Jangan Menunggu Waktu Luang untuk Mengingat Allah SWT
لا تَتَرقَّب فراغَ الأَغْيارِ، فإنَّ ذلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجودِ المُراقَبَةِ لَهُ فيما هُوَ مُقيمُكَ فيهِ
“Jangan menunggu (datangnya) kekosongan dari kesibukan dengan makhluk lain (al-aghyār), karena hal itu justru akan memutusmu dari (kesadaran akan) adanya pengawasan kepada-Nya dalam keadaan yang sedang Dia tempatkan dirimu di dalamnya.”
hikmah ini yang mengingatkan agar seorang salik tidak menunda dzikir, muraqabah (kesadaran penuh akan Allah), atau ibadah hanya karena menunggu situasi “sempurna” atau waktu “luang” dari urusan dunia atau interaksi dengan makhluk. Menunggu kondisi ideal justru bisa membuat hati lalai, karena seorang hamba seharusnya tetap ber-muraqabah dalam setiap keadaan yang Allah tetapkan baginya saat ini.
Allah SWT berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS: al-Imran 14)
Ayat ini menunjukkan bahwasanya dunia ini penuh dengan perkara menawan dan melalaikan yang menyebabkan jauhnya hamba dari Allah SWT. Bagaimanapun manusia berusaha untuk membersihkan dirinya dari kesibukan dunia, maka dia tidak akan bisa, selama dia hidup di dunia ini.
Ketika dia masih muda maka dia menganggap masa muda adalah masa yang harus dilalui dengan menuruti nafsu birahi. Setelah melewati masa muda akan hilang sendiri nafsu birahi itu. Pemikiran ini menjadikan dia semakin tenggelam dalam nafsunya.
Ketika dia hidup di Eropa, Amerika, atau di belahan dunia yang lain, baik untuk belajar atau bekerja, dia berangan-angan bahwasannya dia tidak bisa lepas dari lingkungan yang merusak agama ini. Pilihannya cuma satu, yaitu menunggu selesainya tugas yang dia lakukan di tempat itu. Keadaan ini menyebabkan dia semakin tenggelam dalam kerusakan dengan tanpa merasa dia butuh meminta perlindungan kepada Allah SWT.


