al-Qur’an dan Sunnah

Abul Qasim al-Junaid ibn Muhammad berkata, “Siapapun yang tidak memperhatikan al-Qur’an dan tidak mencatat al-Hadits, ia tidak bisa dijadikan panutan dalam bidang ini (Tasawwuf ), karena ilmu kita dibatasi dengan al-Kitab dan al-Sunnah.”

Ia juga berkata, “ Madzhabku ini dibatasi dengan prinsip-prinsip al-Kitab dan al-Sunnah dan ilmuku ini dibangun di atas pondasi hadits Rasulullah SAW.”

Abu ‘Utsman Sa’id ibn Ismail al-Hairi berkata, “Saat sikap Abu Utsman berubah, maka anaknya, Abu Bakar  merobek-robek gamis yang melekat pada tubuhnya, lalu Abu Utsman membuka matanya dan berkata, “Wahai anakku, mempraktikkan sunnah dalam penampilan lahiriah itu adalah indikasi kesempurnaan  batin.”

Ia juga berkata, “Bersahabat dengan Allah SWT itu dengan budi pekerti yang luhur dan senantiasa takut kepada-Nya. Bersahabat dengan Rasulullah SAW itu dengan mengikuti sunnahnya dan senantiasa mempraktikkan ilmu lahiriah. Juga bersahabat dengan para wali dengan menghormati dan mengabdi. Bersahabat dengan keluarga itu dengan budi pekerti yang baik. Serta Bersahabat dengan kawan-kawan itu dengan senantiasa bermuka manis sepanjang bukan perbuatan dosa. Dan bersahabat dengan orang bodoh itu dengan mendoakan dan rasa belas kasih.

Ia juga berkata, “Barangsiapa yang memposisikan al-Sunnah sebagai pimpinannya dalam ucapan dan tindakan maka ia akan berbicara dengan hikmah. Dan barangsiapa memposisikan hawa nafsu sebagai pimpinannya dalam ucapan dan tindakan maka ia akan berbicara dengan bid’ah. Allah SWT berfirman :

وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوْا

“Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk” (QS: Annur, 24:54)

Penjelasan Lain

Abu Hasan Ahmad ibn Muhammad al-Nawawi mengatakan, “Jika engkau melihat orang yang mengklaim kondisi bersama Allah SWT yang membuatnya terlepas dari batasan ilmu syari’at maka janganlah engkau mendekatinya.”

BACA JUGA :  MENGGUNAKAN BARANG GADAI

Abul Fawaris Syah ibn Syuja’ al-Karmani berkata. “Barangsiapa memejamkan matanya dari hal-hal yang haram, mengendalikan nafsunya dari syahwat, menghidupkan bathinnya dengan senantiasa merasakan kehadiran Allah (al-muroqobah) dan menghidupkan keadaan lahiriahnya dengan mengikuti sunnah, dan membiasakan memakan barang halal, maka firasatnya tidak akan meleset.”

Abul Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Sahl ibn ‘Atha’ mengatakan.“Barangsiapa menekan dirinya untuk mengamalkan etika-etika syari’at maka Allah SWT akan menerangi hatinya dengan cahaya ma’rifat dan Allah anugerahi kedudukan mengikuti Rasulullah SAW dalam segala perintah, larangan dan budi pekerti beliau ”

Ia juga mengatakan. “Semua yang pertanyaan kepadaku carilah pada belantara syari’at, jika engkau tidak menemukannya, carilah di medan hikmah, jika tidak menemukannya, takarlah dengan tauhid, dan jika tidak menemukannya di tiga tempat pencarian ini, maka lemparkanlah ia ke wajah setan.”

Mengikuti Rasulullah SAW

Abu Hamzah al-Baghdadi al-Bazzar mengatakan. “Siapapun yang mengetahui jalan Allah SWT maka dia akan memudahkan untuk menempuhnya. Dan tidak ada petunjuk jalan menuju Allah SWT kecuali mengikuti Rasulullah SAW dalam sikap, tindakan dan ucapan beliau.”

Abu Ishaq Ibrahim ibn Dawud al-Ruqi mengatakan. “ Indikator cinta kepada Allah SWT adalah memprioritaskan ketaatan kepada Allah SWT dan mengikuti Nabi-Nya SAW.”

Mamsyad Ad-Dinawari berkata. “Etika murid adalah selalu dalam menghormati masyayih, membantu kawan-kawan, terlepas dari faktor-faktor penyebab, dan menjaga etika syari’at untuk dirinya.”

Abu Abdillah ibn Munazil berkata. “Tidak ada seseorangpun yang menelantarkan salah satu kefarduan Allah SWT. kecuali Allah SWT. akan menimpakan musibah dengan menyia-nyiakan sunnah. Dan Allah SWT tidak menimpakan musibah seseorang dengan menelantarkan sunnah kecuali ia hendak Allah beri musibah dengan bid’ah.”

1
2
3
Artikulli paraprakMENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM 1446 H
Artikulli tjetërKUNJUNGAN DAN DAUROH ILMIYAH

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini