Keistimewaan Bulan Muharram dan Larangan Berbuat Dzalim di Dalamnya
Di antara tanda kemuliaan suatu waktu adalah ketika Allah mensandarkan nama-Nya kepada waktu tersebut. Demikianlah bulan Muharram, satu-satunya bulan dalam kalender hijriyah yang disebut oleh Rasulullah ﷺ sebagai “Syahrullah” (Bulan Allah). Penyandaran ini menunjukkan kehormatan dan kemuliaan khusus dibanding bulan lainnya. Tulisan ini akan mengulas secara ilmiah tentang makna “Syahrullah al-Muharram”, keutamaan amal di dalamnya, serta penekanan larangan melakukan kezaliman selama bulan ini, dengan mengacu pada nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah serta penjelasan ulama salaf.
-
Muharram disebut Syahrullah al-Muharram
Penamaan bulan Muharram sebagai Syahrullah al-Muharram berdasarkan hadis Rasulullah Saw:
«أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ»
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.”
(HR. Muslim, no. 1163)
Hadis ini dengan tegas menunjukkan kemuliaan Muharram sebagai waktu yang sangat utama untuk melakukan ibadah, khususnya puasa sunnah. Sebagaimana Imam an-Nawawi menjelaskan:
فيه تَصْرِيحٌ بِأَنَّهُ أَفْضَلُ الشُّهُورِ لِلصَّوْمِ.
“Di dalam hadis ini terdapat dalil yang jelas bahwa puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram.” (Syarh Shahih Muslim, 8/55)
Keistimewaan lain dari bulan ini adalah penisbatan namanya kepada Allah, yang tidak terdapat pada bulan-bulan lainnya. As-Suyuthi menjelaskan:
أَقُول سُئِلت لم خص الْمحرم بقَوْلهمْ شهر الله دون سَائِر الشُّهُور مَعَ أَن فِيهَا مَا يُسَاوِيه فِي الْفضل أَو يزِيد عَلَيْهِ كرمضان وَوجدت مَا يُجَاب بِهِ أَن هَذَا الِاسْم إسلامي دون سَائِر الشُّهُور فَإِن أسماءها كلهَا على مَا كَانَت عَلَيْهِ فِي الْجَاهِلِيَّة وَكَانَ اسْم الْمحرم فِي الْجَاهِلِيَّة صفر الأول وَالَّذِي بعده صفر الثَّانِي فَلَمَّا جَاءَ الْإِسْلَام سَمَّاهُ الله الْمحرم فأضيف إِلَى الله بِهَذَا الِاعْتِبَار
As-Suyuthi mengatakan: Aku pernah ditanya, mengapa bulan Muharram secara khusus disebut dengan ‘Syahrullāh’ (Bulan Allah), tidak seperti bulan-bulan lainnya, padahal ada bulan-bulan lain yang sebanding dalam keutamaannya, atau bahkan melebihinya seperti bulan Ramadan? Aku pun menemukan jawaban bahwa nama ini (yakni, penyandaran nama ‘Bulan Allah’ kepada Muharram) adalah nama yang bersifat Islami, tidak seperti nama-nama bulan lainnya. Sebab, seluruh nama bulan selain Muharram tetap seperti yang dikenal pada masa Jahiliah. Sebelum Islam, Muharram disebut “Shafar Awwal” (Shafar pertama), dan bulan setelahnya disebut *Shafar ats-Tsānī* (Shafar kedua). Maka Ketika Islam datang, Allah menggantinya dengan nama baru yang penuh kehormatan: al-Muharram, dan disandarkan pada-Nya menjadi Syahrullah. ( Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim. 3:252 )


