? ?…?§?„?¹?§?±?? ?…?† ?§?°?§ ?£?´?§?± ?ˆ?¬?¯ ?§?„?­?‚ ?£?‚?±?¨ ?§?„???‡ ?…?† ?§?´?§?±???‡ ?¨?„ ?§?„?¹?§?±?? ?…?† ?„?§?§?´?§?±?© ?„?‡ ?„???†?§?¦?‡ ???? ?ˆ?¬?ˆ?¯?‡ ?ˆ?§?†?·?ˆ?§?¦?‡ ???? ?´?‡?ˆ?¯?‡

"Orang arif bukanlah? ? orang yang bila memberi isyarat, merasa bahwa Al Haq (Allah Ta’ala) lebih dekat dengannya dari isyaratnya sendiri. Akan tetapi orang yang arif? adalah orang yang tidak? mempunyai isyarat apapun karena kefanaannya dalam wujud Allah dan kekhusuannya dalam penyaksian terhadap Allah."

Orang yang ma’rifat adalah orang yang sudah menyatu dengan Allah. Segala urusannya telah dipasrahkan kepada Allah. Tak ada kemauan kecuali karena Allah. Semua aktifitas yang dilakukannya adalah karena Allah. Akan tetapi jangan kemudian diambil kesimpulan bahwa orang yang ma’rifat adalah orang yang sudah tidak membutuhkan lagi dengan mu’asyaroh (interaksi)bersama manusia dan berurusan dengan perihal duniawi.

Sesungguhnya orang yang berma’rifat itu adalah orang yang tetap berhubungan dengan segala prasarana duniawi atau yang merupakan asbab. Akan tetapi ketika ia sedang berinteraksi dengan perihal duniawi ia tidak melihat dirinya kecuali bersama Allah. Sehingga ia lebih memprioritaskan muasyarohnya dengan Musabbibul Asbab (Allah Ta’ala) dari pada dengan dunia itu sendiri.

? Shohabat Abu Bakar RA berkata :

?…?§ ?±?£???? ?´???¦?§ ?¥?„?§ ?ˆ?±?£???? ?§?„?„?‡ ?…?¹?‡ ?ˆ?‚?¨?„?‡ ?ˆ?¨?¹?¯?‡

Artinya: Aku tak melihat sesuatupun kecuali Allah pasti bersamanya, sebelumnya dan sesudahnya.

Kemudian imam Fahrudin Al Rozi berkata :

?ƒ?† ?¸?§?‡?±?§ ?…?¹ ?§?„?®?„?‚ ?¨?§?·?†?§ ?…?¹ ?§?„?­?‚

Artinya : Tampakkanlah dirimu bersama manusia dan samarkanlah interaksimu bersama Yang Maha Benar (Allah)

Yang demikian itu adalah setinggi-tinggi derajat para salikin setelah nabi. Demikian juga? akhlak para shahabat, para ahli tasawuf di masa nabi.

Kemudian apakah benar sahabat mempunyai derajat sampai demikian itu? Benarkah banyak di antara shohabat yang telah mencapai maqom fana’ sehingga ia telah bisa menjauhkan dirinya dari segala keduniawian yang bisa nampak begitu indah oleh mata? Ataukah hanya karangan ahli bid’ah? Karangan dari orang-orang tasawuf yang telah melahirkan berbagai istilah untuk menggambarkan mereka?

Yang jelas memang adanya penulisan tentang mereka (sifat arif, fana’ dll)baru dilakukan oleh ulama setelah nabi. Semua perihal tentang mereka (sahabat)? dan para ahli tasawuf di masa nabi baru ditulis oleh para Tabi’in. Memang kenyatannya banyak sekali perihal-perihal tersebut baru dibukukan oleh orang-orang kekinian.

Memang istilah-istilah yang demikian belum ada sejak zaman para shohabat sehinggga istilah baqo’ dan Al Arif billah yang sebenarnya telah dilakukan semenjak zaman dahulu baru muncul pada zaman berikutnya.

BACA JUGA :  Cahaya Tentara Allah

Lalu apakah isyarah itu?

Isyarah adalah mengambil rahasia-rahasia tauhid dari kejadian-kejadian alam semesta.

Seorang yang arif sudah tidak membutuhkan lagi terhadap isyaroh. Al Arif Al Kamil sudah tidak butuh lagi terhadap isyaroh. Misalnya anda mengalami suatu musibah, seperti sakit misalnya. Satu waktu anda akan ingat sifat Jamal Allah dan di waktu yang lain anda ingat akan sifat Jalal Allah. ketika anda ingat akan sifat Jamal Allah sementara anda sedang sakit maka yang akan anda fikirkan adalah bahwa cobaan sakit anda tersebut suatu saat akan membawakan kebahagiaan. Sementara saat anda ingat akan sifat Jalal Allah maka yang ada difikiran anda adalah penyesalan terhadap dosa karena sakit yang anda derita akan anda kira sebagai hukuman atas segala dosa yang telah anda lakukan dan tentunya dengan sakit tersebut kemudian anda mengira bahwa nantinya sakit anda tersebut akan dapat melebur dosa-dosa anda. Yang demikian ini adalah suatu bukti bahwa seseorang belum bisa mencapai pada derajat Al Arif lantaran masih membutuhkan terhadap adanya isyaroh.

Misalnya lagi seseorang berkata "Nanti kalau saya dicoba dengan suatu musibah oleh Allah maka akan mendapatkan ini kemudian kalau dicoba begini maka akan mendapatkan itu" dan seterusnya. Kemudian apakah hal ini berfaedah atau tidak? Dan seterusnya yang demikian ini sudah tidak lagi menjadi dambaan bagi seorang Al Arif akan tetapi yang terpenting adalah ridlo Allah. Sehingga ketika nabi akan segera meninggalkan dunia untuk mengikuti panggilan sakarotul maut beliau berucap

? ?§?„?„?‡?… ?¨?§?„?±?????‚ ?§?„?£?¹?„?‰, ?§?„?„?‡?… ?¨?§?„?±?????‚ ?§?„?£?¹?„?‰

Kemudian sayyidina muadz ketika maut menjemput beliau berucap :

?£?®?†?‚?†?? ?®?†?‚?§???ƒ ???ˆ?²?¹???ƒ ?¥?†?ƒ ?„???¹?„?… ?£?† ?‚?„?¨?? ???­?¨?ƒ

Demikian pula cerita yang dialami oleh Imron bin Husain beliau sakit selama 30 tahun. Selama itu beliau tiduran di lantai lantaran?  lumpuh, badan beliau tinggal tulang belulang. Kurus sekali akan tetapi wajahnya selalu senyum. Suatu hari ketika Ala’ (saudaranya) berkunjung ke kediaman beliau, Ala" menangis. Kemudian ditanya oleh Imron r.a "Kenapa engkau menangis wahai saudaraku? Kemudian Ala’ menjawab : "Aku menangis karena melihat kondisi engkau". Kemudian Imron berkata : "Janganlah menangis karena apapun yang dicintai Allah adalah hal yang aku cintai."

Demikianlah keteguhan hati para shofwah yang telah tidak butuh lagi terhadap isyaroh.

Artikulli paraprakTANDA-TANDA KIAMAT
Artikulli tjetërWANITA DAN HAK- HAK SIPIL

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini