Penanggalan Rembulan sangat penting bagi manusia. Khususnya umat Islam di dalam menjalani ritual agama. Bulan itu sangat berperan sekali, sebab rembulan itu menjadi catatan tersendiri bagi manusia. Orang mau menjalankan ibadah harus menggunakan Penanggalan Rembulan. Lebih-lebih dalam menjalankan ritual ibadah haji yang sudah jelas ada nashnya. Allah berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَاكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS.Al-Baqarah :189).

Haji merupakan moment besar bagi umat Islam. Di situ ada sebuah peristiwa yang agung. Peristiwa bertemunya Nabi Adam dan Ibu Hawa yang sudah berpisah sangat lama sekali. Keduanya bertemu di Padang Arafah, suatu tempat penghapusan dosa bagi keduanya dan manusia. Dahulunya kedua orang tua kita ini telah melanggar larangan Allah ketika masih di surga. Maka dari itu, kita sebagai anak cucunya apabila menjalankan haji harus menjadi haji yang Mabrur. Kalau Mabrur berarti kita telah menjadi manusia yang berbakti kepada keduanya. Karena kata Mabrur itu berasal dari birrul walidain yang berarti membagusi (berbuat kebajikan atau kebaikan) kepada kedua orang tua.

Nabi Adam turun ke dunia membawa nafsu. Nafsu itu di zaman modern ini dikenal dengan sebutan Atom, sosok benda yang tidak dapat diketahui lewat Panca Indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengraba dan perasa). Nafsu itu disebut juga dengan Dzarrah. Adapun Dzarrah itu merupakan barang yang sangat kecil yang berada di punggung laki-laki. Di waktu Nafsu di alam Ruh, dia sudah dibaiat (sumpah setia) dengan sebuah perjanjian. Mereka berikrar bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Mereka menyaksikan hal itu, bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Allah berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(QS. Al-A’raaf:172)

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27-28)

Dzarrah itu terkadang dimaknai dalam kitab-kitab salaf (makan Jawa) dengan makna Semut Pudak. Semut Pudak adalah binatang yang sangat kecil. Berbeda dengan Dzarrah yang bermakna Atom. Atom itu sendiri ditemukan oleh orang Yahudi pada tahun 1945. Allah berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Zalzalah: 7-8).
Nafsu yang dibawa seorang bapak itu tidak ada apa-apanya. Dia tidak bisa berperan. Namun, setelah ada peran seorang ibu, benda itu menjadi sangat berguna dan bermanfaat sekali. Prosesnya, setelah nafsu itu dipancarkan oleh bapak ke Rahim Ibu dengan disertai gaya gesekan tarik menarik, nafsu keluar dengan wujud Sperma (Sperma itu terdiri dari berjuta-juta sel, dan yang menjadi manusia itu cuma satu sel), maka terjadilah proses percampuran antara nafsu dan Nutfah Ibu. Yang akhirnya, terjadilah pembuahan yang menjadikan sebab terjadinya manusia.

Kejadian ini sungguh luar biasa bagi orang yang mau berfikir dan berangan-angan di dalamnya. Mengapa nafsu yang tidak ada apa-apanya bisa menjadi sangat bermanfaat setelah dicampurkan? Hal itu menunjukan akan kebesaran Allah Yang Maha Agung yang menciptakan makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan. Nafsu berpasangan dengan Sukma. Ayah berpasangan dengan ibu. Laki-laki berpasangan dengan perempuan. Maka, lahirlah manusia. Allah berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لا يَعْلَمُونَ

"Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (QS. Yasin :36)

Ilmu pengetahuan di zaman modern terus berkembang seiring dengan langkah manusia. Orang-orang berlomba-lomba untuk menemukan inovasi baru yang bermanfaat bagi manusia. Orang-orang kafir telah menemukan Atom. Padahal rumus tentang Atom ini adalah dimiliki orang Islam yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran. Sedangkan orang Islam sendiri itu banyak yang tidak mengetahui hal itu. Meskipun tidak mengetahui atom, akan tetapi orang Islam mengetahui apa itu Dzarrah, suatu benda yang terkecil. Jika seseorang mau berfikir tentang apa yang ada di dalam Atom, niscaya orang itu akan menemukan sebuah konsep bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Rasulullah Saw bersabda:

BACA JUGA :  Sebab Tandusnya Negri Yaman

من عرف نفسه فقد عرف ربه

"Barang siapa yang mengetahui dirinya. maka dia akan mengetahui tuhannya." (Al-Hadist)

Ketika sperma dipancarkan ke Rahim Ibu, seorang bapak tidak merasakan kapan nafsu itu keluar. Berbeda dengan apa yang terjadi dengan manusia yang paling utama, Nabi Muhammad Saw. Setiap orang yang membawa nafsu Rasulullah Saw itu merasakan keluarnya nafsu tersebut. Mulai dari Nabi Adam sampai ke punggung Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib hingga dipancarkan nafsu tersebut ke rahim Sayyidah Aminah. Inilah keunggulan Rasulullah Saw bila dibandingkan dengan yang lainnya. Rasulullah Saw adalah bersosok manusia, tapi bukan seperti manusia biasa. Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat agung melebihi segala makhluk yang ada di dunia ini.

Sebelum Nabi Muhammad Saw diciptakan Allah ke dunia kurang dari 2000 tahun, terlebih dahulu Allah telah mencipatakan “Nur Nabi Muhammad Saw”. Cahaya itu membaca tasbih, mensucikan Allah Swt. Dari tasbihnya, membuat partisipasi para Malaikat untuk ikut bertasbih.

Mengapa cahaya Rasulullah Saw membaca tasbih padahal beliau belum diciptakan ke dunia? Hal itu menunjukan cahaya Rasulullah Saw itu hidup. Setiap kehidupan itu membutuhkan sebuah makanan. Dan makanan Nur Rasulullah tasbih yang selalu dibaca. Rasulullah Saw bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ , رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، عَنِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم أنه قَالَ : إِنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ نُورًا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ , عَزَّ وَجَلَّ , قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِأَلْفَيْ عَامٍ ، يُسَبِّحُ اللَّه ذَلِكَ النُّورُ وتُسَبِّحُ الْمَلاَئِكَةُ بِتَسْبِيحِهِ ، فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ أودع ذَلِكَ النُّورَ فِي طينته ، َقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : فَأَهْبَطَني اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إلى الأَرْضَ فِي ظهر آدَمَ ، وحملنيَ فِي السَّفِينَةِ فِي صُلْبِ نُوحٍ ، وجعلنيِ فِي صُلْبِ الخليل إِبْرَاهِيمَ حين َقُذِفَ به فِي النَّار ، وَلَمْ يَزَلْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَنْقُلُنِي مِنْ ألأَصْلاَبِ الطاهرة إِلَى الأَرْحَامِ الزكيّة الفاخرة ، حَتَّى أَخْرَجَنِي اللَّهُ مِنْ بَيْنِ أَبَوَيَّ ،و هما لَمْ يَلْتَقِيَا عَلَى سِفَاحٍ قَطُّ.

"Dari Ibnu Abbas mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda, “Sesungguhnya orang Quraisy itu mempunyai cahaya di sisi Allah sebelum diciptakannya Nabi Adam lebih dahulu 2000 tahun. Cahaya itu bertasbih kepada Allah. Lalu para Malaikat ikut bertasbih karena tasbihnya. Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Allah menaruh cahaya itu pada tanah yang akan dibuat untuk Nabi Adam. Rasulullah Saw bersabda, “Lalu Allah menurunkan diriku di bumi di punggungnya Nabi Adam. Dan kemudian Allah membawaku di perahunya Nabi Nuh. Tepatnya di punggungnya Nabi Nuh. Lalu Allah menjadikanku di punggungnya Nabi Ibrahim ketika ia di buang ke dalam api. Allah selalu memindahkanku dari tulang punggung yang suci hingga ke rahim yang suci yang agung. Yang pada akhirnya Allah mengeluarkanku lewat kedua orang tuaku yang tidak pernah melakukan perzinaan sama sekali."

Pokok kehidupan itu membaca tasbih. Lebih-lebih di akhir zaman ini. Sumber-sumber alam kian-kian hari kian habis. Mobil-mobil setiap hari menguras bensin dengan berjuta-juta Barel. Begitu juga alat transformasi yang lainnya yang membutuhkan minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Berbeda dengan tasbih, meskipun dikuras berjuta-juta orang bahkan bermiliaran dengan cara membacanya, hal itu tidak akan bisa menghabiskan tasbih. Justru hal itu bertambah menjadi lebih bermanfaat.

Cahaya Rasulullah Saw bertasbih dengan begitu lamanya. Akhirnya, Allah menciptakn tanah yang akan dibuat Nabi Adam. Cahaya itu ditaruh di tanah tadi. Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam yang membawa cahaya Rasulullah Saw. Cahaya itu masuk di punggung Sayyid Abdullah, kemudian beliau memancarkannya ke rahim Sayyidah Aminah pada tanggal 10 Rojab. Maka dari itu, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal ini sebagai penghormatan atas lahirnya Rosulullah Saw ke Rahim Ibunya. Adapun tanggal dimasukkan ruh Rasulullah ke Rahim Ibunda Aminah itu pada tanggal 10 Muharram. Maka di hari ini juga disunnahkan untuk berpuasa.

Setelah Rasulullah Saw lahir cahayanya tidak dapat diwarisi lagi sebagaimana yang terjadi sebelum beliau lahir ke dunia. Hal ini terjadi karena Rasulullah Saw tidak mempunyai keturanan laki-laki yang akan mewarisi nafsu beliau. Putra beliau wafat sejak kecil. Yang hidup cuma perempuan. Keturunan beliau itu namanya dzurriyah yang kebanyakan bernasab dengan Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Zainab.

Sarang, 18 Desember 2010

Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat acara Rojabiyah 2009.

Artikulli paraprakSekilas Tentang Pondok Pesantren Al-Anwar
Artikulli tjetërKa’bah dan Bendungan Saba’

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini