Adapun mengenai adanya bencana yang merupakan tanda kebenaran adanya kenabian Muhammad SAW adalah bahwa nabi SAW sejak masa kenabian telah menyampaikan adanya janji dan ancaman kepada umatnya, baik yang terjadi selama masa hidupnya maupun setelahnya. Dan kabar Nabi SAW yang berkaitan dengan bencana setelah masa hidupnya itu lebih banyak dari (kabar) tentang bencana yang terjadi pada masa hidupnya. Allah SWT berfirman:
وَإِن مَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
“Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.” (QS. Ar-Ro’du:40).
Dari bencana-bencana itu adalah bencana gempa bumi yang kita bahas ini. Semuanya telah dikabarkan oleh Nabi SAW sebelumnya, maka bencana-bencana itu bukan sekedar aktifitas-aktifitas alami (geologis) yang (dianggap oleh sementara orang) tidak ada kaitannya dengan kemarahan Allah SWT.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
“Katakanlah, Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebaian yang lain, perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).” (QS. Al-An’am:65).
Dalam Tafsir Jalalain diterangkan sebagai berikut:
عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ
Adzab dari langit seperti petir.
أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ
Adzab dari bawah kaki kalian seperti kekeringan.
شِيَعًا
kelompok-kelompok yang nafsunya berbeda-beda
وَيُذِيْقُ بَعْضُكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ
peperangan.
Nabi SAW bersabda bahwa itu semuanya terjadi, serta tidak ada keterangan lanjut. Imam as-Showi menerangkan bahwa keempat pokok di atas terjadi sebelum hari kiamat, akan tetapi dua yang terakhir telah terjadi sejak zaman sahabat, sedangkan dua yang pertama diakhirkan oleh Allah SWT hingga mendekati hari kiamat.
Demikianlah, namun para ulama mengatakan, kalaupun dua yang terakhir ini terjadi dekat hari kiamat, akan tetapi adzab atas orang-orangnya tidak kolektif dalam arti menimpa masyarakat umum seperti bencana lainnya seperti yang terjadi pada umat terdahulu.
Imam as-Showi menerangkan hal tersebut di atas sebagai berikut:
Pertama : Dua yang terakhir telah terjadi sejak zaman sahabat. Tentang kalimat tersebut, Ubay bin Ka’ab mengatakan: ada empat pokok peristiwa, dua terjadi 25 tahun setelah wafatnya Nabi SAW, yaitu orang-orang terpecah ke beberapa kelompok (yang didasarkan hawa nafsu), serta terjadinya peperangan. Tinggal dua pokok peristiwa kekeringan dan peristiwa alam.
Kedua : Kalaupun dua yang terakhir ini terjadi dekat hari kiamat, akan tetapi atas orang-orangnya tidak kolektif- dalam arti menimpa masyarakat umum seperti bencana lainnya seperti yang terjadi pada umat terdahulu. Sebab adanya pengertian ini adalah munculnya hadits yang menunjukkan kepada tiadanya kejadian adzab dari atas dan bawah terhadap umat Nabi SAW, dan keduanya terjadi terhadap umat terdahulu. Nabi SAW bersabda: “Saya meminta empat hal kepada Tuhanku, tapi diberi tiga, dan Dia mencegahku dari satu hal itu. Saya meminta kepada-Nya agar umatku tidak sepakat dalam kesesatan, dan dikabulkan. Saya meminta kepada-Nya agar tidak menjadikan musuh selain dari golonganku, dan dikabulkan. Saya meminta kepada-Nya agar tidak menimpakan bencana berupa angina, dan dikabulkan. Saya meminta kepada-Nya agar mencampurkan umatku dalam berbagai golongan dan yang berperang satu sama lain, namun Dia menolaknya.”
Dari sisi lain, Hadits Nabi SAW di atas, dan juga pendapat Ubay bin Ka’ab juga memperkuat dua hal tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan terjadi adalah terjadi sekalipun tidak dalam bentuk “membinasakan” (al-Isti’shol) secara menyeluruh, dan demikian pula yang dimaksudkan dengan tidak terjadi adalah tidak terjadi dalam bentuk membinasakan secara menyeluruh. Tafsir yang tepat ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jair dari al-Hasan al-Bashri, bahwa ketika ayat tersebut di atas turun, Nabi SAW berdiri dan mengambil air wudlu, kemudian berdoa kepada Allah SWT supaya tidak menimpakan adzab dari atas, dari bawah, menciptakan kelompok-kelompok, serta menghilangkan peperangan (keganasan satu sama lain), sebagaimana yang ditimpakan semuanya kepada Bani Israel. Maka, malaikat Jibril pun turun dan menjelaskan, “Wahai Muhammad, engkau telah meminta empat hal kepada Tuhamnu, maka Tuhanmu memberikan dua dan menolak yang dua. Ummatmu tidak akan ditimpa adzab, baik dari atas maupun dari bawah, yang membinasakan mereka, karena adzab seperti itu, yakni adzab dari atas maupun dari bawah yang membinasakan, adalah adzab untuk umat (terdahulu) yang sepakat dalam mendustakan nabi, menolak kitab suci Tuhan. Akan tetapi, ummatmu diberi (ditimpakan) kelompok-kelompok dan saling merasakan keganasan satu sama lain.”
Ada banyak Hadits yang menunjukkan bahwa terjadinya adzab-adzab itu dekat hari kiamat:
– Kiamat tidak akan datang sampai terjadinya banyak bencana gempa bumi.
– Sekelompok manusia dari ummatku membeli minuman keras mereka sebut dengan sebutan lain, mereka berhura-hura. Allah SWT menimpakan bencana kepada mereka dan menjadikan mereka kera dan babi.
Dengan demikian, hendaklah segera untuk berhati-hati terhadap segala bentuk timpaan yang didatangkan oleh Allah SWT terhadap bangsa kita, dan menjadikan semua itu sebagai peringatan dari-Nya supaya kita kembali kepada perintah-Nya, rendah diri kepada-Nya sesuai dengan status kita masing-masing. Kita, dengan berbagai keadaan, jika menghadapi segala bencana yang terjadi dengan rendah diri, maka kita dengan keyakinan yang sempurna bahwa hal itu akan menjadikan kita lebih baik dan konsisten. Dan jika tidak, maka urusan semua ada pada Allah SWT, yang Maha Melakukan segala sesuatu.
Inilah yang dapat saya sampaikan melalui pemahaman. Jika memuat kebenaran, maka hal itu dari Allah SWT, dan jika ada kekeliruan, maka itu dari sedikitnya pengetahuan kami, dan Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu, semoga sholawat dan salam senantiasa dicurahkan oleh Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW.
Sarang Rembang, Sabtu 27 Jumadil Awwal 1427 H.
H. Maimoen Zubair
*) Tulisan ini disadur dari Kitab beliau berjudul “Tsunami, Ahuwa ‘Adzabun am Mushibatun”, Sebuah kitab yang beliau tulis setelah peristiwa Tsunami di Aceh belasan tahun silam. Peristiwa Tsunami di Palu beberapa hari yang lalu tak ubahnya kisah lama yang terulang kembali, sehingga yang patut kita renungi kembali apa yang ingin beliau sampaikan dalam kitab ini. Selamat membaca.