Sesuatu yang ancient itu terkadang menjadi barang renungan yang penuh dengan makna untuk generasi setelahnya. Namun, ada juga yang menjadi bahan kajian untuk dicari celah kesalahannya. Sehingga, dia mengklaim ingin memperbaikinya, padahal perkara itu sudah baik. Kabaikannya sudah disaksikan dan sudah teruji dengan keilmuan yang penuh dengan angan-angan bukan klaim yang sepihak yang ditinjau dari cover belaka. Golongan yang kedua ini merasa dirinyalah yang paling benar, karena menganggap klaimnya sesuai dengan cover. Padahal sering sekali kita menujumpai buku yang covernya bagus, ternyata esensinya biasa-biasa saja. Begitu juga sebaliknya.

Sebagai orang yang bijak, kita harus memperhatikan antara cover dengan isi biar tidak terjebak dengan sandi-sandi yang penuh dengan teka-teki. Kerahkan tenagamu. Kerahkan fikiranmu untuk menguraikan apa yang tersimpan di balik itu semua.

Ada orang Arab yang datang ke Jawa. Dia tahu kalau dirinya adalah orang Arab, Dan mengetahui juga kalau ia sedang singgah di pulau Jawa, bukan jazirah milik nenek moyangnya. Mereka tahu diri, apa visi yang akan dikembangkan jauh-jauh dari pulau sebrang. Yaitu, ingin mengajak kepada istana keselamatan Raja Diraja Alam Semesta. Agar mudah diterima, mereka melepaskan gelar sayyidnya dengan ditebus raden, sunan dan membaur dengan budaya-budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran yang dibawa dari cucu orang yang menggali sumur zam-zam. Budaya itu sekarang disebut dengan "budaya orang Islam yang ada di Pulau Jawa."

Dengan ala jawanya yang islami ini, dapat membuat orang yang di sekelilingnya menjadi simpatik hingga ujung sampai akarnya. Ujungnya, jadilah Jawa yang penuh dengan sinar keislaman yang menembus seantero dunia.

Salah satu budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai yang islami adalah tembang Lir-Ilir yang dikarang oleh salah satu anggota Wali Songo. Isi yang dikandungnya penuh dengan makna bagi bagi siapa saja yang ingin mencari makna.

BACA JUGA :  Menyambut Datangnya 1 Muharram 1435 H.

Dalam Bahasa Jawa

  1. Lir-ilir, lir-ilir, tandure wis sumilir
  2. Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
  3. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi
  4. Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dododiro
  5. Dododiro, dododiro, kumitir bedah ing pinggir
  6. Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore
  7. Mumpung pandhang rembulane, mumpung jembar kalangane
  8. Yo sorak-o sorak hiyo !

Dalam Bahasa Indonesia

  1. Sayup-sayup bangun dari tidur, pohon sudah mulai bersemi
  2. Demikian hijau bagai gairah pengantin baru
  3. Penggembala, tolong panjatlah pohon blimbing itu
  4. Walaupun licin dan susah tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
  5. Pakaian yang koyak sisihkanlah
  6. Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
  7. Mumpung masih terang rembulan nya, mumpung masih banyak waktu luang
  8. Mari bersorak-sorak, ayo…

Makna Tembang Lir-ilir

Kita sebagai orang Islam diminta bangun dari keterpurukan dan dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan. Iman kepada Allah ini dilambangkan dengan tanaman yang bersemi dan menghijau, begitu indah seperti kebahagiaan seorang pengantin baru. Kita disebut anak gembala karena Allah telah menganugerahkan hati dan iman sebagai amanah untuk dijaga. Si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing yang menggambarkan 5 Rukun Islam. Meskipun licin dan susah, kita harus tetap memenjat pohon belimbing tersebut apapun halangan dan risikonya. 5 Rukun Islam digunakan untuk selalu membersihkan (mencuci) pakaian kita, yaitu pakaian taqwa (taqwa = kesholehan hidup). Sebagai manusia biasa, ketaqwaan kita pasti terkoyak dan berlubang sana-sini. Untuk itu, kita diminta agar selalu memperbaiki dan membenahinya. Hal ini berguna agar kelak kita sudah siap dipangil oleh Allah. Semua itu harus kita lakukan sejak sekarang, ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan " Iya ".

Artikulli paraprakKajian Hikam
Artikulli tjetërIslamic Education

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini