Yatsrib adalah kota yang menjadi target hijrah Rasulullah S.A.W dan merupakan The New Realfield untuk menyuburkan da’wah Islam. Langkah pertama kali yang dilakukan oleh beliau ketika itu ialah dengan membangun masjid, langkah yang sangat jitu tersebut merupakan akses yang mudah untuk menyatukan umat islam. Karena masyarakat muslim tidak akan bisa terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah, dan tatanan kehidupan sosial yang islami. Hal tersebut tidak akan dapat direalisasikan kecuali dengan semangat yang berkobar di dalam bangunan masjid.
Ikatan ukhuwah dan mahabbah juga akan terjalin sangat hangat diantara kaum muslimin, karena masjid mengubah suasana-suasana perbedaan pangkat, kedudukan, kekayaan, serta status dan atribut sosial lainnya sehingga mereka akan terselimuti oleh rasa kebersamaan dan kekeluargaan sedangkan yang membedakan status mereka adalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Disamping itu dengan dibangunnya masjid akan menjadikan terpadunya beragam latar belakang kaum muslimin dalam satu kesatuan yang kokoh yang di ikat oleh tali Allah SWT, yaitu hukum dan syari’at-Nya untuk dapat berpegang teguh kepadanya secara sadar diseluruh penjuru dan lapisan masyarakat agar tidak terpecah belah.
Langkah selanjutnya yang Rasulullah SAW upayakan dalam menegakkan Negara islam dan masyarakat madani ialah mempererat tali persaudaraan antar umat Islam. Negara manapun tidak akan berarti tanpa adanya kesatuan dan dukungan umatnya, sementara itu kesatuan dan dukungan tidak akan lahir tanpa adanya rasa saling bersaudara dan mencintai. Akan tetapi, persaudaraan juga harus didahului oleh aqidah yang menjadi ideologi dan faktor pemersatu. Persaudaraan antara dua orang yang saling berbeda aqidah dan pemikiran adalah mimpi dan khurafat (khayalan) belaka, apalagi jika aqidah dan pemikiran tersebut akan melahirkan perilaku tertentu dalam kehidupan nyata.
Jadi, tidak mungkin suatu persaudaraan itu bisa saling tolong-menolong, saling mengutamakan dan dapat berkembang diantara orang-orang yang dipecah-belah oleh aqidah dan pemikiran beraneka ragam yang masing-masing senantiasa memperturutkan egoisme dan hawa nafsunya sendiri.