Dzunnuun al-Mishri
Dzunnuun al-Mishri berkata, “Poros dari segala ungkapan (madaarul kalam) ada empat; Cinta kepada Allah Yang Maha Agung, benci kepada yang sedikit, mengikuti Al-Quran, dan khawatir berubah menjadi orang celaka. Salah satu indikasi orang yang cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti kekasih Allah SWT yaitu nabi Muhammad SAW dalam budi pekerti, tindakan, perintah dan sunnahnya.
As-Sirri as-Siqthi berkata, “Tasawwuf adalah identitas untuk tiga makna: Shufi (pengamal Tasawwuf ) adalah orang yang cahaya ma’rifatnya tidak memadamkan cahaya wara’nya, tidak berbicara menggunakan bathin menyangkut ilmu yang bertentangan dengan pengertian lahirial al-Kitab dan al-Sunnah, dan karomahnya tidak mendorong untuk menyingkap tabir-tabir keharaman Allah SWT.
Abu Nashr Bisyr ibn al-Harits al-Hafi
Abu Nashr Bisyr ibn al-Harits al-Hafi berkata, “ Saya bermimpi bertemu Nabi SAW. “ Wahai Bisyr, tahukah kamu kenapa Allah SWT meninggikan derajatmu mengalahkan teman-temanmu? Tanya Beliau. “ Tidak tahu, Wahai Rasulullah,” Jawabku. “ Sebab Engkau mengikuti sunnahku, mengabdi kepada orang salih, memberi nasihat pada teman-temanmu dan kecintaanmu kepada para sahabat dan keluargaku. Inilah faktor yang membuatmu meraih derajat orang-orang yang baik ( Abror ).”
Abu Yazid ibn ‘Isa ibn Thoifur al-Basthomi berkata, “Sungguh terlintas di hatiku untuk memohon kepada Allah SWT agar mencukupi biaya makan dan biaya perempuan, kemudian saya berkata. “Bagaimana boleh saya memohon ini kepada Allah SWT padahal Rasulullah SAW tidak pernah memohon demikian.” Akhirnya saya tidak memohon ini kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT mencukupi biaya para perempuan hingga saya tidak peduli, apakah perempuan menghadapku atau tembok.
Perintah dan Larangan Allah SWT
Abu Yazid juga pernah berkata, “Jika engkau memandang seorang laki-laki diberi beberapa karomah hingga ia mampu terbang di udara, maka janganlah engkau tertipu sampai engkau melihat bagaimana sikapnya menghadapi perintah dan larangan Allah SWT, menjaga batas-batas yang digariskan Allah SWT dan pelaksanaanya terhadap syari’ah.”
Sulaiman Abdurrahaman ibn ‘Athiah al-Dārani berkata, “Terkadang, selama beberapa hari terasa di hatiku satu nuktah dari beberapa nuktah masyarakat. Saya tidak menerima isi dari hati saya kecuali dengan dua saksi adil ; al-Qur’an dan al-Sunnah.
Abul Hasan Ahmad ibn Abil Hawaari berkata, “Siapapun yang mengerjakan perbuatan tanpa mengikuti sunah Rasulullah SAW maka perbuatan itu sia-sia.”
Abu Hafsh ‘Umar ibn Salamah al-Hadad berkata, “Barangsiapa yang tidak mengukur semua tindakannya setiap saat dengan al-Kitab dan al-Sunnah, dan tidak berburuk sangka dengan apa yang terlintas dalam hatinya, maka janganlah ia dimasukkan dalam daftar para tokoh besar (diwaanirrijaal).