كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو الذي أظهر كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو ظهر بكل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو ظهر في كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو الذي في كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو الظاهر قبل وجود كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو أظهر من كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو الواحد الذي ليس معه شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو أقرب إليك من كل شيئ كيف يتصور أن يحجبه شيئ و لولاه ما كان وجود كل شيئ يا عجبا كيف يظهر الوجود في العدم أو كيف يثبت الحادث مع من له وصف القدم.
“Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling jelas (keberadaannya). Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling jelas (wujudnya), sebab menjadi wujudnya segala hal yang lain. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling tampak dari segala sesuatu. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang sudah wujud sebelum wujudnya hal yang lain. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling jelas wujudNya dibandingkan perkara yang lain. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat tunggal yang tidak memiliki sekutu. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling dekat denganmu dibandingkan perkara yang lain. Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang andaikan Ia tidak berkehendak maka tidak wujudlah segala sesuatu. Sungguh mengherankan bagaimana sifat wujud bisa diberikan pada perkara yang tidak ada atau bagaimana bisa ada sekutu untuk Dzat yang mempunyai sifat Qidam?”
Hikmah ini menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang sangat jelas wujudnya karena Ia adalah dzat yang menciptakan dan wujud sebelum adanya makhluk, akan tetapi ada sebagian orang yang beranggapan kalau perkara yang wujud adalah yang bisa kita lihat dengan mata, mereka berpendapat bahwa Allah tidak wujud sebab tidak bisa dilihat oleh mata, anggapan ini jelas sangat keliru karena makhluk bisa melihat bukan karena matanya, banyak orang buta, mereka juga punya mata akan tetapi mereka tidak bisa melihat, ia bisa melihat sebab Allah menciptakan Nurnya pada mata sehingga ia bisa melihat. Terkadang memang perkara itu kalau terlalu jelas justru membuatnya tidak terlihat, sebagaimana ada sebuah qoidah :
مِنْ شِدَّةِ الظُّهُوْرِ اْلـخَفَاءُ
“Suatu hal yang terlalu jelas, pada akhirnya menjadi tidak nampak”
Manusia tidaklah bisa melihat perkara yang terlalu jelas, contohnya mata, ia merupakan atribut manusia yang sangat jelas keberadaannya, akan tetapi apakah ada manusia yang bisa melihat matanya sendiri? Padahal ia sadar dan tahu bahwa ia bisa melihat karena adanya mata. Jadi Allah SWT adalah Dzat yang sangat jelas wujudnya, karena ia sangat jelas terkadang malah membuatnya tidak disadari wujudnya oleh makhluk, Allah SWT berfirman:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3) (سورة الحديد : 3)
Artinya : “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 3)
Allah bisa disifati dengan Ad-dhohir sebab Allah Adalah dzat yang niscaya keberadaannya, dan juga bisa disifati dengan Al-Bathin sebab Allah tidak bisa dilihat oleh mata.
Anehnya dengan segala aspek kepastian diatas, bagaimana bisa kita masih lupa kepada Allah ? Oleh karenanya para wali merasa heran dengan orang-orang yang lupa kepada Allah SWT. Padahal Ia adalah Dzat yang niscaya wujudnya, Dzat yang maha tunggal dan tiada sekutu bagiNya.
Syekh Ibnu Athoillah As-sakandari melanjutkan hikmahnya:
كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو الواحد الذي ليس معه شيئ
“Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat tunggal yang tidak memiliki sekutu”. Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11) (سورة الشورى : 11)
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Ash-Shura: 11)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) (سورة الاخلاص : 1)
Artinya : “Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlas : 1)
Makhluk-makhluk di muka bumi ini bisa wujud sebab diciptakan oleh Allah SWT, sebelumnya ia tidaklah wujud lalu Allah menciptakannya kemudian mengaturnya, Allah SWT berfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلـقَيُّومُ (255) (سورة البقرة : 255)
Artinya : “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Al-Baqarah : 255)
Allah SWT adalah dzat Al-qoyyum artinya Allah selalu mengawasi dan mengatur makhlukNya di seluruh alam semesta ini, oleh karena itu Allah WT menerangkan dalam Al-quran:
وَحَمَلْنَاهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ (13)تَـجْرِيْ بِاَعْيُنِنَا جَزَاۤءً لِّمَنْ كَانَ كُفِرَ (14) (القـمر : 13- 14)
Artinya : “Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku (13) Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh) (14)” (QS. Al-Qamar : 13-14)
Saat kamu naik perahu atau kendaraan yang lain maka hakikatnya yang membawamu adalah Allah SWT, perahu hanyalah benda yang terbuat dari kayu dan paku yang disusun, sedangkan ia tidak mungkin bisa mengalahkan kekuatan lautan yang begitu dahsyat, jadi yang membuatnya bisa melewati lautan adalah Allah SWT.
Contoh yang lain adalah anak kecil yang belum mampu untuk berdiri, ia bisa berdiri kalau dibantu oleh orang tuanya, andaikan orang tuanya melepaskannya maka ia pasti akan jatuh. Begitu juga alam ini, ia bisa berdiri kalau “dibantu” oleh Allah SWT, jika Allah berkehendak melepaskannya maka niscaya ia akan jatuh seperti anak kecil tadi.
Kemudian Syekh Ibnu Athoillah As-sakandari melanjutkan hikmahnya:
كيف يتصور أن يحجبه شيئ و هو أقرب إليك من كل شيئ
“Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang paling dekat denganmu dibandingkan perkara yang lain”. Allah SWT berfirman:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) (سورة ق : 16)
Artinya : “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf : 16)
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (4) (سورة الحديد : 4)
Artinya : “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 4)
Artinya Allah SWT tahu dengan segala gerak-gerik dan apapun tentang kita, ini adalah arti secara ta’wil yaitu madhabnya ulama kholaf, namun sebaiknya kita mengikuti ulama’ Salaf yang mengartikan ayat diatas bahwa Allah adalah dzat yang paling dekat dengan makhlukNya dimanapun ia berada, tidak perlu kamu menta’wilnya dengan ma’na yang lain karena akal manusia itu lemah, ia tidak bisa membayangkan hal yang tidak ia lihat, contohnya surga yang disifati:
ما لا عين رأت و لا أذن سمعت و لا خطر على قلب بشر
Akal tidak bisa menggambarkannya, kita percayai saja khabar tersebut karena ia berasal dari Allah SWT.
Beliau melanjutkan hikmahnya:
كيف يتصور أن يحجبه شيئ و لولاه ما كان وجود كل شيئ
“Bagaimana bisa digambarkan ada suatu perkara yang bisa menghalang-halangi Allah SWT? Padahal Ia adalah Dzat yang andaikan Ia tidak berkehendak maka tidak wujudlah segala sesuatu.”
Dzat Allah SWT itu wujud dengan dirinya sendiri, ia bersifatan قيامه بنفسه artinya Allah sama sekali tidak membutuhkan makhluk sedangkan makhluk sangat membutuhkan Allah SWT.
Kemudian beliau menutup hikmahnya:
يا عجبا كيف يظهر الوجود في العدم أو كيف يثبت الحادث مع من له وصف القدم
“Sungguh mengherankan, bagaimana sifat wujud bisa diberikan pada perkara yang tidak ada atau bagaimana bisa ada sekutu untuk Dzat yang mempunyai sifat Qidam?”
Sangat mengherankan sekali, bagaimana bisa perkara yang wujud yaitu Allah SWT bisa dihalangi oleh perkara yang tidak wujud yaitu makhluk, bagaimana bisa kamu menyamakan antara Allah dan makhlukNya, akan tetapi rasa heran ini bisa hilang karena kita tahu kalau Allah hendak meghalangi hambaNya dari DzatNya:
مما يدلك على وجود قهر أن يحجبك عنه بما ليس موجودا معه
“Termasuk tanda sifat kekuasaan Allah adalah kamu dihalang-halangi oleh Allah. Padahal sebenarnya tidak, hal ini terjadi karena ada sebuah penghalang antara kamu dan Allah”
Kenapa Allah menghalangi makhluknya darinya? Karena firman Allah:
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ الجِنِّ وَالإنسِ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَـفْـقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعْــيُنٌ لَّا يُـبْـصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٌ لَّا يَسْـمَعُونَ بِهَآ أُوْلَٰٓئِكَ كَاْلأنعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ اْلغَٰفِلُونَ (179) (سورة الاعراف : 179)
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf : 179)
Mereka mendapatkan ni’mat yang begitu besar dari Allah SWT, akan tetapi mereka tidak mensyukurinya, oleh karena itu kalau orang sudah dekat dengan Allah maka yang ia takutkan adalah ia mendapat hijab (penutup) dari Allah, ia berkata:
فما عذابي إلا حجابي و ما نعمي إلا وصالي
Baginya Nikmat yang sebenarnya adalah saat ia bisa wushul kepada Allah SWT, sedangkan siksa yang sebenarnya adalah Hijab dari Allah SWT.
– والله أعلم بالصواب –