Kang santri yang satu ini lahir di kota Jombang, 2 februari 1982. Namanya adalah Muhammad Abil Fadhal atau lebih akrab disapa Mbah Ndhol atau Kang Fadhal. Safari pendidikan beliau bermula di bangku SMA Wahid Hasyim Tebu Ireng, kemudian dilanjutkan di Universitas IKH (Institut Keislaman Hasyim Asy’ari) yang sekarang bernama UNHAS (Universitas Hasyim Asy’ari). Sambil menyelam minum air, Mbah Ndhol ketika itu juga nyantri di pesantren Mambaul Khairat asuhan KH. Fauzan Kamal. Kemudian Mbah Ndhol lulus menjadi sarjana pada tahun 2005. Setelah itu, beliau hijrah ke pondok pesantren Al-Anwar.
Nyantri di PP Al-Anwar Mbah Ndhol duduk di bangku muhadhoroh tingkat SP (kelas persiapan menuju jenjang pertama Muhadhoroh), usia Mbah Ndhol pada waktu itu sudah menginjak seperempat abad. Beliau aktif mengikuti sejumlah kegiatan di pondok seperti belajar, musyawarah dan muhafadhah. Tapi, dalam pengembaraan tholabul ilmi ini Mbah Ndhol pernah mengulang kelas 4 Muhadharah selama dua tahun karena Mbah Ndhol masih merasa belum puas dengan pelajaran Nahwu di tingkat tersebut.
Sebenarnya, secara psikologi Mbah Ndhol dihadapkan oleh perkara yang dilematis karena mempertimbangkan profesi, umur, teman dan lingkungan. Ini dikarenakan mayoritas teman-teman sekelas Mbah Ndhol banyak yang usianya masih kanak-kanak. Oleh karena itu Mbah Ndhol perlu beradaptasi cukup lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru itu. Namun, hal ini tidak mematahkan semangatnya karena menurut Mbah Ndhol umur itu tidak menjadi penghalang, yang paling penting adalah belajar dan mengamalkan syari’at islam.
Menurut Mbah Ndhol bekal untuk mendalami ilmu agama di dunia formal itu masih minim dan terkesan kalah dengan ilmu umum. Oleh karena itu, Mbah Ndhol melakukan terobosan untuk mencari sebuah pembahasan pendidikan agama yang murni salaf di PP Al Anwar. Beliau ingin memadukan ilmu-ilmu umum dan juga menanamkan dasar pendidikan salaf. “ ini sangat penting, tapi yang lebih penting pendidikan salaf itu harus yang lebih dominan dan yang lain hanyalah sebagai pelengkap “. Seperti pesan syaikhina Maimoen Zubair “Dadi wong santri kudu ngerti ngono ngene”. Ujar Mbh Ndhol.
Mbah Ndhol berkata bahwa di zaman sekarang ini banyak sekali perubahan. Perubahan dekadensi moral, filsafat dan perubahan modern. Mbah Ndhol mengajak kita semua agar lebih semangat belajar dan berkhidmah mencari sebuah mutiara. “Mutiara apa? Mutiaranya adalah barokah, umum itu nggak ada berkah-berkahan yang ada hanya pinter-pinteran. Jadi santri itu tidak boleh pesimis, andaikan pesimis maka tujuan mulia di pondok itu harus dipertanyakan”. Ulas Mbah Ndhol. (Ard)
Sumber : Mading Khos AS PP. Al-Anwar