli Sang Pemiliknya dan ia bersenang – senang dan bertenang – tenang dengan keluarga dan semua kehidupan dunia ini tanpa perduli kenikmatan Allah dan panggilan Kasih Sayang Illahi; QS. Al Qiyamah : 33. Maka merugilah ia, merugilah ia, merugilah ia.
“Ayahsabul insaanu ayutrakasudan” Apakah manusia mengira bahwa Allah akan meninggalkannya begitu saja? QS. Al Qiyamah : 36. Allah Swt menyampaikan ayat ini menjadi penggembira bagi orang yang beriman dan teguran bagi orang yang tidak beriman. Apakah mereka menyangka akan dibiarkan begitu saja? Maksudnya, apakah setiap kali sujud tidak dihargai oleh Allah? Apakah mereka menyangka setiap doa dan dzikir itu tidak dihargai oleh Allah? Dibiarkan begitu saja atau orang – orang yang tidak beriman mengira kekufuran mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berbuat kemunkaran di muka bumi?
“Alam yakunuthfatammaniyin yumnaa; tsumma kaana a’lafatan fakhalaqa fasawwaa” bukankah Allah yang menciptanya daripada air mani; lalu Allah menjadikannya gumpalan darah, lalu gumpalan daging kemudian mencipta kehidupan jasadnya; QS. Al Qiyamah : 37-38.
“Faja’ala minhulzaujaiinil dzakara wal untsa; alaisa dzalika biqaadirin a’laa ayuhyiyalmautaa” Dan Allah menjadikannya berpasang – pasangan dan berketurunan dan apakah dengan itu masih juga mereka belum mempercayai bahwa Allah bisa menghidupkan yang telah wafat? QS. Al Qiyamah : 39-40. Jiwa yang mati pun dihidupkan oleh Allah daripada kemunkaran, kegelapan, kehinaan, kekufuran menuju kepada keindahan, kesucian, kekhusyu’an, pengampunan dan Cahaya Allah.
Semoga Allah menghidupkan kita dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sampilah kita kepada hadits mulia ini, “tsalatsun man kunna fihi wajada halawatal iman” 3 hal yang apabila ada pada seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman. Maksudnya apa? Betapa manisnya iman akan ia rasakan apabila ia mempunyai 3 sifat ini, sifat yang sangat luhur dari sifat – sifat orang yang dicintai Allah. “An yakunnallah wa Rasuluhu ahabb ilaihi mimmaa siwaahuma ” bagaimana? Ia jadikan Allah dan Rasulnya (Sayyidina Muhammad Saw) lebih ia cintai dari semua yang selain keduanya. Ia lebih mencintai Allah dan Rasul dari semua yang lainnya. Ini yang pertama, berat sekali tentunya bagi kita. Kita akan jelaskan selanjutnya. “Wa an yuhibbal mar’a la yuhibbuhu illa Lillah” dan apabila ia mencintai seseorang itu tidak ia cintai terkecuali karena Allah. Apa maksudnya ini? Maksudnya adalah ketika ia mempunyai teman atau saudara atau kerabat atau siapapun yang menjalankan kemunkaran dan dosa maka kuranglah penghargaannya kepada orang itu, jatuh harga diri orang itu di hadapannya ketika orang itu banyak berbuat dosa namun bukan membencinya. Membenci orang yang berbuat dosa tidak dilakukan oleh Sang Nabi saw, beliau mendoakan para pendosa tapi harga diri orang itu jatuh dihadapannya karena orang itu berbuat dosa. Hingga ia tidak memuliakan seseorang yang ia cintai dan ia hargai semata – mata hanya karena Allah Swt. Ia tidakmau masuk kedalam kekufuran seperti ia tidak mau masuk ke dalam api.
Kekufuran disini maksudnya keluar dari Islam. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna hadits ini merupakan 1 hadits yang menyifatkan derajat hadits yang paling sempurna dari semua mukminin. Ketika seseorang mendengar hadits ini, layaknya ia berjuang untuk mencapai kemuliaan hadits ini. Dan Imam Ibn Hajar menjelaskan, mereka yang berusaha mencapainya maka mereka telah mendapatkan pahalanya walau belum mencapainya. Ia berusaha ingin mencintai Allah dan Rasul lebih dari segala – galanya.
Hadirin – hadirat, jika kita mengetahui hakikat Kasih Sayang Ilahi kepada kita, kita tidak akan mencintai Allah dan mencintai yang lain melebihi Allah dan Rasul-Nya. Karena cinta mereka kepada kita lebih daripada segala yang lainnya. Allah Swt mencintai kita, kalau tidak kita tidak akan bisa mengucapkan Nama-Nya, kalau tidak kita tidak akan bisa sujud pada-Nya. Hadirin – hadirat, “Innallah binnaas raufurrahiim” Sungguh Allah pada manusia itu berlemah lembut (QS Al Hajj 65). Allah Swt melihat Fir’aun yang sudah mengakui dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Benar dan berkata “Ana Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi. Allah masih mengutus Nabi Musa alaihi salam dan pergilah kepadanya. Datang kepadanya dengan ucapan lembut dan sopan barangkali ia mau bertaubat, tapi menolak menolak menolak dan menolak. Maka Allah Swt menjatuhkan azabnya. Hadirin – hadirat, kita lihat iblis makhluk yang paling dibenci Allah. Ketika ia berdoa kepada Allah "Rabbiy andhirniy ila yaumiyub’atsuun” wahai Allah tunda siksaku sampai hari kebangkitan, Allah menjawabnya “fainnaka minal mundharin” engkau ditunda siksanya, wahai iblis. Sayangnya iblis tidak bertaubat karena sombongnya. Kalau ia bertaubat niscaya Allah menerima taubatnya, namun ia tidak mau bertaubat karena sombongnya dan Allah menunjukkan Kasih Sayangnya kepada kita. Ayat ini 3X diulang didalam Al qur’an, kejadian iblis yang ditunda siksanya dan dijawab doanya oleh Allah. Bagaimana dengan kita yang berdoa dan masih belum diijabah oleh Allah? Atau mungkin Allah ijabah dengan kebalikan apa yang kita minta. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Memberi kita lebih dari yang kita minta. Kalau kita minta kepada Allah dan dikabulkan namun bukan hanya dikabulkan oleh Allah tapi ditambahkan padahal dan Rahmat-Nya. Kalau tidak dikabulkan berarti Allah berikan yang lebih indah. Seperti doa ibundanya Sayyidatuna Maryam yaitu istrinya Imran yang minta kepada Allah agar diberi bayi seorang lelaki yang ksatria, Allah tidak kabulkan. Allah beri ia bayi wanita, maka ia berkata “aku melahirkan bayi wanita padahal aku minta bayi pria”. Ketika ia sedang hamil ia berdoa “Rabbiy inniy nadzartu laka maa fi bathniy muharraran fataqabbal minniy” wahai Tuhanku, aku minta yang didalam rahimku ini seorang ksatria dan kabulkanlah doaku ini.(QS Ali Imran 35) Namun Allah munculkan bayi wanita yang lahir, kenapa? Karena Allah ingin memberi yang lebih dari doanya. Muncullah seorang bayi wanita dan ia berkata “wahai Allah kenapa ini aku melahirkan bayi wanita? Dan Allah Maha Tahu pria tidak bisa disamakan dengan wanita”. Maksuudnya yang kuharapkan adalah seorang ksatria, mustahil seorang wanita menjadi ksatria. Namun ternyata putrinya itu menjadi Ibunya Nabiyullah Isa alaihi salam. Allah tidak berikan kepadanya doanya, tapi Allah jadikan 2X lipat lebih besar dari doanya. Dapat putri yang shalihah, Sayyidatuna Maryam salah satu wanita termulia di muka bumi yang melahirkan putranya Nabiyullah Isa alaihi salam. Diberi lebih dari yang ia minta. Hadirin – hadirat, banyak lagi perumpamaan ketika orang berdoa diberi sebaliknya justru itu menyimpan hikmah yang lebih besar. Dan Imam Ibn Hajar menjelaskan kepada kita, mereka yang berusaha mencapai ini, ia sudah termasuk mendapatkan pahalanya. Sebutir niat dalam hati kita ingin mencintai yang paling mencintai kita yaitu didunia dan akhirat yaitu Allah dan Nabi kita Muhammad Saw. Kalau sudah ia mencintai Allah dan Rasul, maka ia dicintai Allah dan Rasul itu pasti. Karena Rasul saw bersabda memfirmankan firman Allah didalam hadits qudsiy riwayat Shahih Bukhari “man ahabba liqa’i ahbabtu liqa’ah” barangsiapa yang rindu jumpa denganku, Aku rindu jumpa dengannya. Maka jika kerinduan muncul pada diri kita maka kerinduan sudah muncul pada Dzatnya Allah kepada kita. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Dan Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini dipakai untuk tahalli yaitu untuk mencapai kelezatan, keindahan, dan kemanisan mencintai Allah dan Rasul-Nya. Semakin ia naik derajatnya, semakin ia mendapatkan manisnya iman. Semoga kita tidak wafat kecuali mencapai puncak kesempurnaan iman.
Hadirin – hadirat, semoga akhir nafas kita kelak berakhir dengan kesempurnaan iman. Dan kita tidak mencintai melebihi sesuatu daripada Allah dan Rasul-Nya dan kita tidak mencintai seseorang kecuali karena cintainya kepada Allah dan kita benci kembali kepada kekufuran sebagaimana kita tidak mau dilemparkan ke dalam api. Rabbiy pastikan sifat – sifat itu menaungi hari – hari kami khususnya diakhir nafas kami kelak. Allah Swt berfirman didalam hadits qudsiy riwayat Shahih BUkhari bahwa kelak di hari kiamat ketika orang – orang penduduk surga telah sampai di surga maka Allah Swt berfirman menjelaskan kejadian itu “Aku siapkan untuk hamba – hambaKu yang shalih apa – apa yang belum pernah dilihat mata, apa – apa yang belum didengar telinga, belum pernah terlintas dalam sanubari mereka”. Keindahan yang belum pernah mereka lihat. Untuk siapa? Untuk hamba- hambaNya yang shalih. Bagaimana aku dan kalian? bagaimana dengan kita? Tentunya kita masih punya harapan, karena orang yang berusaha mencapai derajat orang – orang shalih, ia sudah mendapatkan pahalanya. Semakin ia berusaha, semakin ia mendapatkan pahala shalihin yang lebih besar. Dan jangan lupa “seseorang bersama dengan orang yang dicintainya”. Beruntunglah para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. Allah Swt, ketika semua manusia sudah masuk kedalam surga-Nya, maka Allah berkata “maukah kalian Ku-beri yang lebih indah dari ini?” sambutan hangat dari Maharaja Alam Semesta. Maka Allah berkata “Aku halalkan untuk kalian Kasih Sayang-Ku dan Ridho-Ku dan Aku tidak akan murka pada kalian selama – lamanya. Keridhoan dan Kasih Sayang dan Cinta Allah itu melebihi kenikmatan surga harganya. Maka itulah yang selalu diminta oleh Sang Nabi saw “Allahumma innanas aluka ridhakal wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wannaar”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Jiwa yang paling suci dan selalu menginginkan keselamatan bagi umat ini, Sayyidina Muhammad Saw. Beliau bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa seorang Nabi, kata beliau. Ketika sedang diperangi oleh umatnya, oleh kaumnya sampai terluka wajahnya maka berdarah – darah wajahnya, Nabi itu berkata “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”. Al Imam Ibn Hajar menukil riwayat lainnya bahwa hadits itu Nabi menceritakan seorang Nabi, padahal yang dimaksud adalah dirinya sendiri. Karena tidak terjadi didalam sejarah, ada perbuatan Nabi seperti itu kepada kaunya terkecuali Sayyidina Muhammad Saw. Kejadian ini terjadi di perang uhud. Ketika darah mengalir dari wajahnya. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Sayyidatuna Fatimahtuzzahra radiyallahu anha dan Sayyidina Ali karamallahu wajhah wa radiyallahu anh mengusap dan berusaha menghentikan darah dari wajahnya beliau saw. Dan Imam Ibn Hajar menukil salah satu riwayat lainnya, saat darah itu mengalir, Sang Nabi saw berusaha menahan dengan lidahnya, tangannya agar jangan sampai jatuh ke tanah. Maka para sahabatyang mengelilinginya bertanya “wahai Rasul biarkan saja darah itu turun, jangan ditadahi, yang penting lukanya dulu supaya berhenti darahnya”. Rasul berkata “demi Allah,kalau sampai ada setetes darah dari wajahku terkena bumi, Allah akan menumpahkan bala kepada kaum yang memerangiku. Allah murka kalau ada setetes darahku sampai jatuh ke bumi, Allah akan celakakan mereka seraya berdoa “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”.
Inilah budi pekerti terindah dari manusia terindah Sayyidina Muhammad saw. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Disaat – saat itulah terlihat dihari kiamat nanti, bagaimana indahnya derajat para shalihin, para pecinta Nabi Muhammad Saw. Majelis Rasulullah Saw didirikan dengan semangat dan cita – cita agar menjadi bahan penggembira Sayyidina Muhammad Saw dan bahan pembuka keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Beruntunglah orang – orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya saat itu. Mereka dalam kemuliaan yang sangat tinggi. Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha, di hari kiamat manusia diperintahkan melintas di jembatan ashshirat. Lewatlah jembatan shirat, saat manusia saling mundur untuk melintasi jembatan itu. Maka terdengarlah satu seruan dari malaikatul muqarrabin “ya ahlul jannah, Ghuddhuu absharakum, wa nakkisuu ru’uusakum, Fatimah binti Muhammad tamurru alassshiraat” wahai semua yang di padang mahsyar, tundukkan kepada kalian dan tundukkan pandangan kalian, beri penghormatan kepada Fatimah putri Muhammad yang akan melintas di jembatan shirat. Semua kepala tertunduk untuk menghormati putri Sayyidina Muhammad Saw. Ketika beliau saw di hari – hari akhirnya, (riwayat shahih Bukhari) beliau saw memanggil putrinya Sayyidatuna Fatimatuzzahra, “wahai Fatimah aku mohon pamit, aku akan meninggalkanmu”. Maka menangislah Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha dan berkata Rasul saw “kau adalah orang yang pertama kali menyusulku nanti wahai Fatimah”, maka Sayyidatuna Fatimatuzzahra terdiam, lalu Rasul saw berkata “apakah kau tidak ridha dan senang, kau menjadi pemimpin wanita yang paling mulia di dalam surga-Nya Allah”. Sayyidatuna Fatimatuzzahra tersenyum gembira. Para muhadditsin berkata bahwa Sayyidatuna Fatimatuzzahra bukan gembira menjadi wanita termulia di surga, tapi yang membuat ia tersenyum adalah derajatnya yangia capai sebagai wanita termulia di surga itu menggembirakan hati Sang Nabi saw. Maka ia tersenyum karena bisa membuat bangga Sang Nabi saw. Hadirin – hadirat, kita bermunajat kepada Allah Swt semoga Allah menyinari hari – hari kita, menerangi hari – hari kita dengan Cahaya Keridhoan-Nya, dengan Cahaya Kebahagiaan-Nya, dengan Cahaya Kemakmuran-Nya dunia dan akhirat, lahir dan bathin kita. Rabbiy Rabbiy kami menginginkan derajat – derajat tertinggi di dunia dan akhirat dalam keridhoan. Dan kami risau akan datangnya musibah di dunia, barzah dan yaumil qiyamah maka bebaskan kami dari segala kesulitan, musibah di dunia, barzah, dan yaumil qiyamah. Rabbiy Rabbiy kami menghendaki dan mendambakan kenikmatan di dunia, kenikmatan di barzah, kenikmatan di akhirat. KAU-lah Sang Pemberi kenikmatan maka berilah kami kenikmatan di dunia, di barzah dan di yaumil qiyamah. Rabbiy Rabbiy inilah doa, inilah munajat, jawablah segala harapan kami dan munajat kami. Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah.. Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah Kita teruskan acara kita dengan doa bersama mendoakan seluruh muslimin – muslimat, sebagaimana sabda Rasul saw riwayat Shahih Muslim “barangsiapa yang berdoa untuk saudara muslimnya, malaikat berkata “amin walaka mitsluh” maka barangsiapa yang mendoakan seluruh muslimin, maka ia mendapatkan kemuliaan dari doa jumlah semua muslimin yang di muka bumi. Mari kita berdoa bersama dan juga dalam doa ini kita berdoa agar diberikan pemimpin yang baik bagi kita, pemimpin yang menindas kedhaliman, pemimpin yang mencintai para shalihin, pemimpin yang membela kelemahan, pemimpin yang membawa kedamaian bagi negeri kita.
Hadirin – hadirat, saya mohon pamit karena malam ini saya langsung menuju bandara untuk menghadap Guru Mulia Al Musnid AL Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz. Panggilan beliau, saya belum tahu apa maksud panggilan beliau. Beliau minta berangkat secepatnya dan malam ini pesawat ke Emirat berangkat pk. 00.30. Saya langsung ke bandara dan saya mohon tidak ada yang bersalaman malam ini karena jangan sampai terhambat karena waktu sudah sangat mendesak. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, insya Allah akan saya sampaikan salam rindukita kepada Guru Mulia kita dan mohon doa kepada beliau untuk bangsa kita semoga dilimpahi kedamaian dan kesejahteraan. Demikian hadirin, insya Allah beberapa hari saya sudah datang kembali. Demikian doa penutup oleh Al Habib Musthofa. Tafadhol masykura. Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.