III. 3. BEBERAPA PENYIMPANGAN SALAFIYAH (WAHABI)

III. 3. a. Penyimpangan Aqidah Gerakan wahabi muncul melawan kemapanan umat Islam bukan hanya dalam masalah syari’ah tapi juga dalam masalah akidah, sehingga perlu kita jelaskan kepada masyarakat awam bahwa perbedaan mereka dengan Ahlissunnah bukan hanya dalam furu’iyyah yang masih bisa ditolerir, tapi juga merambah pada masalah ushuluddin sehingga sudah tidak dapat ditolerir lagi. Berikut ini contoh-contoh penyimpangan akidah gerakan wahabi atau yang mengaku salafiyah :
?° Menetapkan yad, wajah, jihah kepada Allah dalam bentuk jisim (condong ke Mujassimah).
?° Mengkafirkan para Shufiyah kecuali yang bisa menjadi patner mereka seperti JT (Jama’ah Tabligh).
?° Membid’ahkan para pengikut Imam Asy’ari dan Imam Maturidi serta mensejajarkan mereka dengan golongan jahmiyyah (pengikut Jahm bin Shofwan) dan kaum Mu’tazilah.
?° Mengkafirkan orang yang bertawassul dengan para Nabi maupun para wali dan orang-orang sholih karena di anggap syirik (menyekutkan Allah).
Itulah sebagian dari akidah mereka yang dengan mudah mengkafirkan umat islam dan menganggap selama 600 tahun umat islam telah hidup dalam kemusyrikan.

III. 3. b. Penyimpangan Syari’ah

Dalam masalah syariah, gerakan wahabi juga banyak menyimpang dari ajaran Islam ??la Ahlissunnah wal Jama’ah
?° Mengharamkan ziarah dengan menghadap agak lama ke maqbaroh Rasul,
?° Mengharamkan syaddu al rihal (berangkat dari daerah yang jauh untuk ziarah kepada Rasulullah)
?° Mengaharamkan tawassul.
?° Mengharamkan Maulid Nabi, membaca Sholawat Nariyah, Sholawat Fatih, Dala-il al-Khoirot dan yang lainnya[1].
Dan tentunya masih banyak lagi ajaran-ajaran yang menyimpang dari syari’at kita Ahlus sunnah wal Jama’ah, Umat Islam Indonesia
 
[1] Al-Fajru al-Shadiq, Karya: Jamil Afandi Shidqi
 
III. 4. POKOK-POKOK AJARANNYA
III. 4. A. MENGKAFIRKAN ORANG-ORANG ISLAM
Gerakan dari jazirah Arabia yang satu ini memang bisa di bilang radikal/ beraliran keras, walaupun secara dzohir mereka sekarang tidak melakukan tindak kekerasan, tapi hakikatnya mereka ini adalah kelompok radikalis/ekstrimis, hal ini bisa kita buktikan dengan tindakan mereka dalam mengkafirkan orang-orang Islam karena telah melakukan hal-hal yang menurut mereka adalah haram atau bahkan bisa menjadikan kufur, (misal: tawassul dan ziarah dengan menghadap agak lama ke maqbaroh Rasul, Sayyidah Khadijah dll). Seolah-olah mereka tidak suka dengan adanya orang-orang yang menghormati Nabi SAW, hal ini dapat kita buktikan dengan adanya larangan tawassul dengan Nabi, larangan mengadakan maulid dan lain sebagainya dengan dalih khawatir sampai adanya pengkultusan terhadap Nabi SAW, padahal menurut kami setiap ta’dzim belum tentu menuhankan dengan bukti Allah memerintahkan para Malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam AS yang pada akhirnya Iblis dilaknat oleh Allah karena kesombongannya dengan tidak mau sujud kepada Nabi Adam AS.
 
Menurut mereka tauhid di bagi menjadi tiga bagian : Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid asma’ wa sifat. Ulama Asy’ariyyah dan Maturidiyyah tidak memberi penjelasan tentang Tauhid Uluhiyyah,dan kurang memberi penjelasan tentang Tauhid asma’ wa sifat, hal inilah yang menyebabkan masyarakat Islam banyak menjadi musyrik karena bertawassul dengan orang yang sudah mati. Ulama Asy’ariyyah dan Maturidiyyah juga tidak menetapkan yad, wajah, jihah dan istiwa’ alal â€?arys kepada Allah Swt, ujar mereka.
 
Membagi tauhid menjadi tiga bagian ini adalah bid’ah terbesar mereka dan senjata utama mereka untuk mengkafirkan mayoritas umat Islam yang yang bermadzhab asy’ari, Maturidi ataupun Shufi. Mereka adalah golongan yang merasa paling suci dalam memegang ajaran Islam.
 
III. 4. B. CONDONG KE TAJSIM
 
Wahabisme termasuk aliran yang menolak adanya ta’wil pada ayat-ayat mutasyabihat, sehingga mereka berkeyakinan bahwab istiwa’nya Allah di â€?Arsy adalah bersemayamnya Allah di atas â€?Arsy. Mereka pun berkeyakinan bahwa Allah mempunyai wajah dan tangan, mereka juga beranggapan bahwa Allah memegang langit, bumi, pepohonan dengan jari jemariNya.
 
Dari uraian tadi sebenarnya keyakinan mereka dalam permasalahan di atas ini lebih mirip dengan golongan mujassimah, yang menurut kita (Ahlus sunnah) mujassimah adalah termasuk ahli bid’ah walaupun tidak sampai kafir. Sebenarnya pendapat bahwa Allah itu Jisim ini adalah pendapatnya orang-orang Yahudi yang di usung oleh mujassimah, tapi kita tidak sampai mengatakan bahwa Mujassimah adalah ahli bid’ah yang kafir seperti halnya kita mengatakan bahwa yahudi adalah orang-orang kafir, karena memang vonis Al-Quran bahwa Yahudi orang kafir adalah karena perilaku-perilaku mereka menyembah anak sapi, membunuh para Nabi, orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar, mengakui â€?Uzair sebagai anak Allah dan meninggalkan hukum-hukum Taurot (menolak rajam, qishos dan potong tangan seorang pencuri) dengan tidak pernah mengamalkannya sama sekali bahkan mereka berani merubah ayat-ayat yang ada dalam Taurot dan mentafsirkannya secara liberal, bukanlah vonis kufur itu karena mereka itu mujassim.
 
Secara umum kaum wahabi adalah kelompok yang anti ta’wil, mereka memahami Al Quran menurut dzahirnya saja, sehingga hal tersebut dipaksakan terhadap ayat-ayat mutasyabihat yang akhirnya membawa mereka lebih condong ke golongan Mujassimah. Beda dengan kita yang bisa menerima ta’wil dengan syarat tidak sampai ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah), tidak terlalu bebas seperti apa yang di lakukan golongan mu’tazilah, tidak terlalu keluar dai tatanan bahasa Arab, tapi juga tidak menyamakan Allah dengan makhluknya.
 
Kami sendiri sebenarnya lebih condong kepada tafwidl, tapi kami tidaklah menyalahkan adanya ta’wil dengan syarat-syarat tersebut karena sebagian shohabat dan tabi’in melakukan sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Romdlon al-Buthi dalam kitabnya, kami juga menetapkan yad, wajah, jihhah, dlohku, ghodlob, hubb, ridho dan makr sebagai sifat-sifat Allah (baik sifat Dzat maupun sifat Af’al), kami juga menetapkan sifat kalam, sama’, bashor bagi Allah SWT apalagi sifat qudroh, irodah, ilmu, hayat, qidam dan baqo’.
 
III. 4. C. MELARANG TAWASSUL DAN ZIARAH MENGHADAP MAQBAROH RASUL SAW
 
Dalam pandangan orang wahabi masalah tawassul dan ziarah kubur menjadi salah isu sensitif yang menjadi kajian mereka, mereka mengatakan bahwa pelaku tawassul dan ziarah kubur para wali dan bertawassul termasuk orang kafir karena telah melakukan perbuatan syirik. Mereka mengusung ayat-ayat Alquran yang mestiya sebagai dalil kafirnya orang musyrikin pada masa Nabi untuk di gunakan sebagai dalil kufurnya pelaku tawassul dan ziarah kubur tanpa mengkaji lebih dalam apa arti dan maksud dari ayat-ayat tersebut.
 
Ketika kita meneliti dalil-dalil mereka pastilah kita temukan perbedaan antara pelaku tawassul dengan orang musyrik zaman dahulu, orang musyrik zaman dahulu di katakan kufur karena memang mereka menyembah pada selain Allah, beda dengan pelaku tawassul atau ziarah kubur, mereka tidaklah menyembah selain kepada Allah, tidak menyekutukan Allah, mereka hanya bertabarruk (berdo’a) kepada Allah dengan perantara menyebut kekasih-kekasih Allah (menurut keyakinan mereka), tidak lebih. Sedangkan dalil-dalil tentang bolehnya tawassul tentunya banyak sekali di dalam Al quran, seperti firman Allah :

?????§ ?£?????‘???‡???§ ?§?„?‘???°?????†?? ?¢???…???†???ˆ?§ ?§???‘???‚???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???§?¨?’?????????ˆ?§ ?¥???„?????’?‡?? ?§?„?’?ˆ???³?????„???©?? ?ˆ???¬???§?‡???¯???ˆ?§ ?????? ?³???¨?????„???‡?? ?„???¹???„?‘???ƒ???…?’ ???????’?„???­???ˆ?†?? (35)
 

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (Al Maaidah: 35)
 

?£???ˆ?„???¦???ƒ?? ?§?„?‘???°?????†?? ?????¯?’?¹???ˆ?†?? ?????¨?’?????????ˆ?†?? ?¥???„???‰ ?±???¨?‘???‡???…?? ?§?„?’?ˆ???³?????„???©?? ?£?????‘???‡???…?’ ?£???‚?’?±???¨?? ?ˆ???????±?’?¬???ˆ?†?? ?±???­?’?…???????‡?? ?ˆ???????®???§?????ˆ?†?? ?¹???°???§?¨???‡?? ?¥???†?‘?? ?¹???°???§?¨?? ?±???¨?‘???ƒ?? ?ƒ???§?†?? ?…???­?’?°???ˆ?±?‹?§ (57)
 

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti." (QS. Al Isra’ : 57)

Menurut Ibnu Abbas ra. yang di maksud dengan wasilah adalah setiap perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt

?ˆ???„???…?‘???§ ?¬???§?????‡???…?’ ?ƒ???????§?¨?Œ ?…???†?’ ?¹???†?’?¯?? ?§?„?„?‘???‡?? ?…???µ???¯?‘???‚?Œ ?„???…???§ ?…???¹???‡???…?’ ?ˆ???ƒ???§?†???ˆ?§ ?…???†?’ ?‚???¨?’?„?? ?????³?’???????’?????­???ˆ?†?? ?¹???„???‰ ?§?„?‘???°?????†?? ?ƒ???????±???ˆ?§ ?????„???…?‘???§ ?¬???§?????‡???…?’ ?…???§ ?¹???±???????ˆ?§ ?ƒ???????±???ˆ?§ ?¨???‡?? ?????„???¹?’?†???©?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„???‰ ?§?„?’?ƒ???§?????±?????†?? (89)

"Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang Telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu." (QS. Al Baqoroh: 89)

Dari Ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa mereka (orang Yahudi) bertawassul dengan Nabi akhir zaman (Nabi Muhammad) agar bisa mengalahkan musuh-musuh mereka. Dan untuk lebih gamblangnya silahkan lihat kita-kitab tafsir seperti Tafsir al Thobari, al Qurthubi, al Jalalain dan lain sebagainya.

Nabi SAW juga bersabda:

?„???…?‘???§ ?§?‚?’?????±?????? ?¢?¯???…?? ?§?„?’?®???·?????’?¦???©?? ?‚???§?„?? ?????§ ?±???¨?‘?? ?£???³?’?£???„???ƒ?? ?¨???­???‘???‚ ?…???­???…?‘???¯?? ?„???…???§ ?????????±?’???? ?„?????’ ?????‚???§?„?? ?§?„?„?‡?? : ?????§ ?¢?¯???… ?ˆ???ƒ?????’???? ?¹???±?????’???? ?…???­???…?‘???¯?‹?§ ?ˆ???„???…?’ ?£???®?’?„???‚?’?‡?? ?? ?‚?§?„ : ???§?? ?±???¨?‘?? ?„???£???†?‘???ƒ?? ?„???…?‘???§ ?®???„???‚?’?????†?????’ ?¨???????¯???ƒ?? ?ˆ???†???????®?’???? ???????‘?? ?…???†?’ ?±???ˆ?’?­???ƒ?? ?±???????¹?’???? ?±???£?’?³?????’ ?????±???£?????’???? ?¹???„???‰ ?‚???ˆ???§?¦???…?? ?§?„?’?¹???±?’?´?? ?…???ƒ?’?????ˆ?’?¨?‹?§ ?„???§ ?¥???„???‡?? ?¥???„?‘???§ ?§?„?„?‡ ?…???­???…?‘???¯?Œ ?±???³???ˆ?’?„?? ?§?„?„?‡?? ?????¹???„???…?’???? ?£???†?‘???ƒ?? ?„???…?’ ?????¶?????’ ?¥???„???‰ ?§?³?’?…???ƒ?? ?¥???„?‘???§ ?£???­???¨?‘?? ?§?„?’?®???„?’?‚?? ?¥???„?????’?ƒ?? ???‚?§?„ ?§?„?„?‡?? : ?µ???¯???‚?’???? ?????§ ?¢?¯???…?? ?¥?†?‘???‡?? ?„???£???­???¨?‘?? ?§?„?’?®???„?’?‚?Œ ?¥?„?????‘?? ?§?¯?’?¹???†?????’ ?¨???­???‚?‘???‡?? ?????‚???¯?’ ?????????±?’???? ?„???ƒ?? ?ˆ???„???ˆ?’?„???§ ?…???­???…?‘???¯?Œ ?…???§ ?®???„???‚?’?????ƒ??.

"Ketika Nabi Adam melakukan kesalahan, beliau memohon kepada Allah:"Wahai Tuhanku dengan hak Muhammad aku mohon ampunanMu untukku". Allah bertanya:"Wahai Adam, bagaimana kamu bisa mengenal Muhammad padahal aku belum menciptakannya?". Adam menjawab:"Wahai Tuhanku, sungguh ketika Engkau menciptakan aku dan Engkau tiupkan ruh ke dalam jasadku, aku mengangkat kepalaku dan aku melihat tertulis di tiang-tiang �Arsy "Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad utusan Allah". Maka aku tahu bahwasanya Engkau tidak akan menyandingkan dengan namaMu keculai makhluk yang paling Engkau cintai". Allah berkata:"Engkau benar, sesungguhnya Muhammad adalah makhluk yang paling Aku cintai. Berdoalah kepadaKu dengan hak Muhammad. Aku telah mengampunimu. Seandainya tidak ada Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu". (HR. Al Hakim)

Itulah Nabi Adam, manusia yang sudah punya derajat sebagai Nabi ternyata masih bertawassul terhadap Nabi Akhir zaman (Nabi Muhammad Saw). Apakah dengan bertawassul Nabi Adam menjadi kufur karena menyekutukan Allah? Tentunya bagi orang yang punya iman tidak akan mungkin mengatakan hal tersebut.

?ˆ???…???§ ?£???±?’?³???„?’?†???§ ?…???†?’ ?±???³???ˆ?„?? ?¥???„?‘???§ ?„???????·???§?¹?? ?¨???¥???°?’?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???„???ˆ?’ ?£???†?‘???‡???…?’ ?¥???°?’ ?¸???„???…???ˆ?§ ?£???†?’?????³???‡???…?’ ?¬???§?????ˆ?ƒ?? ?????§?³?’???????’?????±???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???§?³?’???????’?????±?? ?„???‡???…?? ?§?„?±?‘???³???ˆ?„?? ?„???ˆ???¬???¯???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ?????ˆ?‘???§?¨?‹?§ ?±???­?????…?‹?§ (64)

"Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".(QS. An Nisaa’ 64)

Di ceritakan dari Imam al â€?Utbi saat beliau duduk di sisi maqbaroh Rasul, tiba-tiba datang seseorang seraya berkata: "Assalaamu’alaikum Ya Rasulallah, aku mendengar firman Allah -lantas dia membaca Ayat di atas – dan sekarang aku datang kepadamu agar kamu memintakan ampunan kepada Allah atas dosa-dosaku" dan setelah orang tadi pergi Imam al â€?Utbi kemudian tertidur, dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu Nabi, nabi bersabda: " temuilah orang tadi, beri ia kabar gembira dengan diampuni dosa-dosanya oleh Allah.

Ayat ini, di samping menjadi dalil akan baiknya ziarah Rasulullah Saw menurut kami ayat ini juga menjadi dalil diperbolehkannya bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW.

Nabi SAW juga bersabda:

?ƒ???†?’???? ?†???‡?????’?????ƒ???…?’ ?¹???†?’ ?²???????§?±???©?? ?§?„?’?‚???¨???ˆ?’?±?? ?????²???ˆ?’?±???ˆ?’?‡???§

"Dulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, tapi sekarang berziarahlah kalian semua" (HR. Muslim)

?…???†?’ ?²???§?±?? ?‚???¨?’?±?????’ ?ˆ???¬???¨?????’ ?„???‡?? ?´???????§?¹?????????’

"barang siapa yang berziarah ke kuburanku maka ia akan mendapatkan pertolonganku" (HR. Al Bazzar)
 
III. 4. D. MENGHARAMKAN TAHLIL

Dalam perspektif Wahabiyah, amal yang di hadiahkan pada orang yang telah meninggal tidak bisa sampai, karena amal orang lain tidak akan memberi manfaat apapun baginya. Manusia hanya berhak menerima imbalan dari amal perbuatannya sendiri. Mereka bertendensi dengan sebuah ayat dan hadits:

?ˆ???£???†?’ ?„?????’?³?? ?„???„?’?¥???†?’?³???§?†?? ?¥???„?‘???§ ?…???§ ?³???¹???‰

" dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di perbuat" ( QS: an-Najm. 39)

?¥?°???§ ?…???§???? ?§?¨?’?†?? ?¢?¯???…?? ?§?†?’?‚???·???¹?? ?¹???…???„???‡??

" ketika anak cucu Adam meninggal, maka terputuslah amalnya" (HR. Muslim)

Padahal pengertian dari ayat tersebut adalah bahwa al Quran hanya memberitakan kalau seseorang tidak memiliki hak apapun kecuali atas apa yang telah dilakukan. Sedangkan Hadits nabi diatas menjelaskan tentang terputusnya amal, bukan terputusnya manfaat sebuah amal.

Tahlil adalah beberapa bacaan yang semuanya mempunyai landasan Hadits yang jelas, namun pada intinya semua bacaan tersebut merupakaan bacaan dzikir yang sangat di anjurkan oleh Allah SWT. Allah berfirman:

?ˆ???§?°?’?ƒ???±???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ?ƒ???«?????±?‹?§ ?„???¹???„?‘???ƒ???…?’ ???????’?„???­???ˆ?†?? (10)

"dan berdzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung" (QS: Al-Jum’ah 10)

Lalu bagaimana menghadiahkan pahala Tahlil kepada orang yang telah meninggal? Dan apakah pahala tersebut akan sampai kepadanya?

Dalam hal ini Imam Kurdi mengatakan: " Ada orang yang membaca al-Quran lalu menghadiahkan pahalanya untuk tuh Nabi SAW, juga untuk ruh fulan dan fulan. Dengan demikian, pahala yang dihadiyahkan kepada Nabi secara mutlak akan sampai kepada beliau, bahkan akan dilipat gandakan, begitu juga pahala yang dihadiyahkan kepada selain nabi akan sampai kepada mereka.

Pendapat serupa juga di utarakan oleh mayoritas ulama’ Syafi’iyah dan juga imam Tsalatsah.[1]

[1] meruntuhkan opini Khurofat & bid’ah
 
III. 4. E. MENGHARAMKAN MAULID

Mereka juga mengharamkan Maulid Nabi yang sudah menjadi tradisi turun-temurun di kalangan Nahdliyin. Mereka mengatakan, tiada ajaran dalam Islam untuk memperingati kelahiran Nabi, guru dan lain-lainnya. Perayaan Maulid Nabi pertama kali diprakarsai oleh penguasa Arbil, yaitu raja Mudloffar Abi Sa’id alkubkuri bin Zainuddin Ali bin Buktikin yang meninggal pada tahun 630 H dalam usia 82 tahun.

Al hafidz Ahmad ibn Hajar al Asqolani mengutip sebuah hadits dalam kitab shohih muslim sebagai dalil atas pelaksanaan maulid.

?¹???†?’ ?§?¨?’?†?? ?¹???¨?‘???§?³?? ?±???¶?????? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???†?’?‡???…???§ ?£???†?‘?? ?±???³???ˆ?„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?‚???¯???…?? ?§?„?’?…???¯?????†???©?? ?????ˆ???¬???¯?? ?§?„?’?????‡???ˆ?¯?? ?µ???????§?…?‹?§ ?????ˆ?’?…?? ?¹???§?´???ˆ?±???§???? ?????‚???§?„?? ?„???‡???…?’ ?±???³???ˆ?„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?…???§ ?‡???°???§ ?§?„?’?????ˆ?’?…?? ?§?„?‘???°???? ?????µ???ˆ?…???ˆ?†???‡?? ?????‚???§?„???ˆ?§ ?‡???°???§ ?????ˆ?’?…?Œ ?¹???¸?????…?Œ ?£???†?’?¬???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ???????‡?? ?…???ˆ?³???‰ ?ˆ???‚???ˆ?’?…???‡?? ?ˆ???????±?‘???‚?? ?????±?’?¹???ˆ?’?†?? ?ˆ???‚???ˆ?’?…???‡?? ?????µ???§?…???‡?? ?…???ˆ?³???‰ ?´???ƒ?’?±?‹?§ ?????†???­?’?†?? ?†???µ???ˆ?…???‡?? ?????‚???§?„?? ?±???³???ˆ?„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?????†???­?’?†?? ?£???­???‚?‘?? ?ˆ???£???ˆ?’?„???‰ ?¨???…???ˆ?³???‰ ?…???†?’?ƒ???…?’

