A. Perjuangan para kiai untuk kemerdekaan Indonesia
Setiap tanggal 17 agustus bangsa indonesia merayakan kemedekaannya, bendera merah putih banyak dikibarkan di berbagai tempat, mengiatkan kita tentang perjuang bangsa ini untuk merebut kemerdekaan yang telah dirampas oleh para penjajah selam 350 tahun. Kemerdekaan diraih dengan cucuran air mata dan tumpah darah dari para pejuang.
Salah satu diantara para pejuang bangsa ini, yang membela mati-matian demi mewujudkan kemerdekaan adalah mereka dari para golongan pesantren yaitu para ulama, kiai, santri. Sejarah mencatat bahwa ulama, kiai, santri, ikut andil dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa ini, hal ini di karenakan dunia pesantren pada saat itu mempunyai pengaruh besar terhadap pola fikir masyarakat Indonesia. Dengan begitu banyak masyarakat yang bersatu dan bergabung melawan para penjajah. Para ulama berjuang mengangkat senjata bersama rakyat demi berjuang melawan penjajah.
Mereka begitu dihormati dan sangat dekat dengan rakyat maka tidak sulit bagi mereka untuk mengajak rakyat agar tebebas dari penjajahan. Banyak dari para ulama yang menjadi pemimpin perlawanan mengusir penjajah di Indonesia, seperti K.H. Hasyim asy’ari, K.H. zubair dahlan, K.H.as’ad syamsul arifin. Oleh karena itu, tidak sulit bagi mereka untuk menyatukan komando dan membuat laskar-2 untuk memerangi para penjajah. Seperti hizbullah, sabillilah, mujahidin dan lain sebagainya.
Para ulama menjadikan pesantren sebagai markas dan tempat perlindungan bagi para tentara pejuang. di pesantrenlah para pejuang menghimpun kekuatan dan menyusun strategi penyerangan. Kegigihan para ulama untuk melakukan jihad tak lepas dari konsep jihad yang mereka pegang yang diajarkan di pesantren.
Penjajah orang dzalim yang telah merampas kedaulatan umat islam. Serat ingin menghancurkan agama islam, jadi memerangi penjajah termasuk jihad,dan wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya, demi menjaga agama serta kesatuan dan persatuan bangsa ini.
Kini penjajah telah terusir dari bumi tercinta Indonesia, perjuangan belum berhenti, semangat yang ulama kobarkan dulu masih tertanam dalam dada generasi sekarang, hanya saja sudah tak lagi berbentuk fisik, akan tetapi lebih kepada usaha untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dengan hal yang sesuai cita-cita para ulama yang telah berjuang dulu.
Para ulama sebagai perintis pelopor dan pengawal terdepan dalam memperjuangan kemerdekaan bangsa indonesia ini, terbukti dengan adanya penempatan patung diponegoro yang sedang memacu kuda di depan monument nasional yang melambangkan perjuan para ulama. Nama mereka telah tercatat dengan tinta emas sebagai seorang syuhada, maka tidak berlebihan jika dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan kemerdekaan ini adalah rohmat allah, “ atas berkat rahmat allah yang maha kuasa, dan dengan didorong oleh keinginan lihur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka dengan ini menyatakan kemerdekaanya”. Kemerdekaan Indonesia pada hari ini yang telah mencapai usia tujuh puluh enam tahun adalah warisan para ulama yang mesti dijaga dengan baik.
B. Keterkaitan kemerdekaan indonesia dengan umat islam
Kemerdekaan Indonesia terjadi pada hari jum’at legi tanggal tujuh belas Agustus 1945, yang bertepatan dengan tanggal delapan Ramadlan 1364. Angka tujuh belas juga tidak terpisahkan dari lambang negara Indonesia, yaitu burung garuda. Dalam lambang tersebut masing-masing dari sayap garuda berjumlah tujuh belas. Yang artinya Tujuh belas pertama adalah tanggal proklamasi kemerdekaan, sementara tujuh belas kedua isyaroh pada sumpah pemuda. Karena jarak antara sumpah pemuda (1928) dan hari kemerdekaan Indonesia (1945) berjumlah tujuh belas.
Hidup nasiaonalis bagi warga muslim di Indonesia juga tercermin dalam pelaksanaan salat. Hal tersebut bisa terjadi karena di dalam salat itu ada bilangan yang sesuai dengan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus ’45 (17-8-’45). Semua bilangan ini ada dalam salat fardlu yang selalu dilaksanakan umat Islam. Angka tujuh belas merupakan bilangan rakaat salat wajib lima waktu dan jumlah rukun dalam salat. Angka delapan adalah anggota sujud yang wajib menempel pada tempat bersujud (Anggota yang dimaksud adalah dahi, dua telapak tangan, dua lutut dan dua ujung jari kaki. Namun menurut Syaikhunā Maimoen ketujuh anggota ini perlu ditambah satu yaitu hati. Oleh karena itu beliau menyebutkan ada delapan.).
Sedangkan angka ’45 menunjukkan kalau orang Islam harus membaca dua kalimat syahadat di waktu malam hari sebanyak empat kali (pada salat Maghrib dua kali dan Isya dua kali) dan siang hari sebanyak lima kali (pada salat Subuh sekali, dzuhur dua kali dan Ashar dua kali).
Dari keterangan diatas Syaikhunā Maimoen mengungkapkan bahwa orang kalau tidak mengetahui 17-8-’45 maka salatnya tidak sah, dan beliau menyatakan kalau semua orang haruslah tahu angka tersebut hal ini beliau ungkapkan dalam bahasa Arab:
لمن صلى أن تكون صلاته صحيحة إذا عرف رقم سبعة عشر وثمانية وخمسة وأربعين
Tujuh belas dan delapan merupakan angka keramat. Dua angka ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjalanan Kanjeng Nabi Muhammah. Menurut Syaikhunā, Nuzulul Qur’an, atau waktu turunnya Al-Qur’an terjadi pada tanggal tujuh belas Ramadlan yang bertepatan dengan tanggal delapan Agustus. Begitu juga, kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal tujuh belas Agustus 1945, yang bertepatan dengan tanggal delapan Ramadlan.
Berbicara angka sembilan, negara Indonesia juga tidak lepas dari angka sembilan. Tahun kemerdekaan (Empat lima) jika dijumlahkan hasilnya sembilan. Jika kita telaah lebih dalam hari kemerdekaan Indonesia yakni, 17 Agustus 1945 itu memiliki makna yang luar biasa.
C. Bersinerginya antara ulama dan pemerintah demi menjaga NKRI
Islam di Indonesia merupakan Islam yang bisa dibuat contoh pada zaman seperti sekarang, yakni zaman yang banyak terpengaruh Islam Radikalis. akan tetapi Islam di Indonesia sudah sedikit terpengaruh oleh Islam Radikalis tersebut. Syaikhunā Maimoen berpesan bahwa dalam rangka menjaga Islam di Indonesia dari pengaruh Radikalisme kita wajib menjaga persatuan yang ada di Indonesia yaitu persatuan antara ulama dan pemerintah. Pesan Syaikhunā Maimoen tersebut senada dengan hadit Rosulullah :
صنفان إذا صلُحا صلُحت الأمة و إذا فسدا فسدت الأمة ألا وهما العلماء و الأمراء
Dua golongan manusia, jika keduanya baik maka semua umat manusia juga
akan baik, dan apabila keduanya rusak maka semua umat manusia juga akan rusak, dua
golongan tersebut adalah Ulama dan Pemerintah
Dua golongan tersebut merupakan unsur yang harus selalu bersinergi dalam mengatasi segala permasalahan umat, dengan perantara dua golongan ini segala bentuk kesulitan umat manusia dapat ditangani, dengan bimbingan agama dari para ulama dan pengarahan umaro menuju jalan kemakmuran.
Banyak para ulama yang mengambil sikap untuk menjaga jarak dengan pemerintah. Namun keputusan seperti ini tidak bisa disalahkan. Namun demikian, diantara para ulama banyak yang mengambil sikap untuk mendekat kepada pemerintah, karena mereka tahu, bahwa pemimpin juga manusia yang tak luput dari salah yang harus diberikan arahan atau petunjuk sesuai syariat agama. Terlebih pemerintah merupakan waliyul amri yang mengatur urusan banyak orang. Oleh karenanya mereka juga butuh petunjuk dan pertimbangan dari para ulama untuk mempertimbangkan sikap yang akan mereka ambil, agar supaya mereka terarah kepada jalan yang benar. Keputusan inilah yang diambil oleh Syaikhunā Maimoen dalam menyeimbangkan antara ulama dan pemerintahan, karena apabila keseimbangan itu hilang, niscaya kerusakan hebat akan terjadi begitu saja.
Selain itu, Syaikhunā Maimoen juga terkenal dengan sesosok ulama kharismatik yang telah mencurahkan jiwa, raga dan fikiran beliau untuk menyebarkan ilmu hanya semata-mata untuk memuliakan islam dan menjunjung tinggi kalimatullāh.
والله اعلم