ANCAMAN
LIBERALISME, SALAFY-WAHABI, SEKULARISME
TERHADAP EKSISTENSI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
?
Oleh: KH. Muh. Najih Maimoen
?
?¨?³?… ?§?„?„?‡ ?§?„?±?‘??…?† ?§?„?±?‘????…
? ?
I. MUQADDIMAH
? Islam datang sebagai rahmat alam semesta, sebagai agama yang sempurna Islam tidak hanya berkutat dalam dunia transenden yang sarat dengan nuansa eskatologis sehingga sama sekali tidak bersentuhan dengan wilayah profan, atau dalam kata lain hanya berkaitan dengan apa yang disebut wilayah vertikal. Namun Islam tampil dengan syari’at yang komprehensif yang mencakup semua sendi kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat. Islam mampu menghasilkan perubahan total dalam setiap lini kehidupan, perubahan-perubahan tersebut dimulai dari perubahan ideologi, pola pikir dan perubahan gaya hidup hingga terwujudnya syari’at sebagai aspek hukum. penerapan syari’at mutlak dibutuhkan untuk mengatur kehidupan manusia, Eksistensinya yang selalu relevan sepanjang zaman mampu untuk menjawab masalah-masalah kekinian dan juga untuk membentengi diri dari rongrongan aliran-aliran sesat yang tidak sesuai dengan faham Ahlussunnah Wal jama’ah.
Namun untuk merealisasikannya bukan hal yang mudah. Berbagai tantangan muncul bukan saja disuarakan oleh orang-orang diluar kaum muslimin, tetapi juga datang dari kalangan intern umat Islam sendiri. Sebuah fenomena yang menyedihkan, umat Islam sekarang dihadapkan dengan berbagai gerakan pemurtadan, juga dengan berbagai konspirasi musuh-musuh Islam dalam upaya pendangkalan agama, aqidah, yaitu dengan cara menjauhkannya dari syari’at Allah SWT dan Rasul-Nya. Berbagai invasi pemikiran dahsyat yang mengarah pada penghancuran ide-ide Islam. Perang pemikiran (Ghazwul Fikri) yang mereka lancarkan ternyata sangat efektif untuk mematikan aqidah dan pemikiran serta perjuangan umat Islam secara perlahan. Menjadikan umat Islam tidak faham terhadap ajaran agamanya secara benar dan mendalam. Menciptakan tokoh-tokoh muslim untuk dijadikan agen-agen dan antek-antek mereka dengan dalih kerjasama atau demokrasi. menciptakan perpecahan dan permusuhan serta menjadikan umat Islam terkotak-kotak agar kekuatan mereka musnah. serta menjadikan umat Islam lemah dalam beribadah kepada Allah SWT. Mereka sangat gencar mensosialisasikannya lewat seminar-seminar, media masa, melalui tokoh-tokoh Islam moderat yang bekerja sama dengan musuh-musuh Islam dengan dalih toleransi, perdamain, kerukunan, pluralisme, demokrasi atau mungkin dengan dalih Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Basyariyah dan Ukhuwah Wathoniyah, mereka pasarkan faham liberal, sekuler serta faham-faham lainnya yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni.
Beredarnya buku "Mantan kyai NU menggugat Tahlilan, Istighotsah dan Ziarah para Wali" karya H. Mahrus Ali dan juga munculnya tuduhan terhadap kaum Nahdliyin yang disampaikan oleh satu kelompok dari salah satu partai besar (PKS) yang mengusung faham Wahabiyyah. Mereka menuduh bahwa kaum Nahdliyyin sebagai penganut ajaran kafir, syirik dan bid’ah.
Mereka menghimbau kepada seluruh anggotanya untuk bersama-sama memberantas kekafiran yang berbau syirik yang selama ini berkembang dan menjadi amalan dikalangan Nahdhiyyin. Tentu saja keberadaannya menimbulkan keresahan dan menuai reaksi beragam dari masyarakat. Ada yang tidak percaya dan semakin memperkokoh ajaran Ahlussunnah Wal jama’ah dan ada juga yang menimbulkan keragu-raguan sehingga akan berpindah pada ajaran lainnya.1
II. LIBERALISME
Faham liberal adalah faham yang memahami nash-nash agama (Al-Quran dan As-Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.2
Secara sistematis, Liberalisasi Islam di Indonesia yang sudah dijalankan sejak awal tahun 1970-an, dilakukan serempak melalui tiga bidang penting dalam sejarah Islam, yaitu:
– Liberalisasi bidang Aqidah dengan penyebaran faham pluralisme agama.
– Liberalisasi konsep Wahyu dengan melakukan dekonstruksi Al-Quran.
– Liberalisasi bidang Syari’ah dengan melakukan metodologi baru ijtihad.
II. 1. LIBERALISASI AQIDAH ISLAM
Liberalisasi aqidah Islam dilakukan dengan menyebarkan faham pluralisme agama. Faham ini, pada dasarnya menyatakan bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Jadi menurut penganut faham ini, semua agama adalah jalan yang berbeda menuju Tuhan yang sama. Atau mereka menyatakan, bahwa agama adalah persepsi relatif terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga -karena kerelatifannya- maka setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya sendiri yang paling benar.
Di Indonesia penyebaran faham ini sudah sangat meluas, sangat massif dilakukan oleh para tokoh, cendekiawan, akademisi dan para pengasong ide-ide liberal.
Ulil Abshar Abdalla mengatakan: "Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar".3 Ulil juga menulis, "Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan, semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua agama, dengan demikian adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan relegiutas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama; yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya".4
Ide ngawur Ulil tentang agama ini berimbas pada masalah hukum perkawinan antar agama, do’a bersama, waris beda agama yang akhirnya ditegaskan kembali keharamannya oleh fatwa MUI. Dalam artikelnya di Kompas, 18-11-2002 tersebut, Ulil juga menyatakan; "larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak relevan lagi".
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkan, Dosen UIN Yogyakarta menulis; "Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga adalah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini kerjasama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin."
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, menyatakan bahwa ada tiga sikap dialog agama yang dapat diambil. Yaitu; Pertama, sikap eksklusif dalam melihat agama lain (agama-agama lain adalah jalan yang salah, yang menyesatkan bagi pengikutnya). Kedua, sikap inklusif (agama-agama lain adalah bentuk implisit agama kita). Ketiga, sikap pluralis-yang bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan, misalnya; "agama-agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama", "agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan kebenaran-kebenaran yang sama sah", atau "setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran".
Lalu, tulis Nurcholish lagi, "Sebagai sebuah pandangan ke-agamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirnya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai agama. Filsafat perenial juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik. Oleh karena itu ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".
Nurcholish Madjid juga menulis: "Jadi, Pluralisme sesungguhnya adalah sebuah Aturan Tuhan (Sunnah Allah, "Sunnatullah") yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari".
Dr. Alwi Shihab menulis: "Prinsip lain yang digariskan oleh al-Qur’an adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap komunitas beragama, dan dengan begitu layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi prinsip ini memperkokoh ide mengenai Pluralisme keagamaan dan menolak eksklusifisme. Dalam pengertian lain, eksklusifisme keagamaan tidak sesuai dengan semangat al-Qur’an. Sebab al-Qur’an tidak membeda-bedakan antara satu komunitas agama dari lainnya."
Abdul Muqsith Gozaly, menulis dalam disertasinya di UIN Jakarta: "Jika diperhatikan dengan seksama, maka jelas bahwa dalam ayat :
?¥???†?‘?? ?§?„?‘???°?????†?? ?¢???…???†???ˆ?§ ?ˆ???§?„?‘???°?????†?? ?‡???§?¯???ˆ?§ ?ˆ???§?„?†?‘???µ???§?±???‰ ?ˆ???§?„?µ?‘???§?¨???¦?????†?? ?…???†?’ ?¢???…???†?? ?¨???§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???§?„?’?????ˆ?’?…?? ?§?„?’?¢???®???±?? ?ˆ???¹???…???„?? ?µ???§?„????‹?§ ?????„???‡???…?’ ?£???¬?’?±???‡???…?’ ?¹???†?’?¯?? ?±???¨?‘???‡???…?’ ?ˆ???„???§ ?®???ˆ?’???Œ ?¹???„?????’?‡???…?’ ?ˆ???„???§ ?‡???…?’ ??????’?²???†???ˆ?†?? (62)
? "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Baqarah : 62)
? Itu tak ada ungkapan agar orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang Shabi’ah beriman kepada Nabi Muhammad. Dengan mengikuti bunyi harfiyah ayat tersebut, maka orang-orang beriman yang tetap dalam keimanannya, orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’ah yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta melakukan amal shaleh -sekalipun tak beriman kepada Nabi Muhammad- maka mereka akan memperoleh balasan dari Allah. Pernyataan agar orang-orang Yahudi, Nashrani dan Shabi’ah beriman kepada Nabi Muhammad adalah pernyataan para mufassir dan bukan ungkapan al-Qur’an. Muhammad Rasyid Ridla berkata, "Tak ada persyaratan bagi orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’ah untuk beriman kepada Nabi Muhammad".
Kesimpulan disertasi seperti itu sangat aneh. Apalagi kalangan Liberal sering sekali mengutip pendapat Rasyid Ridla dalam Tafsir al-Manar. Padahal, jika ditelaah dengan seksama pendapa Rasyid Ridla dalam Tafsir al-Manar, maka akan ditemukan bahwa pada surat Al-Baqoroh ayat 62 dan Al Maidah 69, adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang risalah Nabi Muhammad SAW tidak sampai kepada mereka. Kerena itu, mereka tidak diwajibkan beriman kepada Nabi Muhammad SAW. sedangkan bagi Ahlul Kitab yang da’wah Islam sampai kepada mereka diantaranya:
1). Beriman kepada Allah dengan iman yang benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang mendorong untuk melakukan kebaikan.
2). Beriman kepada al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
Karena itu, sangat disayangkan, sebagaimanan perilaku sejumlah kaum pluralis agama, penulis disertasi ini pun tidak benar dan tidak fair dalam mengutip pendapat-pendapat Rasyid Ridla. Padahal, dalam soal ini, Nabi Muhammad saw sudah menegaskan:
?¹?† ?£?¨?? ?‡?±???±?© ?¹?† ?±?³?ˆ?„ ?§?„?„?‡ ?µ?„?‰ ?§?„?„?‡ ?¹?„???‡ ?ˆ ?³?„?… ?£?†?‡ ?‚?§?„: ?ˆ???§?„?‘???°?????’ ?†?????’?³?????’ ?…??????…?‘???¯?? ?¨???????¯???‡?? ?„???§ ?????³?’?…???¹?? ?¨?????’ ?£??????¯?Œ ?…???†?’ ?‡???°???‡?? ?§?’?„?£???…?‘???©?? ?????‡???ˆ?’?¯?????‘?Œ ?ˆ???„???§ ?†???µ?’?±???§?†?????‘?Œ ?«???…?‘?? ?????…???ˆ?’???? ?ˆ???„???…?’ ?????¤?’?…???†?’ ?¨???§?„?‘???°?????’ ?£???±?’?³???„?’???? ?¨???‡?? ?¥???„?‘???§ ?ƒ???§?†?? ?…???†?’ ?£???µ?’????§?¨?? ?§?„?†?‘???§?±??.
? "Demi Allah yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seorangpun dari umat sekarang ini, baik Yahudi maupun Nashrani, kemudian mereka tidak mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka." (HR. Muslim)5
Fenomena do’a bersama, antara ummat Islam dan non-Islam, baik dalam acara-acara resmi kenegaraan maupun kemasyarakatan akhir-akhir ini marak terjadi dikalangan ummat Islam, dengan dalih kerukunan umat beragama,ukhuwah Basyariyah, Ukhuwah Wathoniyah, demi untuk keselamatan bangsa dan negara. Strategi ini memang sengaja diterapkan oleh orang-orang kafir untuk memperlihatkan kesungguhannya untuk hidup rukun. Rencana besar (grand design) dibalik itu semua adalah ummat Islam bersedia menghadiri acara-acara keagamaan mereka, sehingga umat Islam akan timbul keragu-raguan terhadap ajaran agamanya sendiri, dan akhirnya menjadi murtad dengan sendirinya.
Faham Pluralisme ini memberi pemahaman bahwa pada dasarnya semua agama adalah sama. Sama-sama mengajak kebaikan dan melarang kejahatan. Jadi agama tidak hanya Islam yang benar, Yahudi-Nashrani dan keyakinan-keyakinan lainnya semua dianggap benar dan semua bisa masuk surga.
? Islam menjamin hak beragama. (agama samawi yang memiliki kitab suci) seperti yang tersebut dalam surat Al Baqoroh 256, Laa ikroha fiddin. Tapi toleran seperti itu sebatas pengakuan keberagaman orang lain, tidak sampai pada keyakinan bahwa semua pengikut agama sama-sama menuju kebenaran. Kalau demikian, lalu apa gunanya seseorang memilih dan meyakini diantara sekian agama? Kalau teori ini diteruskan, maka bisa dipraktikan sehari islam, lain hari budha misalnya, dan ini tidak masalah,karena semuanya benar, padahal itu merupakan toleransi intern yang mustahil terjadi,sebab menimbulkan kemurtadan.
? Jadi fanatisme agama adalah naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri,sebab ketika kita sudah masuk suatu agama, pasti yakin inilah yang benar, dan yang lain bathil. Seperti nabi Ibrahim AS ketika mencari tuhannya, pertama dia menganggap bintang sebagai tuhannya, lalu bulan dan matahari, karena benda-benda inilah yang menerangi alam semesta. Namun setelah semuanya tenggelam, beliau diberi petunjuk Allah bahwa tuhannya adalah pencipta langit dan bumi, bukan yang disembah kaumnya.allah mengabaqdikannya dalam surat Al An’am 74-82. pengakuan nabi Ibrahim pada ayat 79:6
?¥???†?‘???? ?ˆ???¬?‘???‡?’???? ?ˆ???¬?’?‡?????? ?„???„?‘???°???? ?????·???±?? ?§?„?³?‘???…???§?ˆ???§???? ?ˆ???§?„?’?£???±?’?¶?? ????†???????‹?§ ?ˆ???…???§ ?£???†???§ ?…???†?? ?§?„?’?…???´?’?±???ƒ?????†?? (79)
"sesungguhnya aku menghadapkan diriku pada tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukan temasuk orang-orang yang mempersatukan tuhan" (QS. Al An’am : 79)
? Ironisnya, banyak dari tokoh-tokoh Islam, yang terjebak dan menjadi agen murahan serta menjadi antek-antek kaum imperalis dalam menyebarkan faham ini.
KH. Abdurrahman Wahid (Gus-Dur), tokoh NU, yang pernah menjadi presiden Republik Indonesia 1999-2001, yang diturunkan paksa oleh MPR pimpinan Amin Rais, karena kasus Bulog, juga pernah melontarkan omongan bahwa lafadz "Assalamu’alaikum" bisa diganti dengan ucapan selamat pagi, itu berkata:
? " bagi saya, peringatan natal (cristmas) adalah peringatan kaum muslimin juga, kalau kita konsekwensi sebagai seorang muslim merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW juga harus konsekwensi merayakan malam natal".7?
KH. Hasyim Muzadi, Ketua PBNU, hadir pada acara do’a bersama di Surabaya, pada hari senin tanggal 17 Agustus 1998, bertepatan dengan HUT RI ke 53, dari Kristen ada pendeta Wismo, Romo Kurdo (Katolik) Parisada Hindu Indonesia (Hindu) dan Bingki Irawan (Khong Hucu).8?
KH. Said Aqil Siradj, Fungsionaris PBNU, tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani disebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU, dia juga pernah melontarkan gagasan liberalnya yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi umat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi umat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pure bagi penganut hindu, demikian dan seterusnya9.?
Ahmad Noer Kholis, 27 tahun Muslim, lahir di Tawangharjo, Grobogan Jawa Tengah pada 7 Nopember 1974, menikahi seorang wanita Khong Hucu bernama Ang Mei Yong 24 tahun diyayasan Paramadina pimpinan Dr. Noer Kholis Majid. Acara dimulai jam 09.30 Wib, ketika Ahmad Noer Kholis memakai jas warna hitam menggandeng gadis idamanya Ang Mei Yong yang bergaun pengantin warna putih. Mereka memasuki ruangan ruangan di Islamic Study Center Paramadina dikomplek Pondoh Indah Plaza, Jalan Tb. Simatupang Jakarta Selatan. Sekitar 50 orang hadir dalam acara tersebut. Diantara mereka tampak Ulil Abshar Abdalla, bose Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Budi S Tanuwibowo, ketua Umum Majlis Tinggi Agama Khong Hucu Indonesia (Matakin). Ang Lin Gie, 66 tahun, ayah Mei dengan alasan tidak lancar berbahasa Indonesia mewakilkan kepada Dr. Kautsar Azhari Noer, dosen Tassawuf di UIN dan beberapa perguruan tinggi lainnya, serta pengajar di Paramadina., Sebagai wali sekaligus menikahkan mempelai secara Islam. Pernikahan pun berlangsung dengan mas kawin 8,8 gram dibayar tunai. Usai acara, mereka meluncur ke sekretariat Matakin di kompleks Royal Sunter Blok F -23 jalan danau Sunter, Jakarta Utara.10?
Islam tidak memperbenarkan pencampuradukan dalam urusan ibadah antara pemeluknya dengan orang-orang kafir. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Kafirun, sebab turunnya ayat tersebut, disaat orang-orang kafir mengajak Rasulullah SAW untuk bersama-sama menyembah Allah disatu waktu, dan menyembah tuhan-tuhan mereka diwaktu yang lain secara bergantian. Perkawinan beda agama ini jelas telah menyimpang dari ajaran Islam dan merusak tatanan perkawinan yang ada di Republik ini. Perusakan aqidah Islam atas nama pluralisme dan kerukunan.11?
Satu hal yang wajib diketahui oleh umat Islam, khususnya kalangan lembaga pendidikan Islam adalah bahwa hampir seluruh LSM dan proyek yang dibiayai oleh LSM-LSM Barat, seperti The Asia Foundation, Ford Foundation, Tifa adalah mereka-mereka yang bergerak dalam penyebaran faham pluralisme agama. Itu misalnya bisa dilihat dalam artikel-artikel yang diterbitkan oleh Jurnal Tashwirul Afkar (diterbitkan oleh Lakpesdam NU dan The Asia Foundation), dan Jurnal Tanwir (diterbitkan oleh pusat studi agama dan peradaban Muhammadiyah -PSAP dan The Asia Foundation). Mereka bukan saja menyebarkan faham ini secara asongan, tetapi memiliki program yang sistematis untuk mengubah kurikulum pendidikan Islam yang saat ini masih mereka anggap belum inklusif pluralis. Pluralisme mesti merajai pikiran umat Islam Indonesia.?
Sebagai contoh, Jurnal Tashwirul Afkar edisi No.11 tahun 2001, menampilkan laporan utama berjudul "Menuju Pendidikan Islam Pluralis". Di tulis dalam Jurnal ini: "Filosofi pendidikan Islam yang hanya membenarkan agamanya sendiri, tanpa mau menerima kebenaran agama lain mesti mendapat kritik untuk selanjutnya dilakukan reorientasi. Konsep Iman-kafir, Muslim-non Muslim, dan baik-benar (truth claim), yang sangat berpengaruh terhadap cara pandang Islam terhadap agama lain, mesti dibongkar agar umat Islam tidak lagi mengaggap agama lain sebagai agama yang salah dan tidak ada jalan keselamatan. Jika cara pandangnya bersifat eksklusif dan intoleran, maka teologi yang diterima adalah teologi eksklusif dan intoleran, yang pada gilirannya akan merusak harmonisasi agama-agama, dan sikap tidak menghargai kebenaran agama lain. Kegagalan dalam mengembangkan semangat toleransi dan pluralisme agama dalam pendidikan Islam akan membangkitkan sayap radikalisme Islam."?
Salah satu istilah yang juga sedang dikembangkan dalam pendidikan Islam adalah istilah "Multikulturalisme". Pada 11 Desember 2007, Badan Litbang Departemen Agama mengumumkan hasil penelitiannya tentang "Pemahaman Nilai-nilai Multikultural para Da’i". Paham ini kini dijejalkan ke masyarakat Muslim Indonesia dengan alasan bahwa paham ini dapat mereduksi konflik antar umat beragama. Oleh penelitian ini, soal konflik tersebut dijelaskan sebagai berikut:?
"Konflik ini salah satunya disebabkan oleh adanya pemahaman keberagaman masyarakat yang masih eksklusif. Pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati terhadap pemeluk agama lain. Pribadi yang selalu merasa hanya agama dan alirannya saja yang paling benar, sedangkan agama dan aliran lainnya adalah salah dan dianggap sesat."?
Faham Multikulturalisme kini sangat gencar disebarkan ke tengah kaum Muslim melalui berbagai LSM di Indonesia, sampai ke pelosok-pelosok pesantren, seperti yang dilakukan oleh lembaga International Center of Islam and Pluralism (ICIP), yang mengkhususkan diri â€?menggarap’ pondok-pondok pesantren, khususnya di wilayah Jawa Barat. Lebih dari itu, juga sudah mulai dilakukan proyek-proyek Pendidikan Agama yang berwawasan Multikultural. Misalnya, dalam pengantarnya pada sebuah buku berjudul "Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural" (2005), Prof. Azyumardi Azra menekankan pentingnya dikembangkan jenis pendidikan agama semacam ini. Padahal, dalam buku ini jelas jelas ada gagasan untuk membangun persaudaraan universal tanpa membedakan lagi faktor agama. Misalnya dia menulis:?
"Sebagai risalah profetik, Islam pada intinya adalah seruan pada semua umat manusia, termasuk mereka para pengikut agama-agama menuju satu cita-cita bersama kesatuan kemanusiaan (unity of mankid) tanpa membedakan ras, warna kulit, etnik, kebudayaan, dan agam. Pesan kesatuan ini tegas disinyalir al-Qur’an: "Katakanlah, wahai semua penganut agama (dan kebudayaan), bergegaslah menuju dialog dan perjumpaan multikultural (kalimatun sawa) antara kami dan kami." Dengan demikian kalimatu sawa’ bukan hanya mengakui pluralitas kehidupan, ia adalah sebentuk manifesto dan gerakan yang mendorong kemajemukan (pluralisme) dan keragaman (diversity) sebagai prinsip inti kehidupan dan mengukuhkan pandangan bahwa semua kelompok multikultural diperlakukan setara (equality) dan sama martabatnya (dignity)."?
Bagi yang memahami tafsir al-Qur’an, pemaknaan terhadap Surat Ali Imron Ayat 64 tentang Kalimatun Sawa’ semacam itu tentulah aneh. Sebab, ayat itu sendiri sangat jelas maknanya, yakni mengajak kaum Ahlul Kitab untuk kembali kepada ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.?
?‚???„?’ ?????§ ?£???‡?’?„?? ?§?„?’?ƒ???????§?¨?? ?????¹???§?„???ˆ?’?§ ?¥???„???‰ ?ƒ???„???…???©?? ?³???ˆ???§???? ?¨?????’?†???†???§ ?ˆ???¨?????’?†???ƒ???…?’ ?£???„?‘???§ ?†???¹?’?¨???¯?? ?¥???„?‘???§ ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???„???§ ?†???´?’?±???ƒ?? ?¨???‡?? ?´?????’?¦?‹?§ ?ˆ???„???§ ???????‘???®???°?? ?¨???¹?’?¶???†???§ ?¨???¹?’?¶?‹?§ ?£???±?’?¨???§?¨?‹?§ ?…???†?’ ?¯???ˆ?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?????¥???†?’ ?????ˆ???„?‘???ˆ?’?§ ?????‚???ˆ?„???ˆ?§ ?§?´?’?‡???¯???ˆ?§ ?¨???£???†?‘???§ ?…???³?’?„???…???ˆ?†?? (64)
"Katakanlah..! Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah." (QS. Ali Imron : 64)?
Jadi, ayat tersebut jelas-jelas seruan kepada Tauhid, bukan kepada faham multikulturalisme. Tapi, itulah faktanya, karena menjadikan paham multikulturalisme sebagai dasar keimanannya, maka tauhid pun dimaknai secara keliru, ngawur dan diselewengkan maknanya. Padahal, Tauhid jelas berlawanan dengan syirik. Musuh utama tauhid adalah syirik. Karena itu, Allah sangat murka dengan tindakan syirik, dan disebut sebagai "kedzaliman yang besar (zhulmun �azhim), Allah pun sangat murka karena dituduh mempunyai anak.
?ˆ???‚???§?„???ˆ?§ ?§???‘???®???°?? ?§?„?±?‘????’?…???†?? ?ˆ???„???¯?‹?§ (88) ?„???‚???¯?’ ?¬???¦?’?????…?’ ?´?????’?¦?‹?§ ?¥???¯?‘?‹?§ (89) ?????ƒ???§?¯?? ?§?„?³?‘???…???ˆ???§???? ?????????????·?‘???±?’?†?? ?…???†?’?‡?? ?ˆ???????†?’?´???‚?‘?? ?§?„?’?£???±?’?¶?? ?ˆ???????®???±?‘?? ?§?„?’?¬???¨???§?„?? ?‡???¯?‘?‹?§ (90) ?£???†?’ ?¯???¹???ˆ?’?§ ?„???„?±?‘????’?…???†?? ?ˆ???„???¯?‹?§ (91)
"Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu Telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, Hampir-hampir langit pecah Karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, Karena mereka menda’wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak." (QS. Maryam : 88 – 91)?
Tetapi, dalam faham multikulturalisme sebagaimana dijelaskan dalam buku ini, justru keyakinan akan kebenaran agamanya sendiri dilarang: "Klaim berlebihan tentang kebenaran absolut kelompok keagamaan sendiri, dan klaim kesesatan kelompok-kelompok agama lain, bisa membangkitkan sentimen permusuhan antar umat beragama dan antar kelompok. Penulis buku yang juga dosen sebuah kampus Islam di Surakarta Jawa Tengah ini juga sangat berani dalam mengubah makna "taqwa" dalam Ayat:?
?????§ ?£?????‘???‡???§ ?§?„?†?‘???§?³?? ?¥???†?‘???§ ?®???„???‚?’?†???§?ƒ???…?’ ?…???†?’ ?°???ƒ???±?? ?ˆ???£???†?’?«???‰ ?ˆ???¬???¹???„?’?†???§?ƒ???…?’ ?´???¹???ˆ?¨?‹?§ ?ˆ???‚???¨???§?¦???„?? ?„???????¹???§?±???????ˆ?§ ?¥???†?‘?? ?£???ƒ?’?±???…???ƒ???…?’ ?¹???†?’?¯?? ?§?„?„?‘???‡?? ?£?????’?‚???§?ƒ???…?’ ?¥???†?‘?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????…?Œ ?®???¨?????±?Œ (13)
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al Hujuraat : 13)?
Kaum Muslim memahami bahwa makna "taqwa" adalah taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya tapi oleh penganut paham multikulturlisme, â€?taqwa’ diartikan sebagai â€?yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan pendapat’. Dia terjemahkan ayat tersebut sebagai berikut: "Hai manusia, sesungguhnya Kami jadikan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berkelompok-kelompok dan berbangsa-bangsa agar kalian saling memahami dan saling menghargai. Sesungguhnya orang yang paling bermartabat di sisi Allah adalah mereka yang paling dapat memahami dan menghargai perbedaan di antara kamu."?
Dalam pandangan Islam, faham Pluralisme Agama jelas-jelas merupakan faham syirik modern, karena menganggap semua agama adalah benar. Padahal, Allah swt telah menegaskan bahwa hanya Islam agama yang benar dan diterima Allah swt ,?
?¥???†?‘?? ?§?„?¯?‘?????†?? ?¹???†?’?¯?? ?§?„?„?‘???‡?? ?§?„?’?¥???³?’?„???§?…??
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali Imron : 19)?
?ˆ???…???†?’ ?????¨?’???????? ???????’?±?? ?§?„?’?¥???³?’?„???§?…?? ?¯?????†?‹?§ ?????„???†?’ ?????‚?’?¨???„?? ?…???†?’?‡?? ?ˆ???‡???ˆ?? ?????? ?§?„?’?¢???®???±???©?? ?…???†?? ?§?„?’?®???§?³???±?????†?? (85)
"Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imron : 85)?
Dosa syirik merupakan dosa besar, kezaliman besar, dan Allah sangat murka jika diserikatkan dengan yang lain. Allah, misalnya sangat murka karena dituduh punya anak.
Keyakinan akan kebenaran ad-Dinnul Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridlai Allah, adalah konsep yang sangat mendasar dalam Islam. Karena itu, para cendekiawan dan Ulama’ perlu menjadikan penanggulangan paham syirik modern ini sebagai perjuangan utama, agar jangan sampai 10 tahun lagi paham ini menguasai wacana pemikiran dan pendidikan Islam di Indonesia, sehingga akan lahir dosen-dosen, guru-guru agama, khatib, atau kyai yang mengajarkan paham persamaan agama ini kepada anak didik, kaum muda dan masyarakat.12
1 Surat himbauan DPD PKS Bogor, 22 April 2007
2 Fatwa Munas VII Majlis Ulama Indonesia
3 Majalah GATRA, 21 Desember 2002
4 Kompas 18 November 2002, dalam artikelnya berjudul, "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam.?
5 Tantangan Da’wah Kontemporer, Liberalisme Islam di Indonesia?
6 M. Sudarto, Ancaman dan Bahaya Islam Liberal?
7 Hartono Ahmad Jaiz, Menangkal Bahaya JIL & FLA?
8 KH. Lutfi Bashori, Musuh Besar Ummat Islam?
9 KH. Lutfi Bashori, Konsep NU & Krisis Penegakan Syari’at?
10 Hartono Ahmad Jaiz, Menangkal Bahaya JIL & FLA?
11 KH. Lutfi Bashori, Musuh Besar Ummat Islam?
12 Tantangan Da’wah Kontemporer, Liberalisme Islam di Indonesia?