BACA JUGA :  Ahmad bin Baz, tentang Fatwa-fatwa Ayahnya Abdul Aziz bin Baz

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan pausa pada hari Asyura. Maka Nabi bertanya kepada mereka: "hari apakah ini yang kalian melakukan puasa di dalamnya?" mereka menjawab: "hari ini adalah hari agung, yang pada hari itu Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun besera pengikutnya, kemudian Musa berpuasa pada hari itu karena bersyukur kepada Allah, maka kami sekarang berpuasa." Nabi Muhammad lalu bersabda: "kami lebih berhak dan lebih layak mengikuti Musa daripada kalian." (HR. Muslim)

Menurut Ibnu Hajar, hadits di atas memberikan sebuah pesan tentang peringatan syukur atas nikmat dan selamat dari petaka. Syukur ini bisa dilakukan dalam setiap tahun, tepat pada hari yang sama. Bentuk syukurpun boleh diungkapkan dalam bentuk yang berbeda, seperti bersujud, berpuasa, bersedekah atau yang lainnya.[1]

Toh pada akhirnya, kaum Wahabi yang mengharamkan perayaan Maulid Nabi tidak konsisten dengan tesis mereka bahwa semua bid’ah pasti sesat. Di saat mereka mengharamkan dan menilai syirik perayaan Maulid Nabi, mereka justru merayakan haul guru mereka Muhammad ibn Abdul Wahhab pendiri ajaran Wahabi dalam acara tahunan yang mereka namakan "usbu’ al Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab.[2]

[1] Makhdum Khalid Al Asrar, meruntuhkan opini khurafat dan bid’ah.

[2] Tim Bahtsul Masail PCNU Jember, membongkar kebohongan buku "mantan kyai NU menggugat shalawat dan dzikir syirik".
 
III. 4. F. MENGHARAMKAN ZIARAH KUBUR.

Mereka juga menyatakan, bahwa ibadah membacakan al Fatihah untuk mayat, seperti halnya ibadah baru yang begitu memasyarakat, tidak ditemukan tuntunannya. Dalam Islam tidak ada anjuran melakukan amalan membaca al Qur’an di atas kuburan. Tentu saja pendapat tersebut bisa melemahkan keyakinan kaum Nahdliyyin.

Para ulama menjelaskan, bahwa ziarah kubur sudah menjadi kebiasaan Nabi ketika masih hidup. Beliau menjelaskan tujuan dan faidah melakukan ziarah kubur, yaitu dengan tujuan mengingat akhirat dan mengambil tauladan dari kematian.

?¹?† ?£?†?³ ?¨?† ?…?§?„?ƒ ?¹?† ?§?„?†?¨?? ?µ?„?‰ ?§?„?„?‡ ?¹?„???‡ ?ˆ?³?„?… ?« ?ˆ???ƒ???†?’???? ?†???‡?????’?????ƒ???…?’ ?¹???†?’ ?²???????§?±???©?? ?§?„?’?‚???¨???ˆ?’?±?? ?Œ ?«???…?‘?? ?¨???¯???§ ?„?????’ ?????²???ˆ?’?±???ˆ?’?‡???§ ?????¥???†?‘???‡???§ ?????±???‚?‘?? ?§?„?’?‚???„?’?¨?? ?ˆ???????¯?’?…???¹?? ?§?„?’?¹?????’?†?? ?ˆ???????°???ƒ?‘???±?? ?§?„?’?¢?®???±???©?? ?Œ ?????²???ˆ?’?±???ˆ?’?§ ?ˆ???„???§ ?????‚???ˆ?’?„???ˆ?’?§ ?‡???¬?’?±?‹?§ ?»

"Anas ibn Malik meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: "aku dulu telah melaramg kalian melakukan ziarah kubur, kemudian aku temukan hikmahnya, maka sekarang ziarahlah kalian ke kubur, karena melembutkan hati, meneteskan air mata, dan mengingatkan akan akhirat, ziarahlah dan jangan mengucapkan perkataan kotor." (HR. Al Baihaqi)

Adapun ziarah kubur bagi wanita tidak sampai pada lefel haram melainkan makruh. Faktor dari hukum tersebut, karena wanita mempunyai hati yang lemah, sering risau dan tidak bisa menahan diri ketika menerima musibah. Sehingga mereka dikhawatirkan melakukan hal-hal yang tidak semestinya, seperti menjerit dan menangis histeris.

?¹???†?’ ?£???†???³?? ?¨?’?†?? ?…???§?„???ƒ?? ?±???¶?????? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???†?’?‡?? ?‚???§?„?? ?…???±?‘?? ?§?„?†?‘???¨?????‘?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?¨???§?…?’?±???£???©?? ?¹???†?’?¯?? ?‚???¨?’?±?? ?ˆ???‡?????? ?????¨?’?ƒ???? ?????‚???§?„?? ?§???‘???‚???? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???§?µ?’?¨???±????

"Diriwayatkan dari Anas ibn Malik, Rasulullah SAW melintasi seorang wanita yang sedang menangis di samping kuburan, lalu Nabi berkata padanya: "bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah." (HR. Bukhori)

Dalam hadits di atas, Nabi hanya memerintahkan wanita itu untuk bertakwa dan bersabar. Nabi tidak mengingkari perbuatannya ataupun melarangnya berziarah.
 
III. 4. G. MENGHARAMKAN WIRID DAN YASIN FADLILAH.

Amalan inipun tidak luput dari kritik mereka, padahal Ulama Ulama yang menjadi panutan warga Nahdliyyin merupakan Ulama pilihan dan mempunyai kapasitas keilmuan yang sangat tinggi. Mereka selalu memperhatikan aktifitas warganya, apakah amalan yang dikukan warganya bertentangan dengan syari’at atau tidak.
 
A. MENGHARAMKAN WIRID

misalnya membaca wirid setelah sholat

?£?³???????± ?§?„?„?‡ ?§?„?¹?¸???… ?§?„?°?? ?„?§ ?¥?„?‡ ?§?„?§ ?‡?ˆ ?§?„?­?? ?§?„?‚???ˆ?… ?ˆ?£???ˆ?¨ ?¥?„???‡ – ?«?„?§?« ?…?±?§??
 
?§?„?„?‡?… ?£?†?? ?§?„?³?„?§?… ?ˆ?…?†?ƒ ?§?„?³?„?§?… ?ˆ?¥?„???ƒ ???¹?ˆ?¯ ?§?„?³?„?§?… ???¨?§?±?ƒ?? ???§ ?°?§ ?§?„?¬?„?§?„ ?ˆ?§?„?¥?ƒ?±?§?…

Kedua bacaan tersebut berdasarkan hadits Nabi:

?¹???†?’ ?«???ˆ?’?¨???§?†?? ?‚???§?„?? ?ƒ???§?†?? ?±???³???ˆ?„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?¥???°???§ ?§?†?’?µ???±?????? ?…???†?’ ?µ???„???§?????‡?? ?§?³?’???????’?????±?? ?«???„???§?«?‹?§ ?ˆ???‚???§?„?? ?§?„?„?‘???‡???…?‘?? ?£???†?’???? ?§?„?³?‘???„???§?…?? ?ˆ???…???†?’?ƒ?? ?§?„?³?‘???„???§?…?? ?????¨???§?±???ƒ?’???? ?°???§ ?§?„?’?¬???„???§?„?? ?ˆ???§?„?’?¥???ƒ?’?±???§?…??

B. MENGHARAMKAN YASIN FADLILAH

Yasin fadlilah sedikit beda dengan yasin yang rutin kita baca. Cara membacanya adalah dengan terputus-putus, berhenti pada ayat tertentu guna membaca do’a.

Praktek ini dianggap keliru oleh Wahabi, sehingga mereka menyebut pelakunya sebagai orang kafir dan musyrik. Padahal berdo’a di tengah bacaan al Quran juga pernah dilakukan oleh Nabi SAW

?¹???†?’ ?­???°?????’?????©?? ?£???†?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?¥???„???‰ ?¬???†?’?¨?? ?§?„?†?‘???¨?????‘?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?„?????’?„???©?‹ ?????‚???±???£?? ?????ƒ???§?†?? ?¥???°???§ ?…???±?‘?? ?¨???¢?????©?? ?¹???°???§?¨?? ?ˆ???‚?????? ?ˆ???????¹???ˆ?‘???°?? ?ˆ???¥???°???§ ?…???±?‘?? ?¨???¢?????©?? ?±???­?’?…???©?? ?ˆ???‚?????? ?????¯???¹???§ ?ˆ???ƒ???§?†?? ?????‚???ˆ?„?? ?????? ?±???ƒ???ˆ?¹???‡?? ?³???¨?’?­???§?†?? ?±???¨?‘?????? ?§?„?’?¹???¸?????…?? ?ˆ???????? ?³???¬???ˆ?¯???‡?? ?³???¨?’?­???§?†?? ?±???¨?‘?????? ?§?„?’?£???¹?’?„???‰

"Shohabat hudzaifah melakukan sholat malam di samping Rasulullah, kemudian membaca surat, ketika sampai pada ayat yang menerangkan adzab beliau berhenti dan meminta perlindungan, dan ketika sampai ayat yang menerangkan rahmat, beliau berhenti dan berdo’a meminta rohmat, ketika ruku’ beliau membaca subhana rabbiya al adlimi, dan ketika sujud beliau membaca subhana rabbiya al a’la." (HR. Nasa’i)

Jadi jelas dalam yasin fadlilah tidak ada penyimpangan sebagaimana yang mereka tuduhkan.[1]

C. MENGHARAMKAN DOA QUNUT

Dalam menanggapi masalah qunut, para ahli hukum Islam berpendapat bahwa hukum melakukan qunut adalah sunnah (Imam Syafi’i), bahkan mustahab (Imam Malik) bahkan qunut nazilah maupun qunut Shubuh dan witir.

?¹???†?’ ?§?¨?’?†?? ?³?????±?????†?? ?£???†?‘?? ?£???†???³?? ?¨?’?†?? ?…???§?„???ƒ?? ?³???¦???„?? ?‡???„?’ ?‚???†?????? ?±???³???ˆ?„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?µ???„?‘???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???³???„?‘???…?? ?????? ?µ???„???§?©?? ?§?„?µ?‘???¨?’?­?? ?‚???§?„?? ?†???¹???…?’ ?????‚?????„?? ?„???‡?? ?‚???¨?’?„?? ?§?„?±?‘???ƒ???ˆ?¹?? ?£???ˆ?’ ?¨???¹?’?¯???‡?? ?‚???§?„?? ?¨???¹?’?¯?? ?§?„?±?‘???ƒ???ˆ?¹??

"Anas ibn Malik ditanya, apakah Rasulullah SAW membaca do’a qunut dalam sholat shubuh? Beliau menjawab: Ya, kemudian ditanya, apakah setbelum ruku’ atau setelahnya? Beliau menjawab: sesudah ruku’." (HR. An Nasa’i)

Jadi, anggapan mereka bahwa amalan qunut tidak ada landasan hukumnya, adalah sebuah kebohongan.[2]
 
[1] Makhdum Khalid Al Asrar, meruntuhkan opini khurafat dan bid’ah.

[2] Drs. M. Ma’shum Zain MA, Landasan Amaliyah NU
 
III. 5. METODOLOGI KOMPREHENSIF DALAM MENGETAHUI DAN MENAFSIRI SEBUAH NASH

Seorang manusia supaya dapat mempraktekkan Islam dengan benar dan penuh keyakinan, hendaknya harus melewati tiga fase berikut ini:

a. Memastikan kesahihan nash-nash yang di nukil dari Nabi SAW (Al Qur’an maupun Al Hadits) sekiranya ia yakin bahwa nash tersebut benar-benar dari Nabi SAW dan bukanlah pembohongan atas Nabi Saw.
b. Meneliti kandungan nash-nash tersebut, sampai dia mantap dengan apa yang dimaksud dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemiliknya.
c. Meneliti dan membandingkan semua arti dan maksud yang telah dihasilkan dengan logika dan akal sebagai langkah untuk menguji dan mengetahui posisi akal.
 
Hanya saja manusia tidak akan dapat melewati tiga fase di atas kecuali dengan bantuan sebuah perangkat, dan perangkat inilah yang disebut sebagai metodologi. Sedangkan metodologi sendiri terbentuk dari tiga bagian, yang setiap satu bagian menghimpun sepertiga dari metode itu sendiri. Berikut ini tiga bagian tersebut:
Bagian pertama: kaidah-kaidah yang memberi pengertian kepada seseorang akan shahih maupun bathilnya sebuah Hadits, serta tingkat derajatnya.
Bagian kedua: kaidah-kaidah yang bisa menjadi penunjuk dan penjelas yang diambil dari percakapan-percakapan orang arab yang biasa digunakan dalam kamus-kamus bahasa arab. Bagian ketiga: suatu hal yang terbentuk dari perimbangan logika dan akal.
 
III. 6. TIDAK ADA RUANG IJTIHAD DALAM AKIDAH

Akidah merupakan salah satu kandungan dari ajaran Islam disamping syariat dan akhlak. Hanya saja akidah sifatnya pasti dan tidak pernah berubah-ubah, berbeda dengan syariat yang bisa berubah-ubah menurut kemaslahatan manusia selama masih ada rasul-rasul Allah di muka bumi. Oleh karenanya tidak ada ruang ijtihad dalam pokok-pokok akidah seperti dalam beberpa hal berikut ini:

1. berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang Allah telah memerintahkan kepada hambaNya untuk memeluknya. Semua ajaran islam di kandung oleh Al Quran dan Al hadits.
2. Berkeyakinan bahwa Allah Swt adalah satu baik dzat, sifat maupun af’alnya
3. Semua sifat Allah seperti sama’, bashor, ilmu, qudrah dan irodah menyatu dengan dzat Allah dan tidak akan pernah terpisah.
4. Berkeyakinan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang meyerupai Allah Swt baik dalam dzat, sifat maupun af’alnya. Itulah salah satu kandungan sifat wahdaniyyah bagi Allah.
5. Berkeyakinan bahwa setiap sesuatu pasti atas kehendak Allah. Hal yang baik, buruk, pekerjaan manusia dan lain sebagainya semua atas kehendakNya.
6. Berkeyakinan bahwa sagala sesuatu pasti menurut qadla’ dan qadarnya Allah, orang mukmin mendapat petunjuk karena taufiq Allah seperti halnya tersesatnya orang-orang kafir tidak lepas dari Qadla’ dan qadarNya.
7. Berkeyakinan bahwa ahlul Qiblah (orang Islam) selama terus menerus menjaga unsur-unsur iman dan islam, tidak akan menjadi kafir dengan sebab melakukan sebuah dosa (dosa besar atau kecil) selama mereka tidak menghalalkannya.
8. Berkeyakinan bahwa di hari kiamat kelak, Allah Swt akan dapat dilihat oleh orang-orang mukmin seperti halnya kita sekarang dapat melihat bulan purnama denga terang dan jelas tanpa berdesak-desakan.
9. Berkeyakinan tentang adanya pertanyaan dari dua malaikat, adzab dan nikmat kubur seperti yang telah banyak diterangkan dalam banyak hadits yang sampai pada tingkatan mutawatir ma’nawi.
10. Mantap akan keharusan mencintai pendahulu kita (salafiyun) yang telah dipilih Allah sebagai sahabat Rasulullah Saw dan yakin benar bahwa pemegang imamah setelah Rasulullah adalah Abu Bakar al Siddiq Ra, Umar bi Khatthab Ra, Utsman bin Affan Ra dan Ali bin Abi Tholib.
11. Berkeyakinan bahwa persatuan umat islam adalah termasuk tujuan dan prinsip-prinsip agama, oleh karenanya wajib bagi setiap umat islam untuk memeperjuangkannya dengan cara selalu menetapi apa yang telah disyariatkan dan diperintahkan oleh Allah.
12. Mengakui dan meyakini beberapa tanda-tanda hari kiamat yang telah dipaparkan dalam Al Qur’an ataupun Hadits Nabi seperti keluarnya Dajjal, turunnya nabi Isa As dll.
13. Berkeyakinan bahwa membuat bid’ah dalam ajaran agama termasuk kelaliman dan penistaan atas agama
14. Berkeyakinan bahwa a’immah arba’ah (imam empat) adalah oaring-orang yang telah mendokumentasikan hukum-hukum syari’at serta mencurahkan segala kemampuan untuk menjelaskan dan menerangkannya, mereka adalah: imam Abu hanifah, imam Malik, imam Syafi’i dan imam Ahmad bin Hambal.
15. Berkeyakinan bahwa mencari pengetahuan dan membekali akal dengan ilmu adalah satu hal yang sangat dianjurkan selama orang tersebut sadar dan ingat akan norma-norma kebenaran. 16. Dan yang terakhir seseorang harus tahu dan yakin bahwa agama Allah yang wajib dipeluk oleh hambanya terdiri dari iman, islam dan ihsan.[1]
 
