رُبَّمَا كُنْتَ مُسِيئًا فَأَرَاكَ الْإِحْسَانَ مِنْكَ صُحْبَتُكَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْوَأُ حَالًا مِنْكَ
“Seringkali kamu merasa menjadi orang buruk, kemudian ketika kamu berteman dengan orang yang lebih buruk darimu maka hal itu memperlihatkan kepadamu kebaikan dirimu.”
Persahabatan adalah pondasi yang kuat dari ikatan sebuah kaum dan pondasi yang akan menimbulkan banyak sekali manfaat dan faedah. Persahabatan ada sejak dulu hingga sekarang dan masa yang akan datang, Persahabatan atau pertemanan juga diartikan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial.
Seseorang yang berwatak buruk lalu dia berteman dengan orang yang berwatak buruk juga maka dia akan merasa menjadi orang yang baik dengan cara melihat kebaikan pada diri sendiri dan melihat keburukan pada orang lain karena nafsu itu menunjukan keutamaan pada diri sendiri dan menunjukan kekurangan pada orang lain seperti ketika nafsu menutupi aib seseorang dan memperjelas sifat kesempurnaanya maka dia akan khusnudzon pada diri sendiri dan takjub atas amal ibadahnya sendiri, dan itu semua adalah awal dari keburukan. Adapun berteman dengan dengan orang yang lebih baik darimu akan menjadikanmu tidak melihat dirimu kecuali dalam keadaan hina dan itu awal dari kebaikan yang banyak karena akan membuat diri sendiri malu untuk mengulangi atas keburukan yang telah dikerjakannya. Oleh karana itu kita sangat dianjurkan untuk mencari teman yang baik karena watak seseorang itu mencuri watak orang lain atau bisa diartikan tertular seperti sabda nabi SAW tentang persahabatan:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)
Ikatan persahabatan dengan orang yang baik akan menuntun pada perkara yang baik pula, dan berteman dengan orang yang buruk akan mununtun pada perkara yang buruk juga. maka kita sangat dianjurkan mencari teman yang baik. selain itu kita juga dianjurkan berteman dengan orang yang tinggkahnya membangkitkan semangat kita dan ucapannya bisa menggingatkan kita pada tuhan kita seperti yang terkandung dalam hikmah sebelumnya
Berkaitan dengan hal ini, Imam Abu al-Hasan as-Syadzili pernah meminta nasehat kepada temannya, kemudian dijawab:
لَا تَنْقُلْ قَدَمَيْكَ إِلَّا حَيْثُ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَلَا تَجْلِسْ إِلَّا حَيْثُ تَأْمَنُ غَالِبًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ وَلَا تَصْطَفِ لِنَفْسِكَ إِلَّا مَنْ تَزْدَادُ بِهِ يَقِينًا وَقَلِيلٌ مَا هُمْ.
“Jangan pindah kedua telapak kakimu kecuali pada tempat yang di situ kamu mengharap pahala dari Allah; jangan duduk kecuali di tempat yang di situ kamu berkemungkinan besar selamat dari maksiat terhadap Allah; dan jangan pilih (teman) bagi dirimu kecuali orang yang menambah keyakinanmu. Namun mereka sangat sedikit.”
Dengan demikian kita seharusnya memlih siapa saja yang akan menjadi teman kita agar kita tidak tertular dengan sifat buruknya jika mereka mempunyai sifat buruk. Lalu pertemanan kita dengan orang- orang yang punya sifat buruk tadi bagaimana? maka hal semacam ini sudah masuk dalam ranah dakwah yaitu mengajak mereka untuk melalui jalan yang benar atau jalan yang diridhoi Allah, dan dengan sangat berhati-hati agar kita tidak tertular sifat buruk mereka.
Dalam metode dakwah Islami, sama sekali tak ada anjuran Anda harus ikut sifat buruk mereka. kita seharusnya jadi diri sendiri. Aturan yang ada dalam dakwah Islami adalah kita hanya berkewajiban untuk menasehati, mengajak diskusi dan menuntun mereka. Seperti ketika kamu melihat temanmu lagi melakukan maksiat seperti berpacaran atau yanglain maka yang harus kamu lakukan adalah menegornya. Tapi bila ternyata teman Anda masih tak mau tobat dari berbuatan buruknya jalan keluarnyaa adalah selau menasehatinya Satu nasehat tak mampu maka 2 kali nesehat, dan jika masih tidak mampu maka 3 kali dan seterusnya. Sebab nasehat baik adalah cara paling ampuh, selain itu juga harus selalu mendoakan mereka. Nasehatilah mereka dengan baik, karena itu anjuran agama Islam.