قوم أقامهم الحق لخدمته وقوم اختصهم بمحبته كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاء وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
Ada golongan yang dijadikan oleh Allah untuk berkhidmat kepada-Nya. Ada golongan yang diistimewakan oleh Allah dengan kecintaanNya. Masing-masing golongan itu kami (Allah) memberi mereka pemberian-pemberian. Dan itu adalah pemberian Tuhanmu yang tak terbatas.
HIKMAH-KHIDMAH ATAU CINTA
Allah yang menciptakan dan Allah pula sendiri yang memilih hambanya. Ada yang Allah dipilih untuk berkhidmat dan taat beribadah kepadaNya, mereka adalah golongan abiddun atau zahidun. Ada pula yang dipilih oleh Allah dan diisteimewakan dengan kecintaanNya, meraka adalah yang disebut sebagai al Muhibbun atau Muqorrabun atau juga al Arifun atau yang kita kenal dengan istilah wali. Kedua golongan ini mendapat pemberian Allah yang tidak terbatas.
Cara yang digunakan oleh golongan pertama untuk berkidmah dan beribadah kepadaNya sangat beragam. Apapun amal ketaatan yang mereka tekuni tidak boleh di remehkan. Sebab itu semua adalah pilihan dan ketentuaan Allah. Keanekaragaman bentuk khidmah yang mereka lakukan sama dengan keanekaraman tugas malaikat Allah. Ada malaikat yang beratugas membagi rezeki, menjabut nyawa, menyampaikan wahyu dan sebagainya. Masing-masing mempunyai tugas sendiri.
Golongan pertama (abiddun atau zahidun), atau bisa juga disebut Ahli Khidmah masih mengharap upah melakukan ibadah mereka. Seperti melakukan jihad karena mengharap mati syahid dan masuk surga. Sedangkan Ahli Mahabbah, kelompok kedua telah tersingkap tabir bagi mereka. Ahli Khidmah masih terhijab antara dirinya dan Allah, sedangkan Ahli Maabbah tidak ada hijab antara dirinya dengan Allah. Ia selalu melihat Allah. Ahli Khidmah masih membutuhkan dalil atau bukti-bukti tentang keberadaan Allah dan keberadaan Agama, sedangkan Ahli Mahabbah tidak perlu bukti karena ia menyaksikan sendiri hal tersebut. Cinta Ahli Khidmah masih terbagi, sedangkan cinta Ahli Mahabbah bulat, bagi Allah semata.
Al Hafidh Abu Na’im di dalam kitabnya “ Hilyatul Auliya ” menukil perkataan Sahl bin Abdullah: “Allah melihat kepada penduduk sebuah negeri. Allah ingin membagi-bagi pemberiannya (kewalian). Ternyata di hati para ahli ibadah dan orang zuhud tidak ada tempat menerimanya. Maka Allah menyibukkan mereka dengan beribadah”
Abdul Abbas Ad Dainuri berkata : “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang tidak cocok menerima makrifatNya. Maka Allah menyibukkan mereka dengan berkidhmah kepadaNya. Allah juga mempunyai hamba-hamba yang tidak pantas berkhidmah padaNya. Maka Allah memberi mereka keahlian untuk menerima kemakrifatanNya.
Asma’ binti Abu Bakar as-Siddiq saat masa tuanya mengalami satu peristiwa yang luar biasa. Anaknya, Abdullah, telah dituduh sebagai pemberontak oleh pemerintah pada ketika itu. Abdullah dijatuhkan hukuman bunuh. Mayatnya diseret dari lorong ke lorong selama beberapa hari, dan mayat itu menjadi busuk. Apabila mayat itu diseret di hadapan rumah Asma, yang pada ketika itu sudah tidak boleh melihat, tercium bau yang sangat harum. Asma bertanyakan mayat siapakah yang berbau harum itu. Dia diberitahu yang mayat itu adalah mayat putranya. Asma mengucapkan syukur kepada Allah s.w.t karena menjadikannya ibu kepada seorang pemuda yang saleh.
Sebuah kebijaksanaan dari Allah menjadikan manusia menjadi dua golongan tersebut. Agar kehidupan di dunia ini tetap berjalan, maka Allah tidak membuat semua menjadi Ahli Mahabbah. Tentu, Ahli Mahabbah jumlahnya lebih sedikit dari Ahli Khidmah. Allah memilih beberapa saja yang mempunyai keahlian menjadi Ahli Mahabbah.
Kedua kelompok ini wajib kita cintai dan hormati. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita dari orang-orang yang diberi kedua keistimewaan tersebut. Dijadikan orang yang taat beribadah kepada Allah dan dicintaiNya. Mudah-mudahkan tidak dijadikan golongan ketiga, yaitu orang-orang yang menyimpang dan berpaling dari Allah..Amiin.