[1] as-Salafiyah DR. Romadlon al-Bouthi
 
III. 7. ANTARA SALAFY-WAHABI DAN JAMA’AH TABLIGH

Jama’ah Tabligh adalah gerakan yang didirikan oleh Muhammad Ilyas bin al-Maulawi Ismail (1303-1363 H) berdasarkan wangsit yang diperoleh dari mimpi yang ia sebut sebagai kabar gembira.

Aliran ini memperbolehkan siapa saja untuk bergabung asalkan sudah pernah mengikrarkan dua kalimat syahadah, tidak memperdulikan berasal dari golongan apapun, baik dari golongan al Qodiyani, al Nijriyah, al Wahabi, al Maududiyah dan lain sebagainya. Walaupun mereka mengaku tidak mau memakai selain yang dibawa oleh nabi, namun kenyataannya mereka bergabung dan berda’wah dengan golongan-golongan sesat.

Sebenarnya golongan ini selalu menggembor-gemborkan gerakannya kepada orang-orang awam yang tidak tahu tentang gerakan mereka, masyarakat pun tertipu, dikiranya mereka itu juga ahlus-sunnah karena akidah yang sebenarnya dan paham yang menyimpang itu tidak pernah diperlihatkannya. Karena mereka melarang anggotanya membahas akidah dan menyerahkanya kepada pribadi masing-masing. Mereka mengaku telah mengumpulkan tiga dimensi Islam, yaitu; Syari’at, Thariqat dan Haqiqat. Sama halnya mereka menginginkan agama baru, yang bisa mencakup semua dimensi da’wah Islam. Yang lucu, ini semua berdasarkan wangsit.

Ditilik dari pernyataan-pernyataanya, gerakan ini lebih mencerminkan pada gerakan Wahabi. Coba kita lihat pernyataan Muhammad bin Ilyas: "menghadiri Khataman al-Quran, wiridan-wiridan memang baik sekali dan telah menjadi tradisi dari para ulama’ besar. Namun apabila kawatir menyerupai perilaku Bid’ah, lebih hati-hati dihindari saja. Ketika mengucapkan "Ash-Sholatu Was-Salamu ‘Alaika" pun, juga sangat menghawatirkan, apabila disertai perasaan akan kehadiran Rosulullah SAW. atau seolah-olah dilihat oleh beliau. Atau dalam keadaan ingin menyerupai para perilaku bid’ah, maka demikian ini sama sekali tidak diperbolehkan. Namun apabila disebabkan rindu dendam yang tidak tertahankan, maka tidaklah haram. Meskipun sebenarnya bisa juga setan mengganggu dan merusak aqidahnya. Oleh karena itu juga mengandung kekawatiran yang besar.

Dan pernyataan tersebut persis dengan pernyatan-pernyataan kaum wahabi yang sesat dan menyesatkan.

Gerakan ini juga tidak terlepas dari pengaruh para guru Muhammad Ilyas, yaitu Rasyid Ahmad al-Janjoehi dan Asyraaf Ali at-Tahanawi dan orang-orang yang sepaham dengan mereka.

Mereka merupakan orang yang seangat memuji Muhammad bi Abdul Wahhab dan para pengikutnya, bahkan Rasyid mengatakan bahwa akidah mereka adalah baik dan mengikuti madzhab Hambali. Dan ini jelas bertolak belakang dengan kecaman-kecaman keras yang dilakukan oleh para ulama’ sunni. Dan sangat banyak akidah-akida mereka yang salah diantaranya:

– meyakini bahwa Rosulullah SAW tidak mengetahui hal-hal ghoib.

– memanggil Nabi dari jarak jauh tergolong syirik.

Dua pemahaman akidah di atas jelas-jelas bertentangan dengan pokok ajaran ahlussunnah wal jama’ah.

Dari uraian di atas, tidak dapat dipungkiri lagi kalau mereka adalah termasuk para pendukung aliran Wahabi yang di pelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.[1]

[1] Maulawy Abu Ahmad, Membongkar kedok jaulah (edisi terjemah)

 
 

Artikulli paraprakANCAMAN LIBELARISME, SALAFY-WAHABY, SEKULARISME TERHADAP EKSISTENSI AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN III)
Artikulli tjetërAncaman Liberalisme, Salafy-wahabi, Sekularisme (Bagian V)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini