Deskripsi Masalah
Di zaman yang serba kompleks seperti sekarang ini, membuat banyak hal-hal yang dulu tidak ditemui di masa kecil pendahulu kita namun dengan sangat mudah bisa ditemui oleh anak zaman sekarang. Seperti mainan anak-anak. Contoh permainan alat musik seperti piano, gitar dll, gadget, laptop, tablet dll. Sebenarnya di masa kecil pendahulu kita sudah ada teknologi telepon, namun belum secanggih telepon zaman sekarang. Mereka hanya bisa membuat mainan telepon yang terbuat dari kaleng yang kabelnya menggunakan benang.
Di zaman dahulu anak kecil sangatlah tabu dengan alat musik, tapi untuk anak sekarang hal itu tidak tabu lagi karena di zaman seperti ini anak kecil sudah disuguhkan dengan mainan gitar kids, piano kids, dll. Jadi, tidak kaget jika sekarang bahkan ada kontes nyanyi yang terkenal dengan sebutan “Voice kids”.
Pertanyaan:
- Bagaimanakah hukum orang tua memberi anak alat-alat musik seperti piano, dan gitar kids?
- Bagaimanakah hukum orang tua memberi anak fasilitas gadget seperti laptop, tablet dll?
- Apa batasan permainan yang dilegalkan menurut syara’?
Uraian Jawaban:
Hukum Alat Musik
Pada dasarnya setiap alat musik yang dapat menyebabkan kelalaian dan lupa kepada Allah maka hukumnya adalah haram. Syekh Abil Faidh az-Zabidi dalam kitabnya yang bertajuk “Ithafus Sadah Syarah Ihya Ulumiddin” mengatakan “Alat musik itu diharamkan karena di dalamnya bisa menghalangi dzikir pada Allah SWT, lalai pada sholat, bisa menghilangkan taqwa dan cenderung pada hawa nafsu dan terlena atas kemaksiatan”
إتحاف السادة المتقين الجزء السادس صحيفة 501 ما نصه :
ومنها ألة اللهو المحرمة كاالطبنور والرباب والمزمار وجميع المزامير والشباة من جملتها، وإنما حرمت هذه الأشياء لما فيها من الصد عن ذكر الله وعن الصلاة ومفارقة التقوى والميل إلى الهوى والانغماس في المعاصي.
Adapun untuk gitar dan piano diharamkan karena ada nash hadist tentang larangan gitar dan termasuk syiar orang orang fasik. Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Hawi Kabir mengatakan termasuk alat musik yang diharamkan adalah Kecapi/gitar, tanboor, gendang, dan seruling. Pendapat tersebut berdasarkan hadist Rasulullah SAW
عن عبد الله بن عمر ، أن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : ” إن الله حرم على أمتي الخمر ، والميسر ، والمزر ، والكوبة ، والمزامير ، والقنين
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW berkata: Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar, judi, minuman keras, gendang, seruling dan gitar atas umatku.
Imam Al-Ghazali mengatakan, Alat musik seperti seruling dan gitar diharamkan karena didalamnya merupakan bagian dari syiar orang-orang yang buruk. (Ihya’ Ulumiddin, 2/276)
- الحاوى الكبير الماوردى ج : 17 ص : 192
القول في الملاهي فصل : وأما الملاهي فعلى ثلاثة أضرب : حرام ، ومكروه ، وحلال
فأما الحرام من الملاهي : فالعود ، والطنبور ، والمعزفة ، والطبل ، والمزمار ، وما ألهى بصوت مطرب إذا انفرد وروى عبد الله بن عمر ، أن النبي {صلى الله عليه وسلم} ، قال : ” إن الله حرم على أمتي الخمر ، والميسر ، والمزر ، والكوبة ، والمزامير ، والقنين ” . فالميسر : القمار ، والمزر : نبيذ الذرة ، والكوبة : الطبل ، والقنين : البربط ، ولأنها تلهي عن ذكر الله تعالى وعن الصلاة كالشراب .وكان بعض أصحابنا يخص العود من بينها ولا يحرمه ، لأنه موضوع على حركات نفسانية تنفي الهم ، وتقوي الهمة وتزيد في النشاط وهذا لا وجه له ، لأنه أكثر الملاهي طربا ، وأشغلها عن ذكر الله تعالى وعن الصلاة ، وإن تميز به الأماثل عن الأراذل . وأما المكروه من الملاهي : فما زاد به الغناء طربا ، ولم يكن بانفراده مطربا ، كالفسح ، والقضيب ، فيكره مع الغناء لزيادة إطرابه ، ولا يكره إذا انفرد لعدم إطرابه وأما المباح من الملاهي : فما خرج عن آلة الإطراب ، إما إلى إنذار كالبوق ، وطبل الحرب أو لمجمع وإعلان كالدف في النكاح ، كما قال صلوات الله عليه وسلامه : ” أعلنوا هذا النكاح واضربوا عليه بالدف ” . واختلف أصحابنا هل ضرب الدف على النكاح عام في كل البلدان والأزمان ؟ فعم بعضهم لإطلاقه ، وخص بعضهم في البلدان التي لا يتناكر أهلها في المناكح ، كالقرى والبوادي ، ويكره في غيرها ، في مثل زماننا ، لأنه قد عدل به إلى السخف والسفاهة . فأما الشبابة : فهي في الأمصار مكروهة ، لأنها مستعملة فيها للسخف والسفاهة ، وهي في الأسفار والرعاة مباحة ، لأنها تحث على السير وتجمع البهائم إذا سرحت.
Hukum Bermain Gadget Bagi Anak
Selain memberikan pelajaran yang bersifat edukatif bagi anaknya, sebagai orang tua juga harus memperhatikan kesenangan anak-anaknya. Sebagai contoh memberikan fasilitas mainan yang bersifat positif kepada anak-anak. Dalam hal ini, orang tua tidak boleh hukumnya memberikan fasilitas smartphone atau sejenisnya kepada anak dibawah umur karena sangat berpotensi menimbulkan madharat dan mafsadat (merusak kesehatan, moral dll).
Akan tetapi jika anak tersebut sangat taat pada orang tua dan ada pengawasan ekstra ketat maka memfasilitasi anak dengan smartphone hukumnya diperbolehkan. Dan tentunya hal ini sangat langka.
Kendati demikian, orang tua tidak boleh lengah. Orang tua tetap berkewajiban mengontrol, mengarahkan, dan mengawasinya sebagai upaya agar anak dapat terhindar dari dampak negatifnya.
Berkaitan dengan ini, imam Al-Ghazali menjelaskan ;
وَيَنْبَغِي أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ بَعْدَ الِانْصِرَافِ مِنِ الْكُتَّابِ أَنْ يَلْعَبَ لَعِبًا جَمِيلًا يَسْتَرِيحُ إِلَيْهِ مِنْ تَعَبِ الْمَكْتَبِ بِحَيْثُ لاَ يَتْعَبُ فِيْ الَّلعْبِ
“Hendaklah bagi orang tua mengizinkan anaknya setelah pulang dari sekolah untuk bermain dengan media permainan positif sehingga anaknya dapat beristirahat dari kejenuhan belajarnya namun tidak sampai berlebihan dalam bermain.” (Lihat: Ihya’ Ulum ad-Din, III/73)
Selain itu orang tua harus memiliki dugaan kuat bahwa sang anak dapat menggunakannya dengan baik serta tidak menyalahgunakan smartphone atau sejenisnya untuk hal-hal yang negatif dan tidak bermanfaat (Lihat : Bughyah al-Mustarsyidin, hlm. 260)
Syekh Husein al-Halimi menegaskan:
وَأَمَّا الصِّبْيَانُ فَكُلُّ لَعْبٍ اشْتَغَلُوْا بِهِ مِمَّا لَا يُخْشٰى عَلَيْهِمْ ضَرَرٌ فِي الْعَاجِلِ وَالْآجِلِ وَيُظَنُّ أَنَّ فِيْهِ لَهُمُ انْشِرَاحُ صَدْرٍ وَتَفَرُّجُ قَلْبٍ فَإِنَّهُمْ لَا يُمْنَعُوْنَ عَنْهُ بِالْاِطْلَاقِ
“Adapun bagi anak kecil, jika suatu permainan dapat menyibukkan mereka dari perkara yang membahayakan dan tidak dikhawatirkan adanya dampak negatif di masa sekarang maupun masa mendatang serta ada potensi menjadikan mereka lapang hati maka mereka tidak bisa dihalangi untuk memainkannya.” (Lihat: Al-Minhaj fi Syu’ab al-Iman, III/97)
Permainan Yang Dilegalkan Menurut Syariat
Adalah permainan yang memiliki manfaat bagi jasmani, ada unsur mendidik, tidak ada nash yang mengharamkan, tidak termasuk syiar orang-orang fasik dan tidak menimbulkan mafsadah dan madharat. Syekh Wahbah Az-Zuhaili mengatakan “setiap permainan yang memberikan dampak positif maka hukumnya mubah (boleh). Sedangkan setiap permainan yang berdampak negatif maka hukumnya haram. (Lihat : Al fiqhul Islami wa Adillatuhu juz 4 hal. 215)
Sedangkan dalam kitab yang bertajuk Al Fiqhul Manhaji, hukum permainan dibagi menjadi tiga. Makruh ketika tidak memberikan dampak positif ataupun negatif. Boleh bahkan bisa sunnah ketika memberikan dampak positif dan haram ketika memberikan dampak negatif.
Referensi:
- الفقه الإسلامي وأدلته – (ج 4 / ص 215)
ضابط ما يجوز وما يحرم من اللهو واللعب عند الشافعية :
الضابط المميز للهو واللعب عند الشافعية: هو أن كل ما يترك أثراً نافعاً فهو مباح، وكل ما يترك أثراً ضاراً فهو حرام. وأساس التفرقة في أنواع اللعب: هو أن ما يقوم على تشغيل الذهن وتحريك الفكر كالشطرنج فهو مكروه، وكل ما يقوم على المصادفة وحجب الفكر والعقل كالنرد فهو حرام.
- الفقه المنهجي – (8 / 144)
حكم كل صنف من هذه الأصناف ـ أما الصنف الأول : وهو ما لا يترك أثراً في الحياة نافعاً أو ضاراً ، فهو مكروه : كالاسترسال في المجالس التي يشيع فيها المزاح والفكاهات التي لا فائدة منها ، بحيث ينقضي الوقت فيها دون فائدة.
ـ وأما الصنف الثاني : وهو ما يعقب أثاراً ضارة في النفس والمجتمع ، فهو محرم ، ولا يجوز تعاطيه مقاله : الصنف الأول ذاته ، إذا زاد استرسال الإنسان فيه ، بحيث أصبح يفوت عليه واجباته ، من عبادات مفروضة ، أو سعي من أجل المعيشة ، أو يوجد في طبيعة سيئة : كالكذب ، والتهاون في علاقاته الأخلاقية مع الناس.
ومثاله أيضاً : مجالس الغناء المقرونة بالمعازف والآلات المحرمة ، أو المقرونة بنساء ، أو غلمان.
ـ وأما الصنف الثالث : وهو ما أعقب فائدة للنفس والمجتمع ، فهو مباح وقد يسمو إلي درجة الاستحباب ، حسب مدي أهمية الفائدة الناجمة عنه .
مثاله : ما ذكرناه من السباق والرمي ، والألعاب المفيدة للحرب ولغيرها مما يعتد به في ميزان الحكم الإنساني .