إذا رأيت عبداً أقامه الله تعالى بوجود الأوراد وأدامه عليها مع طول الإمداد فلا تستحقرن ما منحه مولاك لأنك لم تر عليه سيما العارفين ولا بهجة المحبين . فلولا وارد ما كان ورد

Jika kau melihat seorang yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya, sampai lama tidak juga menerima karunia (keistimewaan) dari Allah, maka jangan kau remehkan pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Allah, sebab sekiranya tidak ada warid (karunia Allah), maka tidak mungkin adanya wirid.

         Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Allah ada dua macam : Abraar dan Muqarrabin. Adapun hamba yang muqarrabin itu, maka mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan dunia, yang hanya sibuk menunaikan ibadat kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhaan Allah semata-mata, dan mereka ini yang disebut aarifin, muhibbin. Adapun orang Abraar, mereka yang masih merasa banyak kepentingan di dunia, di samping kewajiban- kewajiban taat ibadat kepada Allah, dan mereka yang dinamakan orang zah d aabid, dan masing-masing mendapat karunia sendiri – sendiri didalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah ta’ala.

         Sebenarnya seorang yang mendapat taufiq hidayat dari Allah sehingga istiqamah dalam menjalankan suatu wirid (kelakuan taat/ ibadat), berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia berarti telah diberi kunci oleh Allah untuk membuka dan menghasilkan lain-lain karunia kebesaran dari Allah.

      Wirid adalah amalan yang dilakukan secara rutin untuk Allah, seperti banyak melakukan shalat sunnah, berpuasa senin-kamis, banyak berdzikir, membaca al-Qur’an menggali ilmu dan hikmahnya. Wirid adalah karunia tersendiri  dan keistimewaan yang datang di hati dari Allah.

BACA JUGA :  HIKMAH 71 : AKHIRAT ADALAH TEMPAT PEMBALASAN

         Bukan saja orang taat beribadah saja yang tidak boleh diremehkan, orang mukmin yang ahli maksiat pun tidak boleh dihina. Sebab orang yang beriman itu walau maksiat  masih ada cahaya keimanan di hatinya. Menurut imam As-Syadizli, cahaya keimanan itu membawanya masuk surga. Bila mukmin bermaksiat tidak boleh dihina, lebih-lebih mukmin yang taat.  

         Jelasnya, jangan menghina seorang muslim yang taat beribadah kepada Allah. Sebab orang muslim yang taat beribadah pada Allah tersebut mempunyai kelebihan dan keistimewaan berupa rutin melakukan ibadah tersebut. Itu merupakan tanda bahwa orang tersebut mendapat inayah, hidayah dan taufiq dari Allah.

            Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًاۙ

Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. (An-Nur/24:21)

Ayat ini menegaskan bahwa seorang yang bersih dan taat beribadah itu sebab ada keistimewaan dari Allah yang berupa fadl  dan rahmat-Nya.

وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا

Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu). (An-Nisa’/4:83)

          Ayat di atas menyatakan bahwa hanya dengan karunia dan rahmat-Nya kita bisa melakukan amal ketaatan, tidak terjerumus mengikuti bisikan syaiton. Kebaikan ini bermula dari Allah, sebab Allah mencintai mereka, maka mereka menjadi cinta kepada Allah. Dan karena Allah memberi taubat, maka mereka bertaubat.

          Demikian, semoga kita bisa menjaga wirid kita,…Amiin.

 

Artikulli paraprakHUKUM MEMFASILITASI PIANO KIDS, GITAR KIDS DAN SMARTHPHONE BAGI ANAK-ANAK
Artikulli tjetërKEISTIMEWAAN BULAN MUHARRAM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini