Rezeki merupakan pemberian Allah SWT yang tanpa kita minta dan tanpa bisa kita tentukan datangnya. Rezeki tidak hanya berupa uang, laba besar, atau apapun yang berkaitan dengan materi, tetapi rezeki juga merupakan kesehatan rohani dan jasmani, keharmonisan dalam hubungan keluarga, pemandangan yang indah sebagai penenang jiwa, dan hal-hal indah lainnya yang tanpa bisa kita hitung satu-persatu. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ [النحل: 18]
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Rezeki sudah diatur sebagaiamana mestinya dan dibagi rata sesuai porsinya oleh Allah SWT kepada semua makhluknya tanpa terkecuali, terlebih kepada orang-orang mukmin. Orang yang imannya sempurna tidak akan pernah merasakan kegelisahan dalam masalah rezeki. Berbedahalnya dengan orang yang imannya tidak sempurna, mereka selalu saja mengeluhkan persoalan rezeki mereka. Mereka yang imannya sempurna selalu berusaha dan bertawakkal kepada Allah dalam urusan rezeki, itu sebabnya mereka diberi jaminan rezeki oleh Allah SWT tanpa ada batas, seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Quran:
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ [النور: 38]
“Allah memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan tanpa batas”.
Pada ayat tersebut, tentu yang dikehendaki oleh Allah adalah orang-orang yang patuh dan tunduk terhadap perintah dan larangan-larangan Allah, yakni orang-orang yang imannya sempurna.
Sejatinya apa saja yang ada di alam semesta ini adalah karunia Allah, Allah menciptakan langit yang begitu indah, gunung-gunung tinggi menjulang nan megah, Allah menciptakannya yang demikian ini sebagai pelipur lara dan gelisah bagi orang-orang yang beriman. Allah menciptakan gemuruh badai yang dingin dan menakutkan, tetapi Allah juga menciptakan pelangi selepas badai pergi, sebagai isyarat bahwa kegelisahan yang menghujan deras pasti akan terobati dengan karunia Allah yang berwarna-warni seperti warna pelangi. Maha besar Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya terdapat hikmah, yang kesemuanya dari setiap makhluk telah diberi-Nya rezeki sesuai porsi dan kebutuhan. Allah memberi rezeki kepada bumi dengan cara menciptakan hujan, kemudian dari tetesan hujan tumbuhlah tanaman seperti bunga atau pepohonan, kemudian dari tetumbuhan ini menjadi rezeki pula bagi makhluk hidup lainnya. Semisal saja bunga kaliandra dan lebah yang sama-sama menjadi perantara datangnya rezeki untuk satu sama lain. Allah SWT menciptakan bunga kaliandra dengan sari bunganya yang menjadi makanan bagi lebah untuk diproduksi menjadi madu, dan bunga itu juga mendapat manfaat dari hisapan lebah yaitu membantu mempercepat penyerbukan bunga itu sendiri, kemudian dari madu yang dihasilkan oleh lebah tadi juga menjadi rezeki bagi manusia untuk dikonsumsi. Subhanallah, Maha Adil Allah kepada seluruh makhluk-Nya.
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu pasti terdapat hikmahnya. Allah menciptakan pepohonan yang rindang dan rumput yang bergoyang riang diiringi irama angin sepoi-sepoi yang berhembus tenang, untuk mengobati hati yang dirundung kegelisahan. KH Maimoen Zubair pada salah satu kesempatan pernah menerangkan manfaat melihat hijau-hijauan untuk menghibur diri yang sedang bersedih, beliau menjelaskan ketika itu Rasulullah SAW sedang bersedih karena orang-orang Makkah pada waktu itu banyak yang berpaling dari ajaran islam, kemudian Allah menghibur Baginda Nabi SAW dengan ayat yang menjelaskan tentang penciptaan bumi ini yang didalamnya terdapat obat bagi rasa sedih, Allah berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا [الكهف: 7]
“Sesungguhnya aku telah menciptakan apa saja yang terdapat di bumi sebagai perhiasan untuk menghiasi bumi.”
Beliau -KH Maimoen Zubair- menjelaskan bahwa setiap rasa sakit harus diobati, ada obat yang secara lahir dan ada obat yang secara batin. Beliau mengartikan obat secara lahir salah satunya dengan cara melihat pemandangan hijau dan indah yang menenangkan, agar bisa berpikir lebih jernih dan melihat ke depan. Sedangkan obat secara batin menurut beliau salah satunya adalah membaca Al-quran beserta menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian Allah berfirman dalam lanjutan penggalan ayat di atas:
لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا [الكهف: 7]
“Aku menguji mereka, (kira-kira) siapakah yang terbaik amalnya di antara mereka.”
Beliau melanjutkan keterangannya dalam lanjutan ayat tersebut bahwa pemandangan yang indah hakikatnya adalah sebuah cobaan dari Allah SWT. Adakalanya orang yang setelah melihat pemandangan indah semakin yakin bahwa Allah-lah tuhan yang Maha Esa, tiada satupun yang mampu menciptakan sepertihalnya keindahan ciptaan Allah, mereka adalah orang yang sempurna imannya. Ada juga yang setelah melihat megahnya ciptaan Allah, tetapi malah semakin menjauhkannya dari sisi Allah, yakni mereka orang-orang kafir.
Dari ayat tersebut, beliau menyinggung bahwa manusia membuat sebuah kesalahan besar, yakni menebang pepohonan di hutan untuk dibuat lahan baru, yang seharusnya dijaga dengan baik dan dilestarikan. Karena pepohonan yang hijau dan subur adalah زِينَةً لَهَا (hiasan bagi bumi) yang merupakan nikmat dan anugrah dari Allah.
Sedangkan bagi orang kafir, dunia ini hanya sebagai hiasan fana saja. Mereka dibutakan dengan materi dan segala kemewahan dunia, sehingga membuat mereka lalai dan sulit mendapatkan hidayah. Orang-orang kafir selalu disibukkan dengan kekayaan, kemewahan, bahkan gaya hidup sudah menjadi kebutuhan mereka. Mereka terlena dengan kenikmatan dunia yang fatamorgana, kesenangan yang sementara dan hanya dipoles dengan hiasan-hiasan yang palsu, seperti yang difirmankan Allah:
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا [البقرة: 212]
“Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir.
Dalam ayat di atas jelas disebutkan bahwa pandangan orang-orang kafir telah dibutakan oleh Allah SWT, sehingga mereka terlena dengan keindahan dunia yang palsu, mereka menganggap bahwa kehidupan dunia adalah segala-segalanya, mereka mengira bahwa dirinya akan kekal bersama hartanya, mereka menyangka bahwa mereka akan abadi di dalamnya, padahal itu semua hanya bualan mereka belaka, naudzubillah.
Tetapi kendati demikian, meskipun rezeki sudah ditetapkan dan diatur, kita tetap harus berusaha dan bekerja untuk mencari rezeki disertai doa dan tawakkal kepada Allah. Jika pada pembahasan awal sudah disebutkan bahwa rezeki juga berupa ketenangan, maka tak salah jika kelancaran rezeki juga diartikan sebagai kelancaran pekerjaan dan rasa semangat untuk terus mengaisnya, karena kelancaran pekerjaan dan rasa semangat akan menimbulkan ketenangan. Sebab pekerjaan yang halal dan baik akan menghasilkan yang baik pula. Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai pekerjaan yang baik, dalam sebuah hadits disebutkan:
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سُئِلَ: أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ. (رَوَاهُ الْبَزَّارُ)
“Nabi SAW pernah ditanyai; ‘Pekerjaan apa yang paling baik?’. Nabi SAW menjawab; ‘Pekerjaan dengan usahanya sendiri.’”(HR. Al-Bazzar)
Semoga kita senantiasa diberi kelapangan hati dan rezeki agar kita selalu mengingat Allah, dan semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran dalam menjalankan perintah-perintahn-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya agar kita diberi kemudahan dalam segala urusan kita di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.