تَشَوُّفُكَ إلى ما بَطِنَ فِيْكَ مِنَ العُيُوبِ خَيْرٌ
مِنْ تَشَوُّفِكَ إلى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الغُيُوبِ

“Keinginan mengetahui kekurangan hatimu itu lebih baik daripada keinginanmu mengetahui hal-hal ghoib
yang tidak bisa digapai”

Setan itu selalu menggoda manusia, dalam usahanya ia mempunyai metode yang berbeda-beda tergantung manusianya, andaikan manusianya itu ahli maksiat maka ia akan terus menjerumuskannya kedalam kemaksiatan, sedangkan bila yang digoda adalah ahli tho’at maka setan akan membesar-besarkan ketho’atan yang telah dilakukannya sehingga ia merasa lebih baik daripada orang lain, kalau dia seorang kyai atau ustadz, maka ia digoda senang dengan karomah-karomah sehingga ia punya perasaan bahwa bagaimanapun baiknya seseorang kalau belum punya karomah maka dia belum bisa dikatakan baik atau alim.

Salah satu cara untuk menghindari godaan setan adalah beribadah dengan benar, yaitu ketika seorang hamba beribadah, dzikir kepada Allah maka janganlah berharap mencari hal-hal yang aneh, akan tetapi ibadah itu dilakukan supaya Allah membersihkan cacat-cacat yang ada dihatinya.

Ulama’ ahli tasawwuf terdahulu itu ahli ibadah semua dan banyak yang mempunyai karomah, akan tetapi ketika mengajari para muridnya, yang beliau ajarkan bukanlah “cara mendapat karomah” akan tetapi yang beliau ajarkan adalah “الإستقامة خير من اْلف كرامة “ yaitu selalu istiqomah dalam ibadah dan mengoreksi kecacatan yang ada didalam hatinya, agar amal yang dilakukan ikhlas karena Allah ta’ala,
Allah berfirman:

قد اْفلح من تزكى و ذكر اسم ربه فصلى

Jadi yang paling penting bagi seorang hamba adalah selalu membersihkan hatinya (تزكية النفس ) dari kecacatan hati karena semua ibadah itu bertujuan untuk tazkiyyatun nafs (membersihkan hati).

Ketika seseorang sudah beribadah dan ia masih merasa berat dengan orang lain yang mendapatkan ni’mat atau ia masih sangat mencintai harta dunia, maka itu merupakan pertanda bahwa ia masih jauh dari Allah SWT meskipun ia mempunyai banyak karomah.

BACA JUGA :  Hikmah 112 Zuhud

Para ulama’ dan wali-wali terdahulu selalu mengoreksi diri mereka dan sangat berhati-hati dengan nafsu, karena nafsu itu bagaikan harimau yang berada didalam kandang yang mana andaikan si pemilik tidak waspada maka si harimau bisa keluar dari kandangnya dan membahayakannya, oleh karena itu wali-wali Allah SWT meskipun sudah mempunyai derajat yang sangat tinggi beliau tetap merasa rendah dan selalu meminta perlindungan kepada Allah SWT.

Artikulli paraprakQasidah Maimoeniyah
Artikulli tjetërMenjauhi Sifat-sifat Yang Menghalangi Ibadah Dan Taqarrub

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini