بسم الله الرحمن الرحيم , dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahiim. Rahman bermakna yang Maha mengasihi orang-orang di dunia dan di akhirat, Rahiim bermakna yang Maha mengasihi orang-orang ketika di akhirat saja. Jadi ada orang yang mendapat Rahman-Nya, hidup enak di dunia dan akhirat, ada juga yang hanya mendapat Rahiim-Nya, hidup enak ketika di akhirat saja, ketika di dunia hidupnya tidak pernah merasakan enak, senang berpuasa, makannya sedikit, lauknya biasa-biasa saja; namun hal ini boleh-boleh saja. Allah SWT berfirman:

ومَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

Apa saja hal yang diberikan oleh Rasulullah pada kalian, maka ambillah; dan apa saja yang dilarang olehnya maka jauhilah

Rasulullah SAW sendiri juga kadang 7 hari tidak makan, tidak sahur juga tidak berbuka; inilah yang disebut puasa Wishol. Jadi nabi juga pernah melakukan hal tersebut.

Itulah orang-orang yang lebih memilih enak di akhirat saja, merekalah wal-wali Allah; kalau diberi kesusahan mereka berkata Alhamdulillah, tidak susah. Ini karena ikut Nabi Ayyub, ketika hartanya hilang berkata Alhamdulillah, ketika sapinya hilang berkata, Alhamdulillah. Karena apa? Kalau masih ada sapi, kamu mesti masih merawat sapi, kalau sapinya sudah hilang, sudah tidak perlu memikirkannya, tinggal dzikir dan mengingat Allah SWT; sudah tidak memikirkan rizki lagi, karena kalau orang mikir rizki itu berarti tidak ingat akhirat.

Ada juga yang mendapatkan Rahman-Nya Allah, hidup enak di dunia dan akhirat; makan enak, istri banyak, tidur nyenyak, inipun juga boleh. Karena Rasulullah itu menetapkan bahwa setiap orang Islam itu makannya minimal 9 ons perhari, karena kalau kurang dari 9 ons berarti ia kurang enak. Makannya orang biasa itu 6 ons ¼, kalau makannya orang miskin 3 ons lebih 1/8. Ayam itu saja takarannya harusnya 4 orang, paling banyak 5 orang, karena orang jawa ini belum pernah enak, mulai zaman Nabi Adam sampai hari kiamat. Ayam itu kalau di Makkah –itu warisan orang dahulu-, itu untuk 2 orang; jadi tidak ada yang namanya minta sempol ayam saja. Lha di Jawa, sempol saja enaknya sudah tidak karuan, apalagi dipotong-potong jadi soto, sudah gak karuan lagi. Jadi tidak menemui sifat Ar-Rahman. Lihat saja, padahal sudah jadi kuli, berkeringat, diberi makanan biasa masih saja nyepres tidak karuan.

Salah satunya adalah Nabi Daud AS, Nabi Daud AS adalah yang mendapat Rahman-Nya Allah; coba lihat bagaimana besarnya Nabi Daud AS diberi nikmat, Istrinya 99; ketemu perempuan, 99 istrinya tadi masih ditambah dengan 1, Karena istri memang banyak, namun tidak seperti dia. Beginilah Nabi Daud AS, dicari, apakah punya suami atau tidak? Ternyata sudah punya suami, tapi suaminya itu panglima tentaranya, akhirnya diperintah untuk perang, untuk maju terus. Ya maju, setelah mati, ia janda, setelah janda dinikah Nabi Daud AS, akhirnya punya anak Nabi Sulaiman AS. lihat diberi nikmat sebesar itu, kalau Nabi Daud AS tidak menikahi orang itu, Nabi Daud AS tidak akan punya anak Nabi Sulaiman AS. Kalau dilihat sekilas orang kan, kelihatan setengah memaksa kan? Tapi kok malah mendapat nikmat yang besar yaitu berupa Nabi Sulaiman AS. Jadi memang seperti itulah, orang kalau sudah diberi nikmat oleh Allah SWT sudah tidak seperti orang biasa, kalau miskin juga tidak kayak orang, beginilah Allah SWT.

Namun ada satu yang tidak boleh, yaitu enak di dunia saja tapi tidak enak di akhirat; inilah yang berbahaya. Karena Allah SWT berfirman:

BACA JUGA :  Isu Hukum Natalan Bagi Muslim Ada Khilaf

اِذَا السَّمَاۤءُ انْشَقَّتْۙ١ وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۙ٢ وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ٣ وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ٤ وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۗ٥ يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ٦ فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ٧ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ٨ وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ٩ وَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ وَرَاۤءَ ظَهْرِهٖۙ١٠ فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًاۙ١١ وَّيَصْلٰى سَعِيْرًاۗ١٢ اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ١٣ اِنَّهٗ ظَنَّ اَنْ لَّنْ يَّحُوْرَ ۛ١٤ بَلٰىۛ اِنَّ رَبَّهٗ كَانَ بِهٖ بَصِيْرًاۗ١٥

1. Apabila langit terbelah, 2. Dan ia patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh, 3. dan apabila bumi diratakan, 4. dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, 5. Dan ia patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh. 6. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya. 7. Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. 10. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, 11. maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!” 12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 13. Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir). 14. Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhannya). 15. (Padahal) Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya

Orang yang diberi enak itu yang menerima kitab dengan tangan kanan, hisabnya cuma sebentar saja, cuma seklebatan. وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ dan ia kembali pada keluarganya dalam keadaan bahagia, inilah yang enak. Bertemu anaknya, istrinya merasakan enak di surga, walaupun ketika di dunia tidak merasakan enak sama sekali. Mendapat cobaan, sakit terus. Ada orang yang seperti itu? makan gak karuan, sakit-sakitan. tapi tidak masalah, asalkan ketika di akhirat enak. Mendapatkan Rahim-Nya Allah, di dunia tidak enak, namun di akhirat enak. Lha kebalikannya sekarang. Orang kok di dunia enak, akhiratnya tidak enak. Inilah

 وَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ وَرَاۤءَ ظَهْرِهٖۙ فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًاۙ mereka berteriak-teriak, “celaka-celaka” وَّيَصْلٰى سَعِيْرًاۗ dan kemudian masuk neraka Sa’ir, sengsaranya. اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ mereka saat di dunia dulu bersenang-senang, hati-hati ini. Dahulu di dunia bersenang-senang, enak bersama istrinya, tidak sholat, tidak melakukan kewajiban ini, itu. enaknya gak karuan, coba kamu tanya?, paling enak waktu orang tidak sholat itu setelah waktu ashar; mulai ashar, maghrib, isya’ tidak sholat, bersenang-senang sama istrinya; coba kurang enak gimana? Dahulu mereka di dunia, mengatur keluarga enaknya tidak karuan, karena lupa Allah, ingat dunia

 إنَّهٗ ظَنَّ اَنْ لَّنْ يَّحُوْرَ ۛ – ١٤ بَلٰىۛ اِنَّ رَبَّهٗ كَانَ بِهٖ بَصِيْرًاۗ inilah yang berbahaya. Semoga kita semua dilindungi Allah dari hal tersebut.

Disarikan dari pengajian ahadan Syaikhina KH. Maimoen Zubair surat Al-Fusshilat ayat 1-12 pada ahad, 31 Maret 2015

Artikulli paraprakAnak Jalanan
Artikulli tjetërZuhud

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini