ppalanwar.com – Dimasa pandemi seperti sekarang, adalah masa yang pelik dan juga penuh persaingan, terutama dalam masalah ekonomi, wajar saja bila banyak orang melakukan hal-hal yang perlu diluruskan kebenerannya dalam perspektif syariat Islam, seperti datang pada orang pintar. Dan orang pintar tersebut pastinya juga ingin mendapatkan keuntungan atas kiprahnya dengan memberikan suatu amalan tertentu seperti membaca surah yasin, puasa ngrowot dll., pada pelanggannya. Orang pintar tersebut memberikan amalan-amalan tertentu sehingga menjadikan sesuatu yang umumnya tidak terjadi bisa terjadi, seperti bisa menjadikan usahanya lancar, bisa menjadikan orang suka padanya, bisa mendatangkan rizki dengan tanpa bekerja dan lain sebagainya. Dan untuk mendapatkan hasil maksimal pelanggan harus yakin atas pemaparan orang pintar tersebut.
Pertanyaan:
Bagaimana pandangan fikih mengenai paparan orang pintar sebagaimana deskripsi diatas, dan bagaimana hukum mengamalkannya?
Jawaban:
Paparan orang pintar diatas dan mengamalkannya dibenarkan dengan syarat;
- Amalan-amalan yang diberikan tidak bertentangan dengan syariat.
- Orang yang melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah mutasyarri’ (orang yang taat agama).
- Tidak berdampak mafsadah (kerusakan) baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
- Pemaparannya tidak mengada-ada (klenik, tahayyul, mitos).
- Amalan yang diberikan berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Tidak ada unsur dakwa bilghaib (memastikan sesuatu yang belum terjadi).
- Dari pengamal meyakini bahwa al-mu’atstsir (memberikan hasil) hanyalah Allah semata, manusia hanya mampu berusaha.
- Pemapar (dukun) tidak bertujuan dunia semata.
سبعة كتب مفيدة للشيخ السيد علوى بن احمد السقاف ما نصه :
ثم التحقيق أن يقال إن كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا فى كامل ما يأتي ويذر وكان من يستعين به من الأرواح الخيرة وكانت عزائمه لا تخالف الشرع وليس فيما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعي على أحد وليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام إن تعلمه ليعمل به بل يكفر ان اعتقد حل ذلك فإن تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه .
Sayyid Alawi bin Ahmad Assegaf mengatakan bahwa boleh bagi kita meminta bantuan kepada arwah orang yang sudah meninggal untuk melancarkan usahanya dengan melakukan amalan-amalan tertentu dengan syarat; Satu, orang yang melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah mutasyarri’ (orang yang taat agama). Dua, arwah yang dijadikan sebagai perantara adalah orang-orang yang shaleh. Tiga, amalan yang dilakukan tidak bertentangan dengan syariat. Empat, tidak menimbulkan dloror (bahaya) kepada siapapun. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi maka diperbolehkan.
هامش بغية المسترشدين، ص 206، مانصه:
(مسئلة) اذا سئل رجل آخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج الى جواب لان الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله وذكر ابن الفركاح عن الشافعى انه ان كان المنجم يقول ويعتقد انه لايؤثر الا الله ولكن اجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا والمؤثر هو الله عز وجل، فهذا عندى لابأس به وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات. اهـ
Mendatangi Orang Pintar
Ibnul Farkah meriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwasanya, jika al-munajjim (peramal) mengatakan, “Sesungguhnya hanya Allah swt, yang bisa menentukan dan memberikan hasilnya” maka menurutku mendatangi peramal tersebut diperbolehkan.”
Tolong mind kalau bisa hasil Bahtsul Masail nadwah fiqhiyah maulid kemaren ditampilkan untuk menambah khasanah keilmuan
insya allah akan kami